Sekilas Tentang Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, Pendiri Ahlussunnah wal Jamaah

Sekilas Tentang Abu Al-Hasan Al-Asy'ari, Pendiri Ahlussunnah wal Jamaah

Pecihitam.org – Salah satu Firqoh Islam yang komunitasnya paling besar di Dunia adalah Ahlussunnah wal Jamaah, Umumnya kita di Indonesia pun juga adalah penganut paham ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Istilah Ahlussunnah wal Jamaah yang disingkat dengan Aswaja ini dinisbatkan kepada salah seorang Tokoh yang bernama Abu al Hasan Al Asy’ari.

Bagi Islam Ahlussunnah Wal jamaah, atau yang sering juga disebut sebagai Asyairah tentunya sangat penting mengenal tokoh Abu al Hasan A Asya’ari.

Sebab, dari beliaulah faham Aswaja diajarkan dan terus diajarkan dari generasi ke generasi, hingga masuk ke Nusantara dan kini tetap terjaga dengan dilembagakan melalui Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam buku yang ditulis Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, Memahami, mengamalkan dan Mendakwahkan Aswaja, pada hal. 26, disebutkan profil tokoh tersebut.

Baca Juga:  Sungguh Keji, Syafiq Basalamah Dzikir Bersuara Itu Nyanyi Rame-Rame

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Abi Bisyr Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abu Musa Abdullah bin Qais al Asy’ari. (260-330 H/873-947 M).

Nama al-Asy’ari merupakan nisbat pada Asy’ar, nama seorang laki-laki dari suku Qahthan yang kemudian menjadi nama suku dan tinggal di Yaman. Dari suku Asy’ar ini, lahir seorang sahabat terkemuka dan dikenal sangat alim, sehingga termasuk salah satu fuqaha di kalangan sahabat Nabi, yaitu Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, yang dilahirkan pada 22 tahun sebelum Hijriyah, dan wafat tahun 44 Hijriyah/ 665 Masehi.

Penduduk Yaman memiliki kemauan yang keras untuk mengetahui dan menanyakan persoalan penting dalam pandangan agama, yaitu seputar keesaan Allah yang bersifat qadim (tidak ada permulaannya) dan eksistensi alam yang bersifat baru (hadats) yang merupakan materi penting dalam pembahasan ilmu tauhid.

Baca Juga:  Syekh Siti Jenar: Sejarah Sang Wali Kontroversial Hingga Dijatuhi Hukum Mati

Berdasarkan fakta tersebut, para ulama ahli hadits seperti al-Imam al-Hafizh al-Baihaqi dan lain-lain berpandangan, bahwa karakter al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari yang gemar mendalami ilmu akidah dan mengantarnya menjadi pemimpin Ahlussunnah wal Jama’ah dalam bidang akidah, merupakan karakter bawaan dari leluhurnya yang memiliki cita-cita luhur untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mendalami persoalan akidah yang sangat penting dengan bertanya secara langsung kepada Nabi Muhammad.

Dalam hal ini, al-Imam al Hafizh al Baihaqi berkata: Pertanyaan Penduduk Yaman kepada Nabi Muhammad tersebut, menjadi bukti bahwa kajian tentang ilmu akidah dan barunya alam telah menjadi warisan keluarga al Asy’ari dari leluhur mereka secara turun temurun”.

Baca Juga:  Mengenal Musthafa al Siba’i Ahli Hadits dan Politikus Syam

Berdasarkan keterangan diatas, tidak aneh bila di kemudian hari, dari kalangan suku al-Asy’ari lahir seorang ulama yang menjadi pemimpin Ahlussunnah wal Jama’ah dalam memahami dan mempertahankan akidah yang diajarkan oleh Nabi & dan sahabatnya, yaitu al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. (ob)

Sumber: Buku, Khazanah Aswaja oleh Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim via laduni.id

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *