SAS Institute Sebut Pegawai BUMN Rawan Terjangkit Ideologi Radikal

SAS Institute

Pecihitam.org – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuk institusi negara yang rawan diinfiltrasi oleh pandangan intoleran dan ideologi radikal. Hal itu diungkapkan Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute Imdadun Rahmat.

Imdadun Rahmat mengatakan, menurut beberapa lembaga penelitian terdapat prosentase cukup tinggi pegawai negeri sipil di lingkungan BUMN terjangkit intoleransi dan radikalisme.

“Jika tidak ada tindakan yang memadai dari pemerintah, penyebaran pandangan, sikap dan keyakinan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip negara Pancasila ini akan terus meluas,” ujarnya, dikutip dari situs resmi NU, Kamis, 21 November 2019.

Oleh karena itu, kata Imdadun, perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh untuk mengenali dan mencermati unit-unit dalam BUMN yang menjadi pintu masuk dan memfasilitasi penyebaran intoleransi dan radikalisme.

Baca Juga:  Fatwa MUI: Bolehkan Salat Id di Masjid, Ini Syaratnya

“Memang ideologi bisa menyebar melalui barbagai cara, tetapi institusi sumber pengetahuan memiliki peran utama. Maka unit kerohanian dan keagamaan di lingkungan BUMN perlu dicermati warna dan orientasinya,” ujarnya.

“Apakah aktivitas yang dilakukan mengandung kampanye intoleransi dan radikalisme baik secara langsung atau tidak langsung. Apakah narasumber atau bahan bacaan yang dikaji mengarah ke ekstremisme,” sambungnya.

Imdadun menegaskan, penguasaan pengetahuan dan kecermatan dalam pengamatan sangat diperlukan karena intoleransi, ekstremisme dan radikalisme seringkali disebarkan secara sangat tersamar.

“Sehingga tanpa sadar orang sudah tertular. Kerap kali juga dibungkus dengan dalil agama yang dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga seolah-olah itulah ajaran agama itu sendiri,” terangnya.

Bahkan, lanjut Imdadun, masyarakat sering disesatkan dengan narasi bahwa pemikiran mereka adalah satu-satunya yang benar.

Baca Juga:  Terima Kunjungan Keluarga Atta Halilintar, Ini Pesan Kiai Said Aqil

“Sehingga kalau ada pihak lain atau pemerintah mempersoalkannya buru-buru dituduh melawan agama, dikecam sebagai antek agama lain atau antek asing. Maka masyarakat perlu diperkenalkan dengan pandangan yang jernih dan apa adanya,” ungkapnya.

 Oleh karena itu, kata dia, memastikan warna dan orientasi keagamaan yang moderat dan kompatibel dengan prinsip-prinsip kebangsaan sangatlah penting.

“BUMN sudah saatnya mereorientasi kegiatan-kegiatan keagamaan agar tidak bertabrakan dengan visi kebangsaan,” ujarnya.

Menurut Imdad, dalam hal ini BUMN tidak bisa sendiri. Pihak-pihak yang berkompeten harus diajak turun tangan, misalnya pesantren, perguruan tinggi agama, lembaga riset, ormas pendiri bangsa seperti NU dan Muhammadiyah bisa dilibatkan baik dalam memilih bahan ajar, metode kajian, hingga suplai pengajar, pendidik, pendai dan ahli agama. 

Baca Juga:  Ketua Pagar Nusa Jember: Kami Siap Jaga Stabilitas Keamanan Sebab NU Selalu Memberi Keteduhan

“Dalam kajian SAS Institute, BUMN bukan hanya menjadi objek persebaran intoleransi dan radikalisme yang aktornya dari luar, tetapi juga menjadi sumber pendanaan bagi berbagai kelompok dan organisasi yang cenderung pro intoleransi dan radikalisme,” jelasnya.

“BUMN sudah bergeser dari korban infiltrasi radikalisme menjadi aktor pendukung pendanaan gerakan dan kampanye radikalisme. Bukan hanya dari donasi perorangan tetapi dana CSR BUMN mengalir deras ke kompok yang kontra ideologi negara,” pungkasnya.

Muhammad Fahri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *