Surah Ad-Dukhan Ayat 17-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ad-Dukhan Ayat 17-33

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ad-Dukhan Ayat 17-33 ini, Allah menyampaikan wahyu-Nya dan memperingatkan kepada kamu sekalian tentang siksaan-Nya apabila kamu sekalian mendurhakai-Nya. Firman Allah: Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menyelamatkan Bani Israil dari siksaan Fir’aun dan kaumnya yang telah menghinakan mereka. Fir’aun telah menghancurkan musuh mereka, membunuh anak laki-laki mereka, dan membiarkan wanita-wanita hidup namun memaksakan pekerjaan yang berat. Fir’aun adalah seorang yang sombong dan berbuat melampaui batas di luar perikemanusiaan.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ad-Dukhan Ayat 17-33

Surah Ad-Dukhan Ayat 17
وَلَقَدۡ فَتَنَّا قَبۡلَهُمۡ قَوۡمَ فِرۡعَوۡنَ وَجَآءَهُمۡ رَسُولٌ كَرِيمٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia,

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ فَتَنَّا (Sesungguhnya telah Kami coba) Kami uji قَبۡلَهُمۡ قَوۡمَ فِرۡعَوۡنَ (sebelum mereka kaum Firaun) berikut Firaun sendiri وَجَآءَهُمۡ رَسُولٌ (dan telah datang kepada mereka seorang rasul) yaitu Nabi Musa.s. كَرِيمٌ (yang mulia) di sisi Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman bahwa sebelum mereka, Kami telah menguji kaum musyrikin dari kaum Fir’aun, yaitu kaum Qibthi Mesir, وَجَآءَهُمۡ رَسُولٌ كَرِيمٌ (“Dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia.”) yaitu Musa Kalimullah. An adduu ilayya ‘ibaadallaaH (“Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah [bani Israil yang kamu perbudak]”)

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa sebelum menguji kaum Nabi Muhammad, Dia telah menguji kaum Fir’aun yang sangat angkuh dan sombong. Ujiannya ialah, dengan mengutus kepada mereka seorang rasul yang mulia yaitu Nabi Musa. Peristiwa ini diharapkan menjadi contoh bagi kaum Nabi Muhammad saw. .

Tafsir Quraish Shihab: Sebelum orang-orang kafir Mekah, Kami telah menguji kaum Fir’aun dengan mengajak mereka untuk beriman. Mereka didatangi Mûsâ, seorang rasul yang mulia di sisi Allah. Tetapi, kemudian, mereka mengingkarinya dengan congkak. Begitu pula dengan orang-orang musyrik Mekah ini.

Surah Ad-Dukhan Ayat 18
أَنۡ أَدُّوٓاْ إِلَىَّ عِبَادَ ٱللَّهِ إِنِّى لَكُمۡ رَسُولٌ أَمِينٌ

Terjemahan: “(dengan berkata): “Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu,

Tafsir Jalalain: أَنۡ (Dengan berkata, “Hendaknya) atau hendaknyalah أَدُّوٓاْ إِلَىَّ (kalian tunaikan kepadaku) apa yang aku seru kalian untuk melakukannya, yaitu beriman kepada Allah. Maksudnya, tampakkanlah iman kalian kepadaku, hai عِبَادَ ٱللَّهِ إِنِّى لَكُمۡ رَسُولٌ أَمِينٌ (hamba-hamba Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepada kalian) dipercaya untuk menyampaikan apa yang aku diutus untuknya.

Tafsir Ibnu Katsir: yaitu Musa Kalimullah. أَنۡ أَدُّوٓاْ إِلَىَّ عِبَادَ ٱللَّهِ (“Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah [bani Israil yang kamu perbudak]”) yang demikian itu

Tafsir Kemenag: Nabi Musa berkata kepada kaum Fir’aun, “Serahkanlah kepadaku Bani Israil dan lepaskanlah mereka dari perbudakan serta penyiksaan kamu sekalian, karena mereka itu adalah kaum yang merdeka untuk saya bawa ke negeri asal kami. Aku ini adalah Rasulullah yang telah dipercayakan untuk menyampaikan wahyu-Nya dan memperingatkan kepada kamu sekalian tentang siksaan-Nya apabila kamu sekalian mendurhakai-Nya. Firman Allah:

Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (thaha/20: 47).

Tafsir Quraish Shihab: Rasul yang mulia itu berkata kepada mereka, “Terimalah dakwahku sebagai bentuk pelaksanaan perintah yang diwajibkan kepada kalian, wahai hamba-hamba Allah. Sebab, aku memang seorang rasul yang diutus khusus untuk kalian. Dan aku benar-benar jujur dalam membawa misi dakwah ini.

Surah Ad-Dukhan Ayat 19
وَأَن لَّا تَعۡلُواْ عَلَى ٱللَّهِ إِنِّىٓ ءَاتِيكُم بِسُلۡطَٰنٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: “dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.

Tafsir Jalalain: وَأَن لَّا تَعۡلُواْ (Dan Janganlah kalian menyombongkan diri) berlaku takabur عَلَى ٱللَّهِ (terhadap Allah) yaitu tidak menaati-Nya. إِنِّىٓ ءَاتِيكُم بِسُلۡطَٰنٍ (Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa bukti) tanda bukti مُّبِينٍ (yang nyata”) yang menunjukkan kebenaran risalahku. Tetapi sebaliknya mereka mengancam akan merajamnya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَن لَّا تَعۡلُواْ عَلَى ٱللَّهِ (“Dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah.”) maksudnya janganlah kalian sombong dengan tidak mengikuti ayat-ayat-Nya serta tunduk kepada hujjah-hujjah-Nya dan beriman kepada bukti-bukti-Nya.

إِنِّىٓ ءَاتِيكُم بِسُلۡطَٰنٍ مُّبِينٍ (“Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.”) yakni dengan hujjah yang nyata lagi jelas yang dibawa oleh Rasul Allah, berupa ayat-ayat yang nyata dan dalil-dalil yang pasti.

Tafsir Kemenag: Musa menghimbau kaum Fir’aun agar mereka jangan menyombongkan diri kepada Allah dengan mengingkari ketuhanan-Nya, dengan mengakui bahwa ketuhanan itu ada pada diri mereka, dan jangan mendurhakai-Nya serta menyalahi perintah-Nya.

Selanjutnya Musa menegaskan bahwa dia datang kepada mereka dengan membawa bukti yang nyata atas kebenaran apa yang dia serukan itu. Bukti nyata itu antara lain peristiwa yang terjadi antara Musa dan Fir’aun yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Firman Allah:

Dia (Musa) berkata, “Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (bukti) yang nyata?”Dia (Fir’aun) berkata, “Tunjukkan sesuatu (bukti yang nyata) itu, jika engkau termasuk orang yang benar!”Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya. (asy-Syu’ara’/26: 30-33).

Tafsir Quraish Shihab: Janganlah kalian menyombongkan diri di hadapan Allah dengan mendustakan rasul-Nya. Karena aku datang kepada kalian dengan membawa mukjizat yang jelas, yang menerangkan kebenaran misiku sebagai nabi dan rasul.

Surah Ad-Dukhan Ayat 20
وَإِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُمۡ أَن تَرۡجُمُونِ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari keinginanmu merajamku,

Tafsir Jalalain: Maka berdoalah Nabi Musa, وَإِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُمۡ أَن تَرۡجُمُونِ (“Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian, dari keinginan kalian merajamku) dengan batu.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِنِّى عُذۡتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُمۡ أَن تَرۡجُمُونِ (“Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Rabb-ku dan Rabb-mu dari keinginanmu merajamku.”)

Ibnu Abbas ra. dan Abu Shalih berkata: “Yaitu, rajam dengan mulut (caci makian).” Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Yaitu, rajam dengan batu-batuan.” Maksudnya, aku berlindung kepada Allah yang telah menciptakan aku dan juga kalian dari tindakan kalian menyakitiku, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya dalam ayat ini Musa berkata kepada Fir’aun dan kaumnya, bahwa dia akan minta perlindungan dari Tuhannya dan Tuhan mereka, Tuhan yang menciptakannya dan yang menciptakan mereka, berlindung dari tindakan jahat yang akan mereka timpakan kepadanya baik berupa perkataan atau perbuatan. Kalau mereka tidak mau menerima apa yang dia serukan kepada mereka, Musa mengharapkan agar mereka itu membiarkannya menimpa kaumnya tanpa membalas sikap mereka itu.

Persoalan antara Musa dan Fir’aun bersama kaumnya berlarut-larut, sekalipun kepada mereka telah diberikan bukti-bukti yang nyata, tetapi mereka tetap saja membangkang. Musa berdoa dan mengadu kepada Allah bahwa mereka itu tetap saja mempersekutukan-Nya dan mendustakan rasul-Nya.

Firman Allah: Dan Musa berkata, “Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.” (Yunus/10: 88) .

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku berlindung kepada Sang Penciptaku dan Pencipta kalian dari upaya kalian untuk membunuhku dengan rajam.

Surah Ad-Dukhan Ayat 21
وَإِن لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ لِى فَٱعۡتَزِلُونِ

Terjemahan: “dan jika kamu tidak beriman kepadaku maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil)”.

Tafsir Jalalain: وَإِن لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ لِ (Dan jika kalian tidak beriman kepadaku) tidak percaya kepadaku فَٱعۡتَزِلُونِ (maka biarkanlah aku”) artinya, janganlah kalian menyakitiku, akan tetapi mereka tidak mau membiarkannya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِن لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ لِى فَٱعۡتَزِلُونِ (“Dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku [memimpin bani Israil].”) maksudnya janganlah kalian menghalangiku dan biarkanlah apa yang ada di antara diriku dan diri kalian itu berada di tanganku sehingga Allah memberikan keputusan di antara kami.

Baca Juga:  Surah Ad-Dukhan Ayat 1-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Setelah Rasul itu cukup lama tinggal di tengah-tengah mereka dan beliau juga dengan gencar menegakkan hujjah-hujjah Allah Ta’ala kepada mereka, tetapi yang demikian itu tidak menambah mereka kecuali kekufuran dan keingkaran.

Tasir Kemenag: Selanjutnya dalam ayat ini Musa berkata kepada Fir’aun dan kaumnya, bahwa dia akan minta perlindungan dari Tuhannya dan Tuhan mereka, Tuhan yang menciptakannya dan yang menciptakan mereka, berlindung dari tindakan jahat yang akan mereka timpakan kepadanya baik berupa perkataan atau perbuatan. Kalau mereka tidak mau menerima apa yang dia serukan kepada mereka, Musa mengharapkan agar mereka itu membiarkannya menimpa kaumnya tanpa membalas sikap mereka itu.

Persoalan antara Musa dan Fir’aun bersama kaumnya berlarut-larut, sekalipun kepada mereka telah diberikan bukti-bukti yang nyata, tetapi mereka tetap saja membangkang. Musa berdoa dan mengadu kepada Allah bahwa mereka itu tetap saja mempersekutukan-Nya dan mendustakan rasul-Nya. Firman Allah:

Dan Musa berkata, “Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.” (Yunus/10: 88) .

Tafsir Quraish Shihab: Kalau memang kalian tidak mau beriman kepadaku, maka menjauhlah dan jangan sakiti aku.”

Surah Ad-Dukhan Ayat 22
ثُمَّ تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَقَالُواْ مُعَلَّمٌ مَّجۡنُونٌ

Terjemahan: “kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: “Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila”.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَقَالُواْ مُعَلَّمٌ (Kemudian mereka berpaling darinya dan berkata, “Dia adalah seorang yang menerima ajaran) maksudnya dia diajari Alquran oleh orang lain مُنتَقِمُونَ (lagi pula dia seorang yang gila.”).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ تَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ وَقَالُواْ مُعَلَّمٌ مَّجۡنُونٌ “kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: “Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila”.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bagaimana mereka itu berjanji akan beriman apabila azab mereka dihilangkan. Telah diutus kepada mereka seorang rasul yang memberikan peringatan dan penjelasan tentang kebenaran kenabian Muhammad saw dan Al-Qur’an itu dari Allah.

Semua itu seharusnya cukup untuk menyadarkan mereka dan mengembalikan mereka kepada kebenaran, tetapi mereka tetap membangkang dan berpaling daripadanya, bahkan mereka itu menuduh bahwa ajaran yang disebarkan Muhammad saw itu diterima dari seorang Romawi, budak dari suku saqif bernama Addaz yang beragama Kristen. Ada juga di antara mereka menuduh Muhammad saw seorang gila dan ajaran yang dibawanya itu adalah berasal dari jin ketika Muhammad saw dalam keadaan tidak sadar.

Tafsir Quraish Shihab: Mûsâ kemudian memohon kepada Tuhannya dengan mengadukan kaumnya yang sangat ingkar, ketika telah merasa putus asa karena mereka tidak beriman, bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang layak mereka terima.

Surah Ad-Dukhan Ayat 23
فَأَسۡرِ بِعِبَادِى لَيۡلًا إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ

Terjemahan: “(Allah berfirman): “Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar,

Tafsir Jalalain: Maka Allah swt. berfirman, فَأَسۡرِ (“Maka berjalanlah kamu) lafaz ini dapat dibaca Fa-asri atau Fasri بِعِبَادِى (dengan membawa hamba-hamba-Ku) yaitu Bani Israel لَيۡلًا إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ (pada malam hari, sesungguhnya kalian akan dikejar) oleh Firaun dan kaumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: pada saat itu Allah memerintahkan kepadanya pergi bersama bani Israil dari tengah-tengah mereka tanpa harus menunggu perintah, meminta musyawarah dan izin Fir’aun. Oleh karena itu Allah berfirman: فَأَسۡرِ بِعِبَادِى لَيۡلًا إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ (“Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar.”)

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan Musa supaya pergi meninggalkan Mesir pada malam hari dan membawa serta Bani Israil dan orang-orang yang beriman kepadanya dari penduduk asli Mesir, tanpa sepengetahun Fir’aun. Ia diberitahu oleh Allah bahwa Fir’aun dan kaumnya akan mengejarnya, tetapi ia tidak akan tersusul oleh mereka.

Allah berfirman: Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukullah (buatlah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).” (thaha/20: 77).

Tafsir Quraish Shihab: “Berjalanlah kamu, wahai Mûsâ, bersama orang-orang yang beriman kepadamu pada malam hari secara sembunyi-sembunyi agar mereka tidak mengetahui. Sebab, kalau mereka mengetahui, Fir’aun dan pasukan tentaranya akan mengikuti lalu menangkap kalian.

Surah Ad-Dukhan Ayat 24
يوَٱتۡرُكِ ٱلۡبَحۡرَ رَهۡوًا إِنَّهُمۡ جُندٌ مُّغۡرَقُونَ

Terjemahan: “dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”.

Tafsir Jalalain: وَٱتۡرُكِ ٱلۡبَحۡرَ (Dan biarkanlah laut itu) apabila kamu dan pengikut-pengikutmu telah menempuhnya رَهۡوًا (terbelah) tenang dalam keadaan terbelah hingga orang-orang Koptik atau kaum Firaun memasukinya إِنَّهُمۡ جُندٌ مُّغۡرَقُونَ (sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”) maka tenanglah kamu jangan khawatir. Akhirnya mereka ditenggelamkan.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱتۡرُكِ ٱلۡبَحۡرَ رَهۡوًا إِنَّهُمۡ جُندٌ مُّغۡرَقُونَ (“Dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka itu adalah tentara yang akan ditenggelamkan.”) hal itu karena setelah Musa as. dan bani Israil berhasil menyeberangi lautan, ia bermaksud memukul lautan dengan tongkatnya sehingga lautan itu kembali lagi seperti sedia kala (tidak terbelah) sehingga akan menjadi penghalang bagi beliau dari Fir’aun dan kaumnya, sehingga mereka tidak dapat mencapai beliau bersama bani Israil.

Lalu Allah menyuruh beliau supaya membiarkan laut itu dalam keadaan seperti itu, yakni tenang. Dan Dia memberitahukan berita gembira kepada beliau bahwa mereka itu adalah bala tentara yang akan tenggelam di dalamnya.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan Musa agar dia dan kaumnya meninggalkan laut yang dilaluinya itu dalam keadaan terbelah seperti halnya ketika dia memasukinya, hingga Fir’aun dan tentaranya memasukinya, kemudian Allah mempertautkan kembali laut yang terbelah tadi hingga tenggelamlah Fir’aun dan segenap tentaranya.

Sedangkan Musa dan orang-orang yang bersama dia selamat sampai ke daratan, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah: Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain. (asy-Syu’ara’/26: 65-66) .

Tafsir Quraish Shihab: Biarkan laut itu tetap terbelah setelah kamu pukul dengan tongkat, agar orang-orang yang ingkar itu melaluinya. Mereka pasti akan tenggelam.

Surah Ad-Dukhan Ayat 25
كَمۡ تَرَكُواْ مِن جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ

Terjemahan: “Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan,

Tafsir Jalalain: كَمۡ تَرَكُواْ مِن جَنَّٰتٍ (Alangkah banyaknya taman yang mereka tinggalkan) yaitu kebun-kebun وَعُيُونٍ (dan mata air) yang mengalir.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كَمۡ تَرَكُواْ مِن جَنَّٰتٍ (“Alangkah banyaknya taman.”) yaitu kebun-kebun; وَعُيُونٍ (“Dan mata air yang mereka tinggalkan )

Tafsir Kemenag: Alangkah banyaknya kekayaan yang ditinggalkan Fir’aun dan tentaranya baik berupa taman-taman yang penuh dengan bunga-bungaan yang menjadikan hawa sejuk menyenangkan, dan mata air yang mengalir dengan indahnya.

Demikian pula kebun-kebun yang menghijau, penuh dengan pohon-pohon yang berbuah dengan lebatnya, tempat-tempat yang berpemandangan indah, bangunan yang megah dan istana yang megah dan indah.

Tafsir Quraish Shihab: Setelah mati ditenggelamkan, mereka meninggalkan banyak taman segar dan mata air yang mengalir.

Surah Ad-Dukhan Ayat 26
وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ

Terjemahan: “dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah,

Tafsir Jalalain: وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ (Dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah) atau tempat yang bagus.

Tafsir Ibnu Katsir: وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ (“Serta tempat-tempat yang indah-indah.”) yaitu tempat tinggal dan tempat-tempat yang bagus.

وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ (“Serta tempat-tempat yang indah-indah.”) Mujahid dan Sa’id bin Jubair berkata: “Yaitu mimbar-mimbar.” Taman-taman itu terdapat di tepian sungai Nil, dari hulu sampai ke muaranya di kedua belah tepian sungai tersebut yang terdapat antara Aswan dan Rasyid, yang mempunyai sembilan teluk.

Tafsir Kemenag: Alangkah banyaknya kekayaan yang ditinggalkan Fir’aun dan tentaranya baik berupa taman-taman yang penuh dengan bunga-bungaan yang menjadikan hawa sejuk menyenangkan, dan mata air yang mengalir dengan indahnya.

Demikian pula kebun-kebun yang menghijau, penuh dengan pohon-pohon yang berbuah dengan lebatnya, tempat-tempat yang berpemandangan indah, bangunan yang megah dan istana yang megah dan indah.

Tafsir Quraish Shihab: Tanaman-tanaman yang beraneka ragam dan tempat tinggal yang indah.

Baca Juga:  Surah Ad-Dukhan Ayat 34-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Ad-Dukhan Ayat 27
وَنَعۡمَةٍ كَانُواْ فِيهَا فَٰكِهِينَ

Terjemahan: “dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya,

Tafsir Jalalain: وَنَعۡمَةٍ (Dan nikmat) kesenangan كَانُواْ فِيهَا فَٰكِهِينَ
(yang dahulu mereka bergelimang di dalamnya) bersenang-senang di dalamnya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَنَعۡمَةٍ كَانُواْ فِيهَا فَٰكِهِينَ (“Dan kesenangan-kesenangan yang mereka nikmati.”) yaitu kehidupan di dalamnya mereka bersenang-senang, makan sekehendak hati mereka dan memakai pakaian yang mereka sukai disertai dengan harta kekayaan dan kemewahan serta kekuasaan di suatu negeri. Lalu semua itu dimusnahkan pada satu waktu sehingga mereka meninggalkan dunia menuju ke neraka jahannam.

Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. Selanjutnya negeri Mesir dan kerajaan Qibthi itu dikuasai oleh Bani Israil. Sebagaimana difirmankan Allah: kadzaalika wa awratsnaaHaa banii israa-iila (“Demikianlah halnya dan kami anugerahkan semuanya itu kepada Bani Israil.” (asy-Syu’araa’: 59)

Tafsir Kemenag: Semula mereka hidup dengan penuh ketenangan dengan penghidupan yang serba cukup dan lengkap, rezeki berlimpah-limpah, kegembiraan yang selalu dinikmati. Semuanya itu dilimpahkan Allah kepada mereka, tetapi mereka itu tetap tidak mau sadar, bahwa kejahatan dan kekafiran mereka bertambah-tambah karenanya lalu Allah membinasakan mereka.

Kekayaan mereka tidak bermanfaat bagi mereka dan tidak dapat menolong mereka. Firman Allah: Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah binasa. (al-Lail/92: 11) .

Tafsir Quraish Shihab: Juga, di samping itu, mereka meninggalkan kehidupan menyenangkan yang dahulu mereka nikmati.

Surah Ad-Dukhan Ayat 28
كَذَٰلِكَ وَأَوۡرَثۡنَٰهَا قَوۡمًا ءَاخَرِينَ

Terjemahan: “demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.

Tafsir Jalalain: كَذَٰلِكَ (Demikianlah) lafal Kadzaalika ini menjadi Khabar dari Mubtada; maksudnya, perkaranya demikianlah. وَأَوۡرَثۡنَٰهَا (Dan Kami wariskan semua itu) yakni harta benda mereka قَوۡمًا ءَاخَرِينَ (kepada kaum yang lain) yakni, kaum Bani Israel.

Tafsir Ibnu Katsir: Dalam surah ad-Dukhaan ini Allah berfirman: كَذَٰلِكَ وَأَوۡرَثۡنَٰهَا قَوۡمًا ءَاخَرِينَ (“Demikialah, dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.”) yaitu Bani Israil, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya.

Tafsir Kemenag: Demikianlah Allah membinasakan kaum yang mendustakan rasul-rasul-Nya yang selalu menyalahi perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya. Negeri yang penuh kekayaan yang berlimpah-limpah dialihkan Allah kepada kaum yang lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan mereka baik hubungan kekeluargaan maupun agama. Maka bangsa-bangsa berganti menguasai Mesir.

Ibnu Katsir berpendapat bahwa yang mewarisi kekayaan Fir’aun adalah Bani Israil. Demikianlah Allah memberikan kekayaan kepada orang yang dikehendaki-Nya dan mencabut kerajaan dari orang yang Dia kehendaki, memuliakan yang Dia kehendaki, dan menghinakan yang Dia kehendaki pula. Firman Allah:

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali ‘Imran/3: 26).

Tafsir Quraish Shihab: Hukuman seperti ini diberikan Allah kepada orang yang melanggar dan tidak menaati perintah-Nya. Kenikmatan yang dahulu mereka rasakan itu diserahkan kepada kaum lain yang sama sekali tidak ada hubungan kerabat dan agama dengan mereka.

Surah Ad-Dukhan Ayat 29
فَمَا بَكَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلسَّمَآءُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَا كَانُواْ مُنظَرِينَ

Terjemahan: “Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh.

Tafsir Jalalain: (Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka) berbeda dengan orang-orang yang beriman, jika mereka mati tanah tempat salat mereka menangisinya dan langit tempat naiknya amal mereka menangisinya pula (dan mereka pun tidak diberi tangguh) diakhirkan tobatnya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَمَا بَكَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلسَّمَآءُ وَٱلۡأَرۡضُ (“Maka, langit dan bumi tidak menangisi mereka.”) maksudnya mereka tidak mempunyai amal shalih yang dibawa naik melalui pintu-pintu langit, sehingga ia menangis atas hilangnya mereka, dan bumi, mereka juga tidak mempunyai tempat beribadah kepada Allah Ta’ala. Oleh kaena itu, mereka layak untuk tidak diberikan tangguh dan tidak ditunda atas kekufuran, kejahatan dan keingkaran mereka.

Tafsir Kemenag: Langit dan bumi tidak menangisi kepergian dan kehancuran Fir’aun dan kaumnya. Tidak sesuatu pun baik di langit maupun di bumi yang menghiraukan kematian Fir’aun dan kaumnya yang jahat dan durjana itu. Mereka tidak mau bertobat memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, oleh karenanya azab disegerakan tanpa ada penangguhan.

Abu Ya’la meriwayatkan, demikian pula Abu Nu’aim dalam kitab hiyah al-Auliya: Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: Setiap muslim mempunyai dua pintu di langit; pintu tempat turun rezekinya dan pintu tempat masuk amal dan ucapannya, bila keduanya tidak ada maka menangislah kedua pintu tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Langit dan bumi pun tak bersedih ketka mereka ditimpa siksaan itu, karena mereka memang hina. Mereka tidak diberi tenggang waktu untuk dapat bertobat dan untuk dapat menyadari kesalahannya, sebagai bentuk penghinaan terhadap mereka.”

Surah Ad-Dukhan Ayat 30
وَلَقَدۡ نَجَّيۡنَا بَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ مِنَ ٱلۡعَذَابِ ٱلۡمُهِينِ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksa yang menghinakan,

Tafsir Jalalain: (Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israel dari siksa yang menghinakan) yakni dari pembunuhan Firaun terhadap anak-anak laki-laki mereka dan perbudakannya terhadap anak-anak perempuan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: wa laqad najjainaa banii israa-iila minal ‘adzaabil muHiin. Min fir’auna innaHuu kaana ‘aaliyam minal musrifiin (“Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksaan yang menghinakan. Dari adzab Fir’aun.

Sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, salah seorang yang melampaui batas.”) demikian Allah telah memberikan anugerah kepada mereka, dimana Dia telah menyelamatkan mereka dari penghinaan Fir’aun yang mereka alami dan pemaksaannya terhadap mereka untuk melakukan perbuatan hina lagi susah.

Tafsir Kemenag: Allah menyelamatkan Bani Israil dari siksaan Fir’aun dan kaumnya yang telah menghinakan mereka. Fir’aun telah menghancurkan musuh mereka, membunuh anak laki-laki mereka, dan membiarkan wanita-wanita hidup namun memaksakan pekerjaan yang berat.

Fir’aun adalah seorang yang sombong dan berbuat melampaui batas di luar perikemanusiaan. Firman Allah: Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan. (al-Qasas/28: 4).

Tafsir Quraish Shihab: Allah benar-benar telah menyelamatkan Banû Isrâ’îl dari siksaan yang menghinakan mereka.

Surah Ad-Dukhan Ayat 31
مِن فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ كَانَ عَالِيًا مِّنَ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

Terjemehan: “dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.

Tafsir Jalalain: (Dari siksaan Firaun) menurut suatu pendapat menjadi Badal dari lafal Al’Adzaabi yang ada pada ayat sebelumnya dengan memperkirakan adanya Mudhaf sebelumnya, yaitu lafal ‘Adzaabi, lengkapnya Min ‘Adzaabi Firaun, artinya: dari siksaan Firaun. Tetapi menurut pendapat lain ia menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal Al ‘Adzaabi (sesungguhnya dia adalah orang yang sombong lagi salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.).

Tafsir Ibnu Katsir: مِن فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ كَانَ عَالِيًا (“Dari [adzab] Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong.”) yaitu takabur, dzalim lagi membangkang, dan termasuk orang-orang yang melampaui batasa. Artinya ia melampaui batas dalam perintahnya, serta mempunyai pemikiran yang sangat buruk terhadap diri sendiri.

Tafsir Kemenag: Allah menyelamatkan Bani Israil dari siksaan Fir’aun dan kaumnya yang telah menghinakan mereka. Fir’aun telah menghancurkan musuh mereka, membunuh anak laki-laki mereka, dan membiarkan wanita-wanita hidup namun memaksakan pekerjaan yang berat. Fir’aun adalah seorang yang sombong dan berbuat melampaui batas di luar perikemanusiaan.

Firman Allah: Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan. (al-Qasas/28: 4).

Tafsir Quraish Shihab: Allah menyelamatkan mereka dari Fir’aun. Sesungguhnya Fir’aun benar-benar orang yang sombong terhadap kaumnya dan sangat berlebih-lebihan dalam melakukan kejahatan dan kesewenang-wenangan.

Surah Ad-Dukhan Ayat 32
وَلَقَدِ ٱخۡتَرۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ عِلۡمٍ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدِ ٱخۡتَرۡنَٰهُمۡ (Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka) yaitu kaum Bani Israel عَلَىٰ عِلۡمٍ (dengan pengetahuan) Kami yang mengetahui semua keadaan mereka عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ (atas orang-orang yang pandai) di zamannya, yakni mereka dipilih menjadi orang-orang yang lebih pandai daripada orang-orang yang pandai di zamannya.

Baca Juga:  Surah Al-Hujurat Ayat 11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَقَدِ ٱخۡتَرۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ عِلۡمٍ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ (“Dan sesungguhnya Kami telah memilih mereka dengan pengetahuan [Kami] atas bangsa-bangsa.”) Mujahid mengatakan: “Yaitu atas orang-orang yang berada di muka bumi.” Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Mereka dipilih atas orang-orang yang ada pada zaman mereka saat itu.” Ada sebuah ungkapan yang mengatakan: “Setiap zaman mempunyai orang yang alim.”

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Dia telah memilih Bani Israil atas orang-orang pandai pada zaman mereka; menurunkan kepada mereka kitab-kitab Samawi, mengutus pada mereka rasul-rasul karena Dia Maha Mengetahui kesanggupan dan kemampuan mereka.

Beberapa fakta sejarah dan fakta kekinian telah membuktikan pernyataan Allah swt, seperti tercantum dalam Al-Qur’an, Surah al-Jatsiyah/45: 16 di bawah ini. Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu).

Fakta sejarah memperlihatkan kepada kita bahwa sebagian besar para Nabi dan rasul berasal dari kalangan Bani Israil. Nama-nama para nabi/rasul dari kalangan Bani Israil, yang tercantum di dalam Al-Qur’an, diawali dari Nabi Yakub. Nabi-nabi yang bergelar Israil, adalah:

(1) Yakub [Jacob], (2) Yusuf [Joseph], (3) Musa, Harun [Aron], (5) Daud [David], (6) Sulaiman [Solomon], (7) Ilyas [Eliah], (8) Ilyasa [Elisha], (9) Uzair [Ezra], (10) Zulkifli [Ezekiel], (11) Junus Ayyub [Job], (13) Zakariyya [Zeccharia], (14) Yahya [John], dan (15) Isa [Jesus]. Jika moyang Israil seperti Nabi Ibrahim [Abraham], Nabi Lut [Lot], dan Nabi Ishak,[Isaac] dimasukkan, maka jumlah nabi/rasul dari kalangan Israil yang tercantum dalam Al-Qur’an adalah 18 orang.

Dari fakta sejarah ini jelas, bahwa bangsa Israil telah dikaruniai banyak rasul/nabi melebihi bangsa-bangsa lainnya. Sebagai pelengkap dari anugerah derajat kenabian/kerasulan itu, Allah swt menurunkan Kitab Suci Taurat kepada Nabi Musa dan Kitab Suci Zabur kepada Nabi Daud, yang menjadi pegangan hukum bagi kalangan Israil.

Kemudian diturunkan pula Kitab Suci Injil kepada Nabi Isa, yang mestinya menjadi pegangan hukum pula bagi kalangan Bani Israil, namun kemudian ditolak oleh Bani Israil. Dalam agama Kristiani, kitab Taurat, Zabur dan Injil, dijadikan pegangan, dan ketiga Kitab Suci itu dikompilasikan kedalam Perjanjian Lama (untuk Taurat dan Zabur) dan Perjanjian Baru (untuk Injil). Ketiga Kitab Suci itulah yang telah membangkitkan atau melahirkan peradaban Yahudi-Kristiani yang ada di dunia sampai saat ini.

Fakta sejarah juga menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman adalah seorang raja yang sangat adil, dan kekuasaannya membentang sangat luas. Pada masa Raja Sulaiman, kekuasaannya membentang dari Palestina di barat sampai perbatasan India di sebelah timur. Ke selatan sampai dengan Yaman dan di utara sampai ke perbatasan Siria.

Fakta kekinian juga memperlihatkan bahwa banyak pionir ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu kealaman, teknologi atau ilmu-ilmu sosial, muncul dari kalangan Bani Israil. Para Pemenang Nobel (Nobel Laurreates) adalah dari kalangan Bani Israil. Mereka adalah:

Albert Einstein (ahli Fisika, dan Kosmologi), Enrico Fermi (ahli Fisika-nuklir), Erwin Schrodinger (ahli Fisika Kuantum), Max Born (ahli Fisika Kuantum), Raould Hoffman (ahli Kimia Fisika Organik), Richard Feynmann (ahli Fisika Kuantum). Disamping itu, para ahli filsafat, seperti Karl Marx (penemu teori ekonomi Marxian), Charles Darwin (penemu Teori Evolusi) dan Sigmund Freud (ahli Psikoanalisis), juga berasal dari kalangan Bani Israil.

Pionir-pionir diatas telah mempengaruhi jalannya sejarah ummat manusia sekarang ini. Fakta di atas, telah dapat menjelaskan kepada kita tentang pernyataan Allah swt, yang tercantum dalam Al-Qur’an, surah 44: 32 dan 45: 16.

Faktor genetik merupakan kunci dari keunggulan manusia, sebagaimana keunggulan dalam dunia Botani (Tumbuhan) maupun Zoologi (Hewan). Faktor genetik manusia juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika suatu populasi kelompok manusia (Kelompok-A) bermigrasi ke suatu tempat kelompok manusia yang lain (kelompok-B), dan apabila terjadi perkawinan diantara anggota kedua populasi itu, maka akan terjadi gene flow baik dari gena kelompok-A ke kelompok-B maupun sebaliknya (lihat The New Encyclopaedia Brittanica, Vol. 19, Macropaedia, 2005, Gene in Populations, hal. 719-720) Gene flow ini mampu memperkaya faktor genetik.

Lebih kurang 4000 tahun yang lalu, keluarga Nabi Ibrahim, yang terdiri dari istri Beliau: Sarah, keponakan beliau: Nabi Lut, bermigrasi dari wilayah Ur (Babilonia, atau Iraq sekarang ini), ke utara sampai di wilayah Harran (Sekarang masuk wilayah tenggara Turki). Kemudian bermigrasi lagi ke selatan, yaitu ke Siria, Palestina; dan terus ke Mesir, dimana Beliau menikahi Hajar.

Keluarga Ibrahim ini kemudian bermigrasi ke Arabia dan balik ke Palestina. Beliau bermukim di sana sampai wafatnya. Karena seringnya berpindah-pindah tempat inilah, maka kelompok kecil keluarga Ibrahim ini, dikenal sebagai suku Ibrani, artinya yang berpindah-pindah tempat.

Dalam migrasinya ini, kelompok keluarga Ibrahim ‘berhubungan dengan banyak peradaban-peradaban maju waktu itu, seperti peradaban Babilonia, Assiria, Kanaan, dan Mesir. Gen flow tentu akan terjadi pada era migrasi Ibrahim ini, sehingga suku Ibrani mengalami pengayaan genetik (genetic enrichment). Yang unik adalah, suku Ibrani ini tetap mampu menjaga ciri khasnya sebagai suku yang menganut Tauhid; berbeda dengan ummat-ummat sekitarnya.

Kebiasaan suku Ibrani ini, yang kemudian diteruskan oleh generasi yang lebih muda: Bani Israil, diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya, baik dengan perluasan wilayah, seperti pada era Raja Sulaiman, maupun pada saat Bani Israil mengalami ‘pembuangan selama hampir 2000 tahun di Eropa, mulai dari tahun 70 M sampai mereka kembali ke Palestina tahun 1948 M. Gene enrichment selama hampir 4000 tahun peradaban Israil terjadi; ini mungkin kelebihan yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepada umat Israil itu.

Tafsir Quraish Shihab: Allah bersumpah, “Kami sungguh telah memilih Banû Isrâ’îl, karena Kami mengetahui keberhakan mereka untuk dipilih, di antara kalangan orang-orang berilmu pada zaman mereka. Kami mengutus banyak nabi dari kalangan Banû Isrâ’îl, meskipun Kami mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya.

Surah Ad-Dukhan Ayat 33
وَءَاتَيۡنَٰهُم مِّنَ ٱلۡءَايَٰتِ مَا فِيهِ بَلَٰٓؤٌاْ مُّبِينٌ

Terjemahan: “Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.

Tafsir Jalalain: وَءَاتَيۡنَٰهُم مِّنَ ٱلۡءَايَٰتِ مَا فِيهِ بَلَٰٓؤٌاْ مُّبِينٌ (Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan Kami sesuatu yang di dalamnya terdapat cobaan yang nyata) yang dimaksud adalah nikmat yang nyata, yaitu dapat dibelahnya laut, diturunkannya manna dan salwa serta mukjizat-mukjizat lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَءَاتَيۡنَٰهُم مِّنَ ٱلۡءَايَٰتِ (“Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan [Kami].”) yaitu hujjah-hujjah, bukti-bukti, dan berbagai hal di luar kebiasaan [mukjizat]. مَا فِيهِ بَلَٰٓؤٌاْ مُّبِينٌ (“Sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.”) yakni ujian yang jelas dan nyata bagi orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tafsir Kemenag: Allah telah menganugerahkan kepada Bani Israil berbagai kenikmatan yang menunjukkan kemuliaan mereka di sisi Allah yang bisa menjadi pelajaran bagi orang yang memperhatikannya. Allah menyelamatkan mereka dari musuh mereka, menaungi mereka dengan awan di atas mereka, menurunkan kepada mereka manna dan salwa dan kenikmatan-kenikmatan lainnya.

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan, yang dimaksud dengan kata-kata: “Al-Bala’ul Mubin” ialah nikmat yang nyata seperti firman Allah: Dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. (al-Anfal/8: 17) Dan firman-Nya: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. (al-Anbiya’/21: 35) .

Tafsir Quraish Shihab: Allah memberikan kepada mereka, melalui Mûsâ, sejumlah bukti yang mengandung ujian yang nyata bagi mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ad-Dukhan Ayat 17-33 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S