Siasat dan Kecerdikan Abu Nawas Menjuarai Lomba Berburu

kecerdikan abu nawas

Pecihitam.org – Pada suatu hari yang cerah, Sultan Harun Ar Rasyid dan para pengawalnya berangkat berburu ke hutan. Namun belum rombongan sang raja sampai di tempat tujuan, salah satu pejabat bernama Abu Jahil menyusul rombongan. Dengan nafas tersengal-sengal Abu Jahil usul kepada Baginda raja agar acara berburu kali ini di buat sayembara. Mendengar usulan tersebut raja menganggukan kepala tanda setuju.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Hamba hanya ingin adu ketangkasan dengan Abu Nawas ya Baginda dan nanti pemenangnya akan mendapatkan sekantong emas. Dan yang kalah, dihukum memandikan kuda-kuda istana selama satu bulan, “tegas Abu Jahil meyakinkan Baginda Raja.

Mendengar penuturan Abu Jahil tersebut, Baginda raja langsung menyetujuinya, hitung-hitung perlombaan itu juga akan memberikan hiburan untuknya.

Lantas dipanggillah Abu Nawas untuk menghadap baginda raja, untuk diberi arahan terkait lomba tersebut. Awalnya Abu Nawas menolak ajakan lomba tersebut karena ia tahu ini semua adalah akal-akalannya Abu Jahil saja untuk menyingkirkannya dari istana. Namun Baginda Raja memaksa dan akhirnya Abu Nawas tak mampu menolak.

Abu Nawas sudah lama tahu jika Abu Jahil merupakan pejabat istana yang tidak suka dengan keberadaannya. Ia pasti akan mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti.

Baca Juga:  Abu Nawas dan Gembok Makamnya yang Sebesar Ember

Namun bukan Abu Nawas namanya kalau tidak penuh kecerdikan, ia malah meladeni tantangan itu dengan senyuman. Abu Jahil yang melihat perubahan raut wajah Abu Nawas akhirnya menjadi penasaran dibuatnya.

“Kali ini tak mungkin Abu Nawas bisa mengalahkannya, “guman Abu Jahil dalam hati.

Lomba dimulai, akhirnya baginda raja menggiring mereka berdua ke tengah-tengah alun-alun istana. Raja dan seluruh rakyat menunggu, siapa yang akan bakal menjadi pemenangnya dalam lomba berburu ini. Terompet adu ketangkasan pun ditiup.

Abu Jahil lantas memacu kudanya secepat kilat memasuki hutan belantara. Anehnya, Abu Nawas justru sebaliknya, dia begitu santai menaiki kudanya dan para penonton banyak yang berteriak.

Menjelang sore hari, tampaklah Abu Jahil dengan kudanya memasuki gerbang istana, ia mendapat sambutan tepuk tangan dan sambutan meriah dari rakyat yang menyaksikannya.

Di sisi kanan dan kiri Abu Jahil tampak puluhan hewan yang mati terpanah. Abu Jahil dengan tersenyum bangga memperlihatkan semua binatang buruannya di tengah lapangan.

Baca Juga:  Meneladani Kepemimpinan Nabi Daud As

“Akulah, Abu Jahil, yang berhak memenangkan lomba ini. Lihatlah binatang buruanku banyak. Mana mungkin Abu Nawas mengalahkan aku?” teriaknya begitu lantang yang membuat para semakin ramai tepuk tangan penonton.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda Abu Nawas datang. Semua orang berteriak dan tertawa karena Abu Nawas tidak membawa seekor hewan buruan pun pada kuda tungggangannya. Namun Abu Nawas sedikitpun tak tampak gusar, malah ia sambil tersenyum dan melambaikan tangan.

Kemudian raja menyuruh dua orang pengawalnya untuk menghitung jumlah binatang buruan yang didapatkan oleh kedua peserta. Kesempatan pertama, pengawal menghitung jumlah hewan buruan yang didapatkan oleh Abu Jahil.

“Tiga puluh lima ekor kelinci, lima ekor rusa dan dan ditambah dua ekor babi hutan. Total mendapatkan empat puluh dua hewan buruan, “kata pengawal yang menghitung.

“Kalau begitu, akulah yang menjadi pemenangnya sebab Abu Nawas tak membawa seekor binatang pun, “teriak Abu Jahil begitu sombongnya.

“Tenang….tenang…, aku membawa ribuan hewan buruan. Jawab Abu Nawas. Jadi jelaslah aku pemenangnya, dan engkau wahai Abu Jahil, silahkan memandikan kuda-kuda istana. Sebab menurut aturan sayembara, semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya, “kata Abu Nawas lagi, sambil membuka wadah bambu yang sudah diisi dengan ribuan semut merah.

Baca Juga:  Sosok Nasruddin Hoja, Sufi Jenaka Sepanjang Zaman

“Jumlahnya sangat banyak Baginda, kami tak sanggup menghitungnya lagi, “kata pengawal kerajaan yang menghitung jumah semut itu.

Melihat kenyataan itu, tiba-tiba saja Abu Jahil jatuh pingsan. Baginda Harun al Rasyid tertawa terpingkal-pingkal dengan ulah dan kecerdikan Abu Nawas dan langsung memberi hadiah kepadanya.

“Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan kelicikan.”

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik