PeciHitam.org – Jika kita membaca sejarah peradaban Islam di masa lampau, selalu muncul kebanggaan tersendiri bagi seorang muslim. Betapa kemajuan ilmu pengetahuan yang kita dapati hari ini merupakan buah pikiran dari dedikasi cendekiawan muslim terdahulu. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai salah satu pencapaian dalam sejarah peradaban Islam dalam bidang kedokteran.
Secara umum ciri khas kedokteran Islam adalah gabungan antara metode observatif empiris Hippocratic dengan metode filosofis Galen yang keduanya merupakan tokoh Yunani serta penambahan teori dari bangsa Persia dan India.
Ini semua dilatarbelakangi oleh masyarakat serta ilmuan yang mencari perlindungan di Gudinshapur. Tempat ini dijadikan pusat pengetahuan Islam sekitar tahun 489 M khususnya di bidang kedokteran. Jatuhnya Antioch ke tangan Shapur serta penutupan sekolah Edessa oleh Kaisar Zeno membuat masyarakatnya pindah ke Godenshapur, sehingga mulai terjadinya transformasi budaya dari masing-masing bangsa.
Kedua bangsa ini kemudian memberikan kontribusinya pada sains muslim di bidang kedokteran. Penutupan sekolah Athena oleh Kaisar Justinian juga menjadi cikal bakal transformasi budaya Yunani khususnya di bidang kedokteran, pasalnya para pakar di bidang kedokteran mencari perlindungan dan pengembangan ilmunya di Godenshapur yang dinilai sudah cukup berkembang di bidang tersebut.
Tak lama kemudian terjadi penambahan pengetahuan di bidang kedokteran oleh tradisi India yang dibawa oleh Vizier Anushirwan sebagai seorang dokter India. Transformasi budaya dari beberapa bangsa ini menjadikan kedokteran Islam berkembang pesat dan menjadi pusat dari ilmu pengetahuan di bidang tersebut bagi bangsa Yunani, India dan Syiria.
Tokoh-tokoh dalam kedokteran Islam memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa-bangsa setelahnya. Mereka ahli dalam hal tulis menulis dan menghasilkan karya-karya di bidang kedokteran. karya tersebut dimuat dalam ensiklopedia Tibb and Hikmah dan menjadi teks standar kedokteran untuk beberapa abad kemudian, bahkan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan menjadi basis bagi penemuan dalam bidang kedokteran.
Secara historis tokoh-tokoh berpengaruh tersebut antara lain: Ali Ibn Rabban Thabari dengan karyanya Paradise of Wisdom (Firadaus al-Hikmah) sekaligus menjadi guru dari al-Razi (Rhazes). Muridnya al-Razi menjadi seorang dokter terkemuka bahkan ia dipercaya untuk menjadi pemimpin di rumah sakit Baghdad, kontribusinya ada pada beberapa karyanya yang secara khusus memberikan deskripsi perbedaan antara chickenpox dengan smallpox serta deskripsi mendalam tentang campak.
Al-Razi membuat sebuah karya berdasarkan observasi dan pengalamannya dengan judul al-Hawi. Karya ini merupakan sebuah ensiklopedia medis terkenal. Salinan karya ini diletakan di Bethesda Maryland serta dikategorikan sebagai manuskrip medis tertua di dunia hingga saat ini. Ibn Sina dikategorikan sebagai seorang dokter hebat. Kehebatan tersebut dibuktikan atas karya-karyanya yang berjumlah sekitar 100 karya dengan 16 kategori karya kedokteran serta Qonun fi al-tibb sebagai magnum opusnya dalam bidang ini.
Dalam bidang khusus anatomi Ibn Nafis dikategorikan sebagai orang yang memberikan kontribusi besar. Ia menambahkan konsep baru yang merupakan revolusi dari konsep-konsep anatomi kuno dengan penemuannya terhadap sirkulasi paru-paru. Ali Ibn Isa (Jesu Haly) pada abad kesepuluh membuat risalah khusus tentang mata The Note Book of Occulist dan diikuti oleh buku yang berjudul Book of Selection on the Treatment of the Eye oleh Canamusali seorang dokter dari Mesir. Di abad keempatbelas al-Akhfani dan Sadaqah Ibn Ibrahim al-Shadhili menulis karya penting dalam bidang ophtamologi (studi mengenai mata).
Pada abad kesebelas Abu al-Qasim al-Zahrawi menulis karya tentang bedah yang dimuat dalam Concession or Concessio dengan mengandalkan karya Paul of Aegina seorang dokter dari Yunani, namun ia menambahkan beberapa materi orisinil pada karyanya. Ibn Rusd (Averrous) yang sebelumnya dikategorikan sorang filosof membuat karya di bidang kedokteran dengan judul The Book on Generalities on Medicine.
Kemudian Abu Mansur al-Muwaffaq membuat karya penting dalam bidang obat-obatan yang terangkum dalam karyanya Foundation of the True Properties of Remedies. Di tanah Persia Ismail Sharaf al-Din al-Jurjani membuat karya ensiklopedia medis penting yang berjudul Treasury Dedicated to the King of Khwarazm. Kemudian Quth al-Din Shirazi murid dari Nasir al-Din Tusi membuat komentar atas karya Conun fi al-Tib Ibn Sina dengan judul The Present to Sa’d.
Dari paparan pencapaian dalam sejarah peradaban Islam di atas, sudah seharusnya menjadi kewajiban kita bersama untuk meneruskan perjuangan para cendekiawan muslim di atas. Jangan sampai kita terlena dengan euforia kegemilangan sejarah peradaban Islam masa lalu namun di masa yang sedang kita ini hadapi justru stagnan, tanpa kemajuan yang signifikan.