Awas Bahaya Laten! Ini Standar Ganda HTI yang Harus Kita Waspadai

Awas Bahaya Laten! Ini Standar Ganda HTI yang Harus Kita Waspadai

PeciHitam.org – Pepatah Jawa mengatakan Esuk Dele, sore Tempe (Pagi Kedelai, sore Tempe) atau sering disebut mencla-mencle (tidak konsisten). Istilah yang mejadi sindiran kepada siapapun yang memiliki sikap tidak konsisten, suka ingkar janji, tidak berintegritas dan berbohong, memiliki standar ganda.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Konsep standar ganda atau tidak konsisten menunjukan perkataan dan perbuatan tidak sehati seirama, dan sering menjadi duri dalam daging. Alasaanya jelas, karena dalam perkataan berkata A dalam perbuatan bertindak bertentangan dengan perkataannya.

Integritas Buruk Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir di Indonesia kiranya tepat disemati mencla-mencle, karena tidak ada kepastian arah pemahaman berorganisasi di negara Pancasila. Ia hidup dan berkembang, mendapatkan fasilitas keamanan dan lain sebagainya namun memiliki agenda politis merobohkan bangunan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Corong utama Hizbut Tahrir di Indonesia untuk menyuarakan aspirasinya adalah melalui juru bicaranya, Ismail Yusanto. Entah alasan apa yang menyebabkan Rais Wilayah Hizbut Tahrir di Indonesia tidak pernah muncul ke publik atau sekedar diketahui identitasnya. Bahkan hal serupa dilakukan oleh Pemimpin tertinggi Hizbut Tahrir, Syaikh Atha Abu Rasytah yang berkedudukan di London.

Pimpinan Hizbut Tahrir sangat jarang, kalau tidak mau dikatakan sama sekali, menampakkan dirinya ke publik dengan dalih untuk menyelamatkan diri dari intaian pencelakaan atas dirinya.

Baca Juga:  Resensi Buku NKRI Daulah Santri; Menguliti Propaganda HTI

Kiranya tidak ada agenda terselubung yang mengancam eksistensi Negara Modern, maka tidak ada alasan untuk menutupi pemimpinnya kepada publik.

Hal ini menunjukan keburukan Integritas yang dimiliki oleh para pemimpin Hizbut Tahrir, sebagai organisasi yang banyak tertolak di negara Islam atau Mayoritas Islam. Sifat integritas yang  buruk adalah sifat orang munafik;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ  -٢ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ -٣

Artinya; “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Qs. Shaff: 2-3)

Standar Ganda HTI

Informasi tentang standar ganda yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di Indonesia kiranya bisa dilihat daripada cara pengungkapan argumentasi dari HTI yang berbelit.

Ketika berdiskusi secara umum di depan media atau sebuah ruang  diskusi terbuka, akan selalu ada kilahan silat lidah untuk menolak eksistensi pancasila sebagai dasar negara.

Sebagaimana uraian Ismail Yusanto dalam sebuah acara bedah buku di sebuah kampus negeri pada tanggal 10 Agustus 2012 yang mengatakan bahwa Pancasila sebagai Set of Philosophy yang lemah karena tidak mencukupi dijadikan sebagai landasan berdirinya sebuah negara (Not Sufficient). Kelemahan Pancasila sebagai sebuah dasar negara dikatakan terbukti dalam pergantian kekuasaan rezim.

Baca Juga:  Kritik Terhadap Khilafah Ala Hizbut Tahrir: Tiga Kerancuan Nalar

Diluar kesempatan dalam diskusi terbuka, kader HTI pernah mengeluarkan sebuah maqolah yang diberi judul Al-Banshasila Falsafatul Kufr Laa Tattafiq maa Islam. Maknanya adalah Pancasila adalah Falsafah Kufur dan tidak akan sesuai dengan Islam, maka kiranya harus diruntuhkan.

Nasyrah (Buletin) tersebut biasa disebarkan dalam halaqah politis HTI di kampus dan Masjid.

Fakta lapangan tersebut disebutkan oleh Ainur Rafiq, yang seorang mantan kader HTI yang memilih jalan keluar. Sampai sekarang tidak pernah ada bantahan atas dua pendapat di atas, yang berarti HTI dalam alam pikirannya beranggapan Pancasila kufur benar adanya.

Standar ganda HTI yang selalu diterapkan dalam dakwah politis mereka yaitu menerima Pancasila hanya sebagai alat untuk tidak terusir dari Indonesia.

Disatu sisi, HTI terus menerus mengatakan bahwa Pancasila adalah sistem kufur yang tertolak. Model ini sama dengan pepatah jawa esuk Dele, sore Tempe,Mencla-mencle tidak konsisten sebagai seorang Muslim.

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلإنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

Baca Juga:  Adanya Cacat Matan dan Sanad dalam Argumentasi Khilafah HTI (Bag III)

Artinya; “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika Dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, Maka tatkala manusia itu telah kafir, Maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam” (Qs. Al-Hasyr: 16)

Tepat kiranya sebagai sebuah bangsa yang didirikan atas perjuangan Ulama dan tokoh Nasionalis, Indonesia menolak HTI tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Ancaman disintegrasi dan kekerasan sektoral merupakan ancaman di depan mata ketika Hizbut Tahrir meraih tampuk kekuasaan. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq