Sosok Nabi Khidir di Mata Sufi – Mursyid Terbaik yang Misterius

sosok nabi khidir

Pecihitam.org – Jika ada manusia paling misterius dimuka bumi ini, maka sosok Nabi Khidir as. adalah orangnya. Beliau tokoh yang amat terkenal, tapi jejaknya lepas dari pengamatan sejarah. Hanya cerita pribadi dari mulut ke mulut, tak meninggalkan bukti sejarah apapun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bahkan, meski memiliki kisah yang unik dengan Nabi Musa as, Taurat maupun Injil tidak menceritakannya. Kisah itu hanya diceritakan dalam Al-Qur’an, meski tak secara langsung menyebut namanya.

Sisi misterius memang memainkan peran tersendiri dalam membentuk ketokohan Nabi Khidir as. Atas dasar itu, kalangan sufi menyebutnya sebagai tokoh rijalul-ghaib. Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyatakan, “Di antara para wali ada orang yang sudah fana’ dari kebutuhan makan dan minum, menghindar dari umat manusia dan tak terlihat oleh pandangan mata mereka, ia diberi umur panjang, tidak mati-mati, seperti Nabi Khidir as.”

Banyak hal yang mengisahkan Nabi Khidir as. bersama Nabi Musa as. menjadi sumber inspirasi kehidupan batin para sufi, meski dalam beberapa hal pula, ada beberapa oknum dari kelompok sufi yang salah paham, dan justru menganggap kisah tersebut sebagai perseteruan antara ilmu dhahir dan ilmu batin, atau antara syariat dan hakikat.

Baca Juga:  Apa Maksud dari Qabdhu dan Basthu dalam Dunia Sufi? Begini Penjelasannya

Bahkan, atas dasar kisah itu, aliran Bathiniyyah beranggapan bahwa syariat hanya berlaku untuk para nabi dan kalangan awam, tidak berlaku untuk kalangan wali atau kalangan khawash.

Sosok Nabi Khidir as. memang begitu lekat dengan benak kaum sufi. Syekh Muhammad al-Khasanzan, Khalifah Tarekat Qadiriyah dunia pada akhir abad 14 Hijriyah, menyatakan bahwa Sosok Nabi Khidir as. adalah ramzun lit-thariq al-mushil ilal-hayat al-khadhra’ al-abadiyah. Berarti dalam anggapan beliau, Al-Khidir adalah semacam perlambang bagi jalan tasawuf.

Menurutnya, kata “khidr” adalah lambang kehidupan. Khidr memiliki akar kata yang sama dengan khudrah yang berarti hijau. Hijau adalah lambang kehidupan. Secara jasmani beliau hidup dalam masa yang panjang, dan secara ruhani beliau adalah lambang kehidupan batin.Kenyataannya, Al-Khidir memang menjadi ikon yang tak tergantikan dalam perjalanan kehidupan sufistik.

Kisah para tokoh sufi, baik para wali yang masyhur ditingkat dunia ataupun para wali yang masyhur ditingkat lokal, nyaris tak pernah lepas dari “bumbu” kedatangan beliau. Bahkan, beliau terkesan seperti menjadi pemberi stempel bagi status kewalian.

Karena banyaknya pengalaman mistik para sufi dengan Sosok Nabi Khidir as. ini, maka mereka menjadi kelompok yang paling gigih dalam membela pandanganteologis bahwa Al-Khidir masih hidup. Bagi kalangan sufi, keberadaan Nabi Khidir adalah nyata dan bersentuhan langsung dengan dunia empiris mereka.

Baca Juga:  Tujuan Ilmu Tarekat, Perjalanan Menuju Spiritual Tertinggi

Dari berbagai referensi tasawuf tidak terlalu sulit menemukan kisah-kisah pertemuan para sufi dengan Sosok Nabi Khidir as.. Seperti dalam kisah-kisah Umar bin Abdil Aziz, Ibrahim bin Adham, Abdullah bin Mubarak, Junaid al-Baghdadi, al-Khawash, Ahmad Rafi’i, dan tokoh-tokoh sufi masyhur lainnya.

Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tercatat memiliki kisah yang cukup banyak dengan al-Khidir. Al-Khidir menjadi semacam pembimbing bagi beliau, mulai sejak tirakat pengembaraan selama 25 tahun, hingga beliau menetap di Baghdad dan menjadi tokoh besar yang didatangi oleh para salik dari seluruh penjuru dunia.

Sebelum masuk ke Baghdad dan mengakhiri tirakat pengembaraannya, konon Sosok Nabi Khidir as. menyuruhnya untuk tirakat dipinggir sungai di tepi banghdad selama 7 tahun. Beliau makan dari rumput dan tumbuh-tumbuhan sekitarnya, hingga warna hijau rumput membekas dilehernya. Setelah itu, Al-Khidir mengatakan, “Hai Abdul Qadir, masuklah ke Baghdad”.

Selain Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tokoh sufi lain yang memiliki banyak kisah dengan Al-Khidir adalah Ibnu Arabi. Beliau menceritakan sendiri kisah-kisah itu dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah.

Maka tidak heran jika Muhammad Ghazi Arabi, seorang peneliti tasawuf di Jazirah Arab yang masih semasa dengan Syekh al-Khasanzan, menyatakan, “Sosok Nabi Khidir as. adalah guru kalangan sufi. Beliaulah yang menjadi penuntun dalam perjalanan panjang mereka. Maka, bagi para sufi, Khidir adalah guru, teman bicara, dan kawan terbaik yang pernah menyertai mereka. Dialah gurunya para syekh. Ia membimbing dan menuntun para salik, langkah demi langkah”.

Baca Juga:  Inilah Tiga Sufi yang Kaya Raya, Bukti Tasawuf Tak Indentik dengan Miskin

Apa yang diungkapkan oleh Ghazi Arabi itu sangat pas dengan konsepsi para sufi tentang Sosok Nabi Khidir as. Pertemuan dengan Nabi Khidir as. selalu membawa pesan yang sangat berharga bagi jalan suluk yang mereka tempuh. Bagi mereka, Nabi Khidir as. memang pembimbing yang paling teduh, seteduh warna hijau yang terpantul didalam namanya.

Sumber : Menjadi Sufi Berduit.