Saad bin Muadz, Sahabat Nabi yang Membuat Arasy Berguncang

Saad bin Muadz, Sahabat Nabi yang Membuat Arasy Berguncang

Pecihitam.org – Sahabat Nabi adalah salah satu golongan manusia yang mendapatkan keistimewaan dari Allah swt. Hampir semua sahabat Nabi mempunyai kedekatan tersendiri di hadapan Allah swt. Ada yang rajin melakukan sholat malam, ada yang berpuasa sunnah sepanjang hidupnya, da nada pula yang memiliki sifat kedermawanan yang tinggi. Mereka selalu memperbaiki diri dan memupuk ketakwaan dalam setiap waktunya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Salah satu sahabat Nabi yang mempunyai keistimewaan adalah Saad bin Muadz. Dalam kematian beliau, arasy bergunjang menggambarkan suasana duka atas kematian manusia pilihan Allah swt. Beliau merupakan sahabat Anshar di Madinah dan merupakan pemimpin suku Aus. Kematian beliau diabadikan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺭﺿﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ – ﻭﺟﻨﺎﺯﺓ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺎﺫ ﺑﻴﻦ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ – “اﻫﺘﺰ ﻟﻬﺎ ﻋﺮﺵ اﻟﺮﺣﻤﻦ

Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir RA, bahwasanya Nabi bersabda: tatkala Jenazah Saad bin Mu’adz di hadapan mereka, Arasynya Allah Dzat penyayang menjadi berguncang. (HR: Muslim).

Dalam perjalanannya, Saad bin Muadz pernah mengikuti peperangan beberapa kali. Saat terjadi perang badar, beliau datang sebagai perwakilan orang Anshar menyatakan dukungannya kepada Rasulullah saw.

Baca Juga:  Cheng Ho; Misionaris Islam Pendidik Akulturasi di Indonesia

Pada saat perang Uhud yang dahsyat, beliau datang sebagai tameng Rasulullah saw menghadapi senjata tajam dari para musuhnya. Pada perang Khandaq, ia turut mempertahankan Madinah mati-matian sampai tertusuk panah milik Hibban bin Qais Al-Araqah. Kemudian Rasulullah meminta para sahabat untuk merawat Saad di kemah Rufaidhah.

Dalam keadaan seperti itu, Saad bin Muadz berdoa kepada Allah swt “Ya Allah, jika dari peperangan dengan Khandaq ini masih Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapi orang Quraisy, karena tidak ada lagi golongan yang ingin aku lawan selain daripada golongan yang telah menganiaya utusanMu, mendustakannya, dan mengusirnya. Dan seandainya engkau mengakhiri perang antara kami dengan kafir Quraisy, maka jadikan musibah yang telah menimpaku ini sebagai jalan untuk menemui kesyahidanku”.

Setelah kejadian itu, Saad hanya bisa berbaring di ranjang karena lukanya cukup parah. Ia terus meminta agar lukanya menjadi bukti bahwa ia pernah bertempur habis-habisan membela agama Islam.

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Sosok KH Anwar Zahid Bojonegoro

Banyak sahabat datang menjenguk dan menghibur Saad, dan tak terkecuali Rasulullah saw sendiri. Waktu menjenguk Saad, Rasulullah tak lupa berdo’a “Ya Allah, sesungguhnya Sa’ad bin Muadz telah melakukan perjuangan di jalanMu. Maka terimalah ruhnya dengan penerimaan yang sebaik-baiknya.”

Saad mempunyai keinginan bahwa menjelang kematiannya dia ingin melihat wajah Rasulullah yang mulia dan penuh kasih sayang itu. Ia ingin sekali di saat kematiannya didampingi orang yang dicintainya. Di saat terakhirnya, ia berucap kepada Rasulullah “Assalamualaika ya Rasulullah, aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah swt.”

Rasulullah saw pun menjawab sambil menatap halus wajah Saad “kebahagiaan akan bersamamu wahai Abu Amr”. Akhirnya Saad menghembuskan nafas terakhirnya dan kembali ke rahmat Allah swt. Duka dan haru menyelimuti rumah duka saat itu.

Saad adalah salah seorang sahabat yang paling setia dengan Nabi Muhammad saw. Di saat perang Uhud, dia tak mundur satu langkah pun untuk menjadi perisai agar Nabi tidak terbunuh.

Bahkan beliau merupakan salah satu dari sahabat Nabi Muhammad saw yang dijamin masuk surga. Hal ini terlihat jelas dari hadits Nabi Muhammad saw.

Baca Juga:  Mengenal Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir), Ulama Dengan Banyak Bidang Keilmuan

والذي نفس محمد بيده، لمناديل سعد بن معاذ في الجنة أحسن من هذا

“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh sapu tangan Saad bin Muadz di surga, lebih baik dari ini.”

Inilah kisah Saad bin Muadz, salah seorang sahabat Nabi yang begitu setia. Sehingga kematiannya dapat membuat arasy berguncang menunggu kepulangannya. Semoga kisah ini bisa membawa pelajaran berharga bagi kita semua. Amin

Muhammad Nur Faizi