Suksesnya Masyarakat Tanpa Tuhan dan Tamparan Bagi Masyarakat Beragama

Masyarakat Tanpa Tuhan

Pecihitam.org – Apakah masyarakat tanpa Tuhan dan tanpa agama akan hidup melarat, miskin, amoral, penuh kebejatan, perampokan dan tindakan-tindakan negatif lainnya otomatis terjadi? Jawabannya adalah Tidak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Justru Denmark dan Swedia menunjukkan sebaliknya dari dugaan-dugaan yang selama ini diyakini oleh orang yang beragama, mereka hidup damai, aman, sejahtera tanpa Tuhan, Agama. Akan saya paparkan hasil penelitian Phil Zuckerman dalam bukunya Society without God (Masyarakat Tanpa Tuhan). Ini sebagian penuturan dari sang penelitian, bahwa katanya:

“Di negara-negara tertentu saat ini-kebanyakan di Eropa Barat- agama tidak begitu berjalan dengan baik. Di Jerman, misalnya, sebagian besar orang tak lagi ke gereja, dan bangunan-bangunan gereja yang dulunya sering dikunjungi secaca rutin oleh warga Jerman selama ratusan tahun kini diubah menjari restoran, kedai kopi, diskotek, dan apartemen.

Salah satu penelitian memprediksi bahwa di tahun-tahun mendatang, 59 persen gereja-gereja di Jerman akan menemui semacam takdir Sekuler. Belanda pun demikian, yang dulunya hampir 100 persen orang Belanda menjadi anggota gereja 100 tahun yang lalu, kini hanya 49 persen yang menjadi anggota gereja. Di Prancis, meskipun 91 persen baya menerima baptis di tahun 1958 , persentas itu menurun hingga 51 persen hingga 1990 (bagaimana dengan sekarang?

Di Inggris, Kristianitas mungkin berada di ujung tanduk: keanggotaaan gereja terjun bebas dalam 100 tahun ke belakang, dan mengenai kepercayaan Kristen tradisional-pada Tuhan, bahwa Yesus anak Tuhan, pada akhirat, kecuali Injil, dan sebagainya-semuanya telah terkikis secara subtansial, dengan kemorosotan terang dalam dekade-dekade terakhir. Palm dan Trost menggambarkan Swedia sebagai “salah satu negara paling sekuler di Dunia.” [1]

Baca Juga:  Non Muslim Itu Kafir atau “Dikafirkan?” Ini Pendapat KH. Afifuddin Harisah

Mengerikan, agama kristen khususnya di Negara Eropa Barat mengalami penurunan yang sangat drastis. Penelitian ini pada hakikatnya ingin membuktikan sekaligus membantah bahwa Masyarakat Tanpa Tuhan, tanpa agama akan menjadi neraka dunia: amoralitas yang merajalela, penuh kejahatan, dan penuh dengan kebejatan.

Padahala tidak demikian. Denmark dan Swedia adalah masyarakat yang kuat, aman, sehat, bermoral, dan sejahtera. Malah, mereka termasuk dalam negara-negara ‘terbaik di dunia. Apa bukti bahwa Masyarakat Tanpa Tuhan, tanpa agama hidup damai dan sejahtera? Saya akan memaparkan sebagian hasil penelitian dalam artikel ini secara singkat padat.

Pertama, tingkat kriminal, bunuh diri. di Denmark Swedia itu sangatlah rendah. Dalam sebulan beruntung bila kita bertemu dengan polisi. Kalaupun ada tindakan kriminal maka dalam hitungan menit akan segera ditindaki oleh pihak kepolisian.

Ini tentu saja berbeda dengan Masyarakat yang beragama misalnya di Indonesia yang mayoritas punya agama tetapi tingkat kriminalnya sangat tinggi. Bila kita pulang tengah malam agak khawatir karena khawatir ada yang menjegal di jalan. Motor yang disimpan diluar rumah selalu membuat kita was-was karena sadar bahwa kendaraan kita bisa jadi diambil oleh orang yang tidak kenal.

Kedua, dari segi harapan hidup, dari 20 negara dengan angka harapan hidup tertinggi (dengan artian bahwa warganya rata-rata hidup paling lama) Swedia berada di urutan keenam di dunia. Dan dari 20 besar negara-negara dalam kategori ini, hampir semuanya adalah negara dengan agama yang relatif rendah dibandingkan negara lainnya di dunia.

Baca Juga:  Sarung dan Cincin: Catatan Riang dan Ringan dari Peringatan Hari Santri 2023

Angka kematian bayi, Denmark dan Swedia seri-bersama Norwegia, Islandia, Jepang, dan Singapura-untuk angka kematian bayi terbaik/terendah di dunia. Dan dari 20 besar negara-negara dengan angka kematian bayi terbaik/terendah, kebanyakan adalah negara-negara dengan agama yang lemah.

Ketiga, soal pelayanan kesehatan. Dalam jumlah dokter per 100.000 orang. Denmark berada di urutan kesembilan di dunia. Denmark dan Swedia juga memiliki angka infeksi HIV/AIDS terendah di dunia.

Keempat, soal perlindungan lingkungan. Menurut indeks kinerja perubahan iklim. Negara nomor satu di dunia yang melakukan usaha paling banyak untuk memperbaiki kondisi lingkungan adalah Swedia, di ikuti oleh inggri di nomor dua dan Denmark di nomor tiga.

Kelima, soal sedikitnya korupsi. Denmark berada di nomor empat sebagai negara paling sedikit korupsi di dunia, Swedia di nomor tujuh, dan dari 20 besar negara-negara dengan angka korupsi terendah, mayoritas tidak religius. Mengenai pemberian amal untuk negara-negara miskin, Denmark di urutan kedua, Swedia ketiga, dari 20 besar negara-negara yang memberi bantuan paling banyak untuk negara-negara termiskin di dunia, jelas kebanyakan adalah yang tidak religius. 

Bisakah kita menyimpulkan bahwa Masyarakat Tanpa Tuhan tidak ada korelasinya dengan kedamaian, kesejahteraan, keamanan dan lain sebagainya? Untuk damai, sejahtera, aman tidak diperlukan agama bagi masyarakat Denmark dan Swedia dan negara-negara lainnya.

Baca Juga:  Imam Al Ghazali Bergelar Pembela Islam, Samakah dengan Nama yang Melekat di FPI?

Sebagai orang yang beragama tentu saja saya tidak sepakat dengan asumsi bahwa tidak ada korelasi antara agama dengan kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan, walaupun Denmark dan Swedia membuktikan saat ini.

Sebab sebagai orang yang beragama, fenomena Denmark dan Swedia serta negara-negara lainnya yang semakin hari agama Kristen semakin ditinggalkan harusnya menjadi bahan kritik bagi mereka yang beragama, yang katanya dengan agama hidup akan damai, aman, sejahtera kok berbeda dengan faktanya.

Harus digaris bahwa bukan agama yang tidak bisa menciptakan kedamaian, keamanan, kesejahteraan. Namun kemungkinan besar cara kita memahami agama yang keliru atau tidak mampu mengaplikasikan perintah agama dengan baik dan benar dan pengambilan intisari ajaran agama yang keliru. Selain itu, yang perlu digaris bahwa pula bahwa fenomena penurunan keyakinan dalam beragama itu terjadi di agama Kristen khususnya di Eropa Barat bukan pada agama Islam.

Wallahu A’lam bis Shawab.


[1] Hasil kutipan di buku Masyarakat Tanpa Tuhan pada halaman 237-238.

Muhammad Tahir A.