Salafus Shalih adalah Generasi Utama Islam, Siapakah Mereka?

salafus shalih

Pecihitam.org – Kita mungkin sering mendengar istilah Salafus Shalih, namun tahukah siapa sebenarnya golongan Salafus Shalih itu? Para Salafus Shalih itu merupakan para leluhur kita, bapak-ayah kita kaum muslimin.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka merupakan golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan merekalah yang banyak menolong dan membantu perjuangan Baginda Nabi Muhammad SAW dengan jiwa raga dan harta bendanya di dalam menyebarkan Agama Allah.

Salafus Shalih adalah nenek moyang kita yang hidupnya sangat utama bagi perjuangan dakwah Islam. Mereka begitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka lemah lembut sesamanya, banyak membantu fakir miskin dan selalu berseru supaya bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Mereka juga saling membantu dan menolong di dalam kebaikan-kebaikan (Al Khairaat). Selalu berjuang di jalan Allah dan mereka sama sekali tidak pernah khawatir dan takut dengan caci-makian.

Itulah Salafus Shalih. Yaitu orang-orang yang hidup dari zaman Baginda Rasululllah SAW mulai 1 Hijriah sampai dengan kurun masa tahun 300 Hijriah. Yang mana dari generasi Sahabat Nabi sampai Tabi’in, Tabi’it Tabi’in, dan Tabi’it Tabi’it Tabi’in.

Baca Juga:  Puasa Sunnah Muharram 2020, Jadwal, Bacaan Niat, Sejarah dan Keutamaannya

Generasi ini sering disebut dengan masa keemasan atau yang lebih dikenal dengan sebutan masa As Saabiquna al Awwaluun (generasi awal Islam). Masa yang penuh dengan keutamaan-keutamaan.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al Fath ayat 29 berikut:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS. Al Fath: 29).

Ayat ini dengan tegas memberikan spirit kepada kita sebagai umat Baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa Salafus Shalih merupakan orang-orang yang secara tegas dalam bersikap (bukan keras, karena tegas dan keras itu beda) kepada orang-orang Kafir dan saling kasih sayang (bersikap lemah lembut kepada sesama muslim).

Baca Juga:  Siapa Saja Golongan Assabiqunal Awwalun Sahabat Nabi?

Salafus Shalih di dalam ayat ini, adalah mereka yang selalu beribadah (baik mahdhoh dan Ibadah ghairu mahdlah), mereka rukuk dan sujud (shalat/menyembah) serta selalu mencari keutamaan Allah dan selalu mencari rido Allah SWT. Di wajah mereka itu juga selalu dipenuhi dengan atsaris sujud (bekas sujud).

Bekas sujud yang dimaksud di sini secara harfiyah adalah bekas hitam di jidat karena sering bersujud. Namun yang dimaksud atsar atau bekas sujud dalam makna secara luas adalah sebab dari banyak sujud itu.

Yaitu seseorang muslim yang baik adalah di mana ia selalu mentauladani Baginda Nabi Muhammad SAW di dalam semua prilaku Nabi, baik Aqwal, Ahwal Baginda Nabi, mengikuti Baginda Nabi secara paripurna dan sempurna.

Sehingga atsaris sujud (bekas sujud) bukan sekedar jidatnya saja yang hitam, namun akhlaknya TIDAK mencerminkan akhlak Baginda Nabi dan Sahabat Nabi serta Salafus Shalih (sebagaimana yang dimaksud di tafsir atau asbab an nuzul ayat ini).

Baca Juga:  Cerita Gus Baha Tentang Slogan Kembali ke Qur'an dan Sunnah

Mereka ini, Salafus Shalih adalah sebaik-baiknya generasi di mana sirah atau perjalanan hidup mereka dipenuhi Uswah Hasanah (teladan yang baik), karena sanad keilmuan dan hidup mereka begitu dekat dengan masa atau zaman Baginda Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bisshowab.

*Disadur dari kitab Irsyadul Mukminin, karya Allahyarham Gus Ishom via Majalah Tebuireng dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik