Tak Selalu Buruk, Ini 5 Sisi Positif dengan Hadirnya Aliran Wahabi

Sisi Positif dengan Hadirnya Aliran Wahabi

Pecihitam.org – Menurut sebagian kalangan mengatakan bahwa karakter dan sepak terjang penganut faham Salafi-Wahabi di Indonesia ternyata terkesan lebih garang dan kaku ketimbang mereka yang ada di Arab Saudi yang notabene negara munculnya aliran ini. Karena faktanya tidak semua penduduk Arab Saudi menganut paham Wahabi. Bahkan banyak aliran rukun-rukun saja disana.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Contoh paling gampang adalah soal nama Wahabi. Penganut paham Wahabi di Indonesia banyak yang tak suka dengan penyebutan nama tersebut, mereka lebiih senang dipanggil Salafi.

Padahal ulama kalangan Wahabi sendiri seperti Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam Fatawa Nur ‘Ala Darbi hlm. 16 menanggapi penamaan tersebut dengan bangga. Beliau juga mengakui bahwa sebutan tersebut memang untuk dakwah Syekh Muhamad bin Abdul Wahab. Hmmm, jadi aneh. Ko yang satu setuju disebut Wahabi tapi yang lainnya nggak.

Akan tetapi, meski banyak efek negatif dari gencarnya usaha menyebarkan faham Salafi-Wahabi yang selalu bikin gadung, ternyata tetap ada nilai positifnya yang patut disyukuri. Lantas apa saja nilai postifnya?

1. Lebih Memahami Dasar Tradisi Baik

Karena gencarnya dakwah anti bidah dan syirik dan ingin menebas habis semua tradisi umat Islam yang tidak sealiran dengan mereka. Ulama di Indonesia tentu tidak tinggal diam. Berbagai usaha pembelaan, sosialisasi kepada umat, diskusi, hingga menyerang balik hujjah kaum Wahabi pun dilakukan.

Baca Juga:  Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan

Nah nilai positifnya, kini banyak umat Islam pengamal tradisi tahlilan, yasinan, selamatan, tawasul, tabarruk, ziarah makam wali, maulidan, shalawatan yang semakin tahu dan paham bahwa apa yang mereka jalani semua ada dasarnya dan tidak seperti yang dituduhkan. Sehingga mereka menjadi semakin mantap dalam beramal.

2. Semakin Sadar Pentingnya Bermadzhab

Dalam berbagai ungkapan yang terlontar, banyak penganut aliran ini yang mengajak umat Islam untuk memahami agama dengan kembali kepada Al Quran dan hadis. Ini sama saja mengajak agar umat terlepas dari madzhab.

Meski akhir-akhir ini, slogan itu mendapat imbuhan “dengan pemahaman salafussalih”. Inti dari slogan tersebut nyatanya adalah ajakan untuk memahami Alquran dan sunah hanya sesuai pemahaman kalangan mereka.

Saat ada yang menyerukan untuk meninggalkan pemahaman agama agar tak ikut para imam mujtahid, dan langsung mengambil sendiri dari Alquran dan sunah, bukankah hakikatnya ia merintis mazhab atau jalan sendiri dan mengajak orang lain untuk mengikutinya?

Dilain sisi. ada juga sebagian kalangan salafi yang menisbatkan diri bermazhab Hambali. Namun kenyataan dilapangan, sepak terjang mereka jauh dari tuntunan madzhab tersebut.

Baca Juga:  Sepuluh Ciri-ciri Wahabi Yang Harus Kita Ketahui, Nahdliyyin Harus Lebih Waspada!

Meski begitu, efek positif dari dakwah Salafi-Wahbi ini adalah kesadaran pentingnya bermazhab dalam beragama. Para santri juga kian sadar dan giat untuk menggali hasil ijtihad yang disuguhkan ulama-ulama mazhab.

3. Lebih Kritis Pada Tradisi Kurang Baik

Gencarnya kalangan Salafi Wahabi dalam menyuarakan anti bidah hingga kebablasan juga punya efek positifnya terhadap umat Islam lainnya. Setidaknya jadi lebih hati-hati dalam menjalankan tradisi keislaman.

Meskipun banyak juga yang cuek karena sudah kebal dengan celotehan “bidah”, tapi setidaknya umat Islam meningkat daya kritisnya untuk mendasari tradisi dengan dalil yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Sadar Akan Bahaya Fanatisme Berlebih

Sadar atau tidak, kalangan Salafi Wahabi hakikatnya mencontohkan fanatisme kelompok atau aliran yang berlebihan. Bagaimana tidak? Kalau setiap orang yang berbeda pendapat dan lain cara memahami agama lantas dicap syirik hingga kafir. Fakta membuktikan bahwa berbagai tindak pengeboman dan teror berkedok Islam justru muncul dari penganut Salafi.

Efek dari hal tersebut, ulama dan para tokoh agama akhirnya lebih gencar menyuarakan pentingnya toleransi baik sesama muslim maupun terhadap nonmuslim. Banyak masyarakat yang mulai menyadari bahaya doktrin Wahabi. Jangankan dengan nonmuslim, dengan sesama muslim tapi beda mazhab saja Wahabi bisa mengkafirkan.

Baca Juga:  Mungkinkah Syi'ah, Wahabi, dan Aswaja Bertetangga di Surga?

5. Semangat Belajar Agama yang Benar dan Berbagi Ilmu

Dalam rentang waktu yang panjang, umat Islam Indonesia, kalangan Nahdliyin khususnya terlena dalam kedamaian bersama para ulama. Setelah dakwah kalangan Salafi kian gencar, mereka baru tergugah untuk kembali belajar dengan giat, menggali lagi kitab-kitabnya lalu mensosialisaikannya kepada umat.

Apalgi ketika informasi keislaman di internet yang sudah lebih dulu dikuasai kalangan Salafi Wahabi. Akhirnya juga menggugah banyak kalangan muda pesantren untuk terjun dalam kancah perang informasi digital. Semua itu dilakukan dalam rangka melindungi amaliayah mereka dan mencounter serangan-serangan Wahabi.

Hasilnya, kini kalangan salafi sendiri pun juga kebingungan menghadapai perdebatan yang menyudutkan pendapat mereka. Mereka pun tambah tak berkutik ketika di ajukan dalil-dalil ilmiah. Nah, itu sebabnya ayo semangat ngaji lagi!

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik