Sejarah Modernisasi Agama dan Kebangkitan Politik di Dunia Islam

sejarah kebangkitan islam

Pecihitam.org – Sejak pertengahan abad ke-19, dunia Islam mengalami gejolak yang melahirkan gagasan besar dalam politik, gagasan itu berupa modernisasi dan kebangkitan Islam. Kedua gagasan ini umumnya seringkali dicampuradukkan, seolah-olah substansi dari kebangkitan sama saja dengan modernisasi Islam. Padahal, kedua gagasan ini merupakan gejala yang sangat berbeda.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Gagasan kebangkitan Islam pada dasarnya sebuah kebangkitan yang bersumber dari internal kalangan cendekiawan dan ulama Muslim, mereka sadar betul akan ketimpangan sosial-politik yang terjadi di dunia Islam sehingga sangat diperlukan upaya revolusi untuk membentuk tatanan dunia baru dalam Islam. Sedangkan gagasan modernisasi lebih merupakan gagasan yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Barat, khususnya dari Eropa.

Kebangkitan Islam sendiri berarti membangkitkan kembali pemikiran atau sistem politik pada masa kejayaan Islam atau pada masa ketika Islam masih dianggap murni dari pengaruh-pengaruh luar. Gagasan ini juga disebut sebagai puritanisme. Kebangkitan Islam ini ingin membangkitkan semangat pembentukan negara yang ideal, yang dimaksud dengan negara ideal ini adalah sebuah negara yang berada dibawah pemerintahan Nabi dan Khulafaur Rasyidin.

Sementara itu, gagasan modernisasi pada mulanya berasal dari pendudukan Napoleon Bonabarte di Mesir, yakni seorang despot yang tercerahkan dari Prancis yang membawa gagasan-gagasan modernisasi dalam dunia Islam melalui Mesir. Gagasan itu kemudian disambut baik oleh seorang pemimpin Mesir dari kerjaaan Turki Usmani bernama Muhammad Ali.

Baca Juga:  Inilah Asal Usul Mengapa Disebut dengan Istilah Kitab Kuning

Muhammad Ali berpendapat bahwa kekuatan negara-negara Arab atau negara Islam terletak pada dua faktor; pertama, faktor kekuatan militer, sehingga kekuatan-kekuatan negara di sana bisa melawan dominasi dari imperialisme Barat; kedua, kekuatan ilmu dan teknologi, karenanya Muhammad Ali kemudian mengembangkan ilmu pengatahuan dengan cara menterjemahkan berbagai karya-karya dari Eropa dan menerapkan gagasan-gagasan dalam karya itu di dalam pengembangan ekonomi.

Jadi ide modernisasi Islam yang dibawa oleh Muhammad Ali pada dasarnya berakar kuat pada militerisme dan penerapan ilmu pengetahuan, dua hal yang kala itu menjadi basis kekuatan orang-orang Barat dalam memajukan peradaban.

Di lain hal, Muhammad Ali juga sadar betul bahwa untuk mengupayakan ketertinggalan yang terlampau jauh dengan Barat, yang ketika itu dunia Islam masih berada dalam kondisi sangat gelap, negara-negara Muslim harus mulai membuka diri dengan Barat, yang salah satu tujuan pentingnya adalah menjembatani kesenjangan antara Islam dan ilmu pengetahuan dan pada saat yang sama melawan kolonialisme.

Di kemudian hari, ide modernisasi dalam dunia Islam ini melahirkan ideologi yang disebut dengan “sosialisme Arab”. Pada awal abad ke-20, kombinasi dari gagasan modernisasi dan kebangkitan Islam dirumuskan kembali oleh dua orang tokoh, dengan dua gerakan yang berbeda, tokoh pertama adalah Jamaluddin al-Afgani yang berusaha mempersatukan dunia Islam di bawah suatu gerakan yang disebut PAN Islamisme, yang menghasilkan terbentuknya negara-negara kebangsaan dan akhirnya terbebas dari kolonialisme Barat.

Baca Juga:  Mengulas Tradisi Merokok dan Ngopi Ala Ulama Sufi di Nusantara

Tokoh kedua adalah Muhammad Abduh, yang mengembangkan gagasan kemasyarakatan. Gagasan Muhammad Abduh pada dasarnya berupa mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam suatu sistem pendidikan yang universal dan mencakup tidak hanya ilmu-ilmu keagamaan tradisional, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan umum dari Barat.

Gagasan-gagasan yang telah dikembangkan sedemikian rupa oleh Muhammad Abduh kemudian diterjemahkan lebih lanjut oleh murdinya, yakni Rasyid Ridha, dengan secara khususnya mengembangkan konsep kebangkitan dari sistem kekhilafahan yang mencontoh langsung dari sistem yang dulu didirikan oleh Nabi dan para sahabat. Rasyid Ridha mencoba menggabungkan antara ide modernisasi dan kebangkitan Islam dalam suatu tatanan pemerintahan politik di bawah naungan Islam secara universal.

Namun demikian, sampai sekarang ini, negara-negara Arab belum mampu mengupayakan sebuah sistem tata negara yang benar-benar ideal sebagaimana apa yang dulu dicita-citakan oleh para pelopor kebangkitan Islam. Justru yang terjadi adalah banyak negara di Timur Tengah berdiri sendiri-sendiri, belum mampu mendirikan sebuah tatanan negara yang solid, dan pada saat yang sama masih terbelenggu dengan berbagai konflik internal umat Islam yang sulit sekali diakhiri.

Cita-cita modernisasi dan kebangkitan dalam dunia Islam boleh jadi sedikit demi sedikit telah tercapai, tapi masalah besar yang sejauh ini masih menyelimuti dunia Arab adalah soal konflik berkepenjangan, mulai dari masalah ekonomi, terorisme, dan tidak adanya upaya untuk menyatukan suara di berbagai negara Arab untuk memulai kembali kesatuan Islam.

Baca Juga:  Peringatan Maulid yang Diperselisihkan, Berpotensi Satukan Umat

Paling tidak, yang sekarang ini perlu diupayakan adalah menyelesaikan konflik Palestina, ini sebetulnya menjadi tanggungjawab bersama dari negara-negara Muslim. Di lain hal, adanya kepentingan ekonomi antara negara Barat, khususnya Amerika dan Arab Suadi, seharusnya tidaklah memperkecil upaya penyatuan suara dalam dunia Islam, meski mereka menjalankan tatanan kenegaraan yang berbeda-beda.

Umat Islam di Timur Tengah tidak perlu mendirikan sebuah kekhilafahan Islam lagi, karena sudah tidak lagi sesuai dengan konteks zaman, yang diperlukan adalah saling bahu-membahu dan mewujudkan satu suara yang dapat memperkuat tatanan pemerintahan dan tidak mudah dikendalikan oleh negara-negara Barat, yang sejuah ini, kehadiran mereka sangat merugikan umat Islam.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *