Sabar Dalam Islam Menurut al-Quran dan Ahli Tafsir

Sabar Dalam Islam Menurut al-Quran dan Ahli Tafsir

PeciHitam.org – Sabar dalam Islam merupakan sebuah sifat mulia yang jika dimiliki oleh seorang Muslim, maka akan mulia lah hatinya. Lalu, bagaimana sih sebenarnya makna sabar menurut bahasa? juga bagaimana al-Quran dan ahli tafsir melihat hal ini? Mari kita bahas dalam artikel ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam Kitab Lisan al-‘Arab, sabar berasal dari kata ( صبر ) bersabar, ( يصبر ) tabah hati, ( صبرا) berani (atas sesuatu). Secara etimologi, ( الصبور) berarti menahan dan mengekang ( الجس). Secara terminologi sabar berarti menahan dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah.

Kata sabar dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), dalam hal ini sabar sama halnya dengan tabah.

Menurut Al-Maraghi, sabar adalah ketabahan hati dalam menanggung berbagai macam kesulitan terutama dalam hal mencegah perbuatan-perbuatan maksiat.

Sedangkan menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sabar adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju dan seterusnya. Dalam pandangan Yusuf Al-Qordhowi, sabar yaitu menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang dimurkai Allah dengan tujuan semata-mata mencari ridha-Nya.

Menurut Yunahar Ilyas, sabar (ash-shabr) berarti menahan, mengekang, melawan, mengalahkan, mencegah, dan mengendalikan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridha Allah. Shaum (puasa) disebut juga dengan sabar karena di dalamnya mengandung makna menahan diri dari makanan, minuman, dan jima’.

Baca Juga:  Shalat Sambil Memegang Hp dengan Tujuan Membaca al Quran, Bolehkah?

Lain halnya dengan  al-Qurtubi, ia mengartikan sabar sebagai larangan berangan-angan terhadap segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah kepadanya dan ridha terhadap segala yang menjadi keputusan-Nya baik itu dalam hal urusan dunia maupun akhirat. Pendapat di atas menitikberatkan pada sifat pencegahan dan penahanan diri terhadap keinginan sesuatu yang lain serta menerima terhadap takdir Tuhan.

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, al-Ghazali mendefinisikan sabar sebagai suatu tingkatan di antara berbagai tingkatan agama dan ia merupakan tahapan di antara berbagai tahapan orang-orang yang menjalankan suluk (menuju pada jalan Allah), dan semua tingkatan dalam agama itu tersusun dalam tiga hal:

  1. Ilmu/ ma’rifat/ pengetahuan,
  2. Keadaan/ ahwal, dan
  3. Amal/ perbuatan.

Ilmu dianalogikan sebagai pohon, keadaan sebagai cabang dan amal ibarat buahnya. Oleh karena itu, tidak akan sempurna sabar selain dengan ma’rifat yang mendasarinya dan dengan hal ihwal yang tegak berdiri. Lebih lanjut, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa sabar merupakan gambaran kokohnya dorongan agama seseorang dalam menghadapi syahwat dan dorongan agama seseorang dalam menaklukkan syahwat lalu menentangnya, maka ia telah menolong pasukan Allah  dan dikategorikan sebagai orang yang penyabar dan jika dorongan agamanya kalah, lemah, dan dapat dikuasai oleh syahwat serta tidak mampu menolaknya, maka ia dikategorikan sebagai pengikut setan.

Baca Juga:  Sabar Dalam Islam, Keutamaan dan Kategorinya

Banyak ungkapan dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang hal tersebut, di antaranya adalah Firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 58-59

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.

Jika dikaitkan dengan pola hidup dan kehidupan manusia dewasa ini, maka manfaat adanya sikap sabar yang merupakan salah satu sikap yang ditawarkan oleh Al-Qur’an yang cukup menjanjikan akan terciptanya hidup yang bermakna dan bertujuan yaitu semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah.

Pola kehidupan dinamis dan praktis serta kecenderungan yang mengarah kepada materialistis tanpa batas dan tidak didasari pada petunjuk dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits semakin menjauhkannya pada sisi kehidupan yang tenang , damai dan sarat dengan muatan nilai spiritual. Kesemuanya itu sangat berpotensi besar menumbuhkan penyakit hati dan jiwa yang sangat berbahaya jika dibiarkan berlarut-larut. Maka di sinilah peran dan fungsi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang harus segera difungsikan secara optimal.

Baca Juga:  Wujud Dari Gagasan Pluralisme Gus Dur

Begitulah pandangan ahli tafsir tentang sabar dalam Islam yang memiliki manfaat begitu besar bagi kehidupan dan juga dijanjikan masuk Surga oleh Allah bagi orang-orang yang memiliki sifat sabar dalam dirinya.

Mohammad Mufid Muwaffaq