Surah Al-Ahqaf Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Ahqaf Ayat 1-6

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Ahqaf Ayat 1-6 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita memahami isi surah ini. Surah ini berbicara tentang turunnya al-Qurân dari sisi Allah, kewajiban beriman kepada al-Qur’ân, Nabi Muhammad saw. dan kepada hari kiamat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Selain itu, surah ini juga menggugah kita untuk dapat mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa orang-orang terdahulu yang tidak mematuhi Allah dan rasul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua dan menjaga hak-haknya.

Pada bagian selanjutnya, surah ini memaparkan kisah sekelompok jin yang mendengar ketika al-Qur’ân dibaca dan saling menasihati satu sama lain untuk diam mendengarkannya, lalu mereka mendapatkan bahwa al-Qur’ân membenarkan apa yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum Muhammad, memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus, maka mereka beriman kepadanya dan menyeru kaumnya untuk beriman pula.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 1-6

Surah Al-Ahqaf Ayat 1
حمٓ

Terjemahan: Haa Miim

Tafsir Jalalain: حمٓ (Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al-Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.

Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Tafsir Kemenag: Ayat pertama terdiri dari huruf-huruf hijaiah, sebagaimana terdapat pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Selanjutnya dipersilahkan menelaah masalah ini pada “Al-Qur’an dan Tafsirnya” jilid I yaitu tafsir ayat pertama Surah al-Baqarah.”

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini berbicara tentang turunnya al-Qurân dari sisi Allah, kewajiban beriman kepada al-Qur’ân, Nabi Muhammad saw. dan kepada hari kiamat. Selain itu, surat ini juga menggugah kita untuk dapat mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa orang-orang terdahulu yang tidak mematuhi Allah dan rasul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua dan menjaga hak-haknya.

Pada bagian selanjutnya, surah ini memaparkan kisah sekelompok jin yang mendengar ketika al-Qur’ân dibaca dan saling menasihati satu sama lain untuk diam mendengarkannya, lalu mereka mendapatkan bahwa al-Qur’ân membenarkan apa yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum Muhammad, memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus, maka mereka beriman kepadanya dan menyeru kaumnya untuk beriman pula.

Akhirnya surah ini ditutup dengan seruan kepada Nabi Muhammad saw. untuk selalu sabar atas sikap orang-orang yang mendustakannya, karena hal itu juga dialami oleh rasul-rasul ulul azmi (ulû al-‘azm) sebelumnya.]]

Surah ini diawali dengan menyebut dua fonem Arab, hâ dan mîm, seperti beberapa surat lain dalam al-Qur’ân yang juga diawali dengan sejumlah fonem seperti ini.

Surah Al-Ahqaf Ayat 2
تَنزِيلُ ٱلۡكِتَٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ

Terjemahan: Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Jalalain: تَنزِيلُ ٱلۡكِتَٰبِ (Diturunkan Alkitab ini) yaitu Alquran; lafal ayat ini menjadi Mubtada مِنَ ٱللَّهِ (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada ٱلۡعَزِيزِ (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya ٱلۡحَكِيمِ (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: تَنزِيلُ ٱلۡكِتَٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ (Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.) Allah memberitahukan bahwa Dia telah menurunkan kitab kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad saw. Dan Allah mensifati diri-Nya dengan kemahaperkasaan yang tidak dapat dijangkau [oleh siapapun] serta kemahabijaksanaan dalam ucapan dan perbuatan.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an ini benar-benar bersumber dari-Nya, tidak ada keraguan sedikit pun tentang itu, diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi ketentuan-ketentuan, bimbingan, dan pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Allah yang menurunkan Al-Qur’an kepada Muhammad saw, adalah Tuhan yang Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi-Nya. Dia Maha Bijaksana. Semua perintah, larangan, dan tindakan Allah adalah sesuai dengan sifat, kegunaan, dan faedah dari yang diciptakan-Nya dan hal itu tidak lepas dari hikmah penciptaan alam seluruhnya.

Karena Al-Qur’an itu bersumber dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, maka hendaklah setiap manusia beriman kepadanya, mengakui kebenaran dan mengamalkan semua isinya. Beriman kepada Al-Qur’an berarti keharusan beriman pula kepada Nabi Muhammad sebagai rasul Allah, yaitu dengan mengikuti semua sunahnya.

Tafsir Quraish Shihab: Al-Qur’ân diturunkan dari sisi Allah, Tuhan Yang Mahaperkasa atas segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam setiap tindakan-Nya.

Surah Al-Ahqaf Ayat 3
مَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ مُعۡرِضُونَ

Terjemahan: Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.

Tafsir Jalalain: مَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا (Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan) dengan tujuan بِٱلۡحَقِّ (yang benar) guna menunjukkan kekuasaan dan keesaan Kami وَأَجَلٍ مُّسَمًّى (dan dalam waktu yang ditentukan) bagi kemusnahannya, yaitu hingga hari kiamat.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 29-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ (Dan orang-orang yang kafir; terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka) berupa dipertakuti dengan siksa مُعۡرِضُونَ (mereka berpaling).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: مَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ (“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan [tujuan] yang benar.”) maksudnya tidak untuk suatu hal yang sia-sia dan bathil. وَأَجَلٍ مُّسَمًّى (“Dan dalam waktu yang ditentukan.”) maksudnya, untuk waktu yang telah ditentukan, tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang.

Firman-Nya: وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ مُعۡرِضُونَ (“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diinginkan dari mereka, padahal Allah telah menurunkan Kitab dan mengutus seorang Rasul kepada mereka, namun mereka justru berpaling dari semua itu. Dengan kata lain, mereka akan mengetahui akibat hal itu.

Tafsir Kemenag: Setelah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu-Nya, bukan karangan Muhammad saw, Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Penciptaan ini mengandung hikmah, meskipun manusia belum mampu mengetahui semua hikmah tersebut. Manusia harus selalu berusaha menggali hikmah tersebut agar bisa memanfaatkan pesan-pesan Al-Qur’an.

Dalam ayat lain diterangkan bahwa di antara tujuan Allah menciptakan bumi dan semua yang ada padanya ialah untuk kepentingan manusia. Allah berfirman: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali ‘Imran/3: 191)

Dalam ayat yang lain diterangkan bahwa Allah menjadikan langit dan bumi bukanlah untuk menimbulkan kezaliman dan kebinasaan, tetapi untuk melahirkan dan membuktikan kebenaran serta keadilan.

Dalam menyatakan keadilan itu, Allah membedakan antara orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk atau jahat, baik dalam sikap-Nya terhadap mereka, maupun dalam memberi balasan terhadap perbuatan mereka. Allah berfirman:

Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (al-Jatsiyah/45: 22)

Allah menciptakan langit dan bumi untuk waktu yang ditentukan-Nya sehingga dalam masa itu ada kesempatan bagi manusia melakukan segala sesuatu yang baik baginya, sesuai dengan ketentuan- ketentuan Allah agar ia dapat menikmati kebahagiaan hidup yang hakiki. Hal ini tentu sesuai pula dengan potensi dan hak ikhtiar yang diberikan Allah kepadanya.

Karena Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan segala hikmah dan manfaatnya, maka untuk menunjukkan keadilan-Nya dan membuktikan hikmah penciptaan keduanya, Allah menciptakan hari pembalasan. Dengan adanya hari pembalasan itu, segala perbuatan manusia dapat dibalas dengan adil. Hari pembalasan akan datang setelah berakhirnya masa yang ditentukan bagi langit dan bumi.

Pada hari pembalasan itu, ditetapkan pahala bagi orang-orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya berupa kebahagiaan abadi di dalam surga. Adapun orang-orang yang mengingkari perintah Allah dan melanggar larangan-Nya memperoleh kesengsaraan yang dialaminya di dalam neraka.

Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi dilakukan dengan suatu tujuan yang benar banyak ditemui dalam Al-Qur’an (antara lain Surah Ibrahim/14: 19). Pada ayat 3 Surah al-Ahqaf/46 ini, ditambahkan kata “dalam waktu yang ditentukan.”

Kata-kata ini dapat diartikan bahwa Tuhan memberi tahu kita mengenai waktu yang diperlukan hingga bumi terbentuk dan layak dihuni. Uraian yang lebih lugas mengenai waktu atau masa dari penciptaan terdapat pada Surah al-A’raf/7: 54 (lihat penjelasan pada juz 8).

Pada akhir ayat ini diterangkan keingkaran orang-orang musyrik terhadap peringatan yang telah disampaikan kepada mereka. Diterangkan bahwa sekalipun kepada mereka telah disampaikan bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah, pengangkatan Muhammad saw sebagai rasul-Nya, dan agama yang dibawa Muhammad saw, namun mereka tetap dalam kemusyrikan.

Mereka tetap berpaling dari peringatan itu dengan mengingkari perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, bahkan mereka menolak dalil-dalil dan bukti-bukti itu tanpa alasan yang benar. Mereka seakan-akan orang yang tuli, bisu, buta dan tidak berakal sehingga tidak dapat mendengar dan memahami seruan dan peringatan itu.

Mereka tidak mau percaya bahwa kelalaian dan keingkaran mereka akan menimbulkan penyesalan yang terus-menerus di akhirat kelak, di samping mengalami siksaan yang amat berat.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali berdasarkan hukum dan aturan yang tetap, untuk suatu tujuan yang sesuai dengan hikmah dan untuk sampai batas waktu yang ditentukan.

Orang-orang yang tidak mengakui kenyataan ini akan mengingkari suatu hari ketika manusia dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru untuk menerima balasan yang telah diingatkan kepada mereka.

Surah Al-Ahqaf Ayat 4
قُلۡ أَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا خَلَقُواْ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ لَهُمۡ شِرۡكٌ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱئۡتُونِى بِكِتَٰبٍ مِّن قَبۡلِ هَٰذَآ أَوۡ أَثَٰرَةٍ مِّنۡ عِلۡمٍ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

Terjemahan: Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar”

Tafsir Jalalain: قُلۡ أَرَءَيۡتُم (Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku مَّا تَدۡعُونَ (tentang apa yang kalian seru) kalian sembah مِن دُونِ ٱللَّهِ (selain Allah) yakni berhala-berhala; menjadi Maf’ul Awwal أَرُونِى (perlihatkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku,

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 33-34; Seri Tadabbur Al Qur'an

مَاذَا خَلَقُواْ (apakah yang telah mereka ciptakan) menjadi Maf’ul kedua مِنَ ٱلۡأَرۡضِ (dari bumi ini) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Maf’ul Tsani أَمۡ لَهُمۡ شِرۡكٌ (atau adakah mereka berserikat) artinya, mempunyai andil فِى (dalam) penciptaan ٱلسَّمَٰوَٰتِ (langit) bersama dengan Allah; lafal Am di sini bermakna Hamzah atau kata tanya yang menunjukkan makna ingkar.

ٱئۡتُونِى بِكِتَٰبٍ مِّن قَبۡلِ هَٰذَآ (Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum ini) sebelum Alquran ini أَوۡ أَثَٰرَةٍ (atau peninggalan) yakni sisa-sisa مِّنۡ عِلۡمٍ (dari pengetahuan) yang ditemukan dari orang-orang terdahulu, yang hal tersebut membenarkan pengakuan kalian bahwa menyembah berhala itu dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah? إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (jika kalian adalah orang-orang yang benar”) di dalam pengakuan kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ (“Katakanlah”) yakni kepada orang-orang musyrik yang juga menyembah selain Allah: أَرَءَيۡتُم مَّا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا خَلَقُواْ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ (“terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah. Perlihatkanlah kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini?”) maksudnya, tunjukkanlah kepadaku tempat dari bumi ini yang telah diciptakannya.

أَمۡ لَهُمۡ شِرۡكٌ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ (“Atau adakah mereka berserikat [dengan Allah] dalam [penciptaan] langit?”) artinya, tidak ada andil bagi mereka di dalam penciptaan langit dan bumi, bahkan setipis kulit ari pun mereka tidak memiliki.

Sesungguhnya kekuasaan dan pengaturan segala sesuatu itu hanya di tangan Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, lalu bagaimana mungkin kalian menyembah ilah lain selain Dia dan menyekutukan-Nya? Siapakah yang menunjukkan kalian pada hal itu? Siapa juga yang menyeru kalian melakukan hal tersebut? Ataukah Allah yang memerintahkan kalian berbuat demikian?

Oleh karena itu Allah berfirman: ٱئۡتُونِى بِكِتَٰبٍ مِّن قَبۡلِ هَٰذَآ (“Bawalah kepadaku kitab sebelum [al-Qur’an] ini.”) maksudnya, berikanlah kepada kami salah satu dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi-Nya yang menyuruh kalian menyembah berhala-berhala ini. أَوۡ أَثَٰرَةٍ مِّنۡ عِلۡمٍ (“Atau peninggalan dari pengetahuan [orang-orang dahulu].)” yakni bukti yang nyata atas jalan yang kalian tempuh ini.

إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (“Jika kamu adalah orang-orang yang benar.”) yakni kalian tidak memiliki suatu bukti pun, baik itu naqli atau ‘aqli atas hal itu. Karena itu ada ahli qiraat yang membaca: أَوۡ أَثَٰرَةٍ مِّنۡ عِلۡمٍ (tsa pada atsaaratim dipendekkan) artinya pengetahuan yang benar, yang kalian peroleh dari seseorang sebelum kalian. Sebagaimana dikatakan Mujahid dalam firman Allah: au atsaaratim min ‘ilmin; yakni “seseorang yang meninggalkan pengetahuan.”

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas: “Yakni, atau menjelaskan tentang perkara ini.” Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Sufyan mengatakan: “Aku tidak mengetahui kecuali dari Nabi saw. mengenai: “Atau peninggalan dari ilmu pengetahuan.” Yakni tulisan atau catatan.

Tafsir Kemenag: Setelah menegaskan bahwa Dialah yang berhak disembah, Dialah Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang lagi Mahaadil, dan setelah menegaskan tentang adanya hari pembalasan,

Allah menunjukkan kesalahan akidah orang-orang musyrik yang menyembah sembahan selain Allah. Dia memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada orang-orang yang menyembah sembahan selain Allah sebagai berikut,

“Hai orang-orang musyrik, terangkanlah kepadaku tentang berhala-berhala yang kamu sembah, setelah kamu memperhatikan kejadian langit dan bumi serta yang ada di dalamnya, setelah memperhatikan hukum-hukum yang berlaku pada benda-benda angkasa, alam semesta sejak dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang paling besar, sejak dari yang tampak sampai kepada yang tidak tampak, sejak dari yang halus sampai kepada yang kasar, juga setelah kamu memperhatikan kejadian hewan, tumbuh-tumbuhan, sampai kepada kejadian diri kamu sendiri, yang semuanya itu diciptakan dengan rapi, indah, berfaedah dan penuh hikmah.

Apakah ada di bumi ini benda yang telah diciptakan oleh berhala sehingga ia layak dan berhak disembah? Atau apakah ia telah menciptakan sesuatu yang ada di langit bersama-sama dengan Allah?”

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang musyrik tidak sanggup membuktikan dengan dalil-dalil yang masuk akal bahwa berhala itu berhak disembah di samping Allah karena mereka tidak dapat menunjukkan walaupun hanya satu benda kecil di antara benda-benda yang ada di bumi ini sebagai ciptaan berhala itu. Bahkan yang terbukti ialah berhala itu sendiri adalah hasil buatan mereka sendiri.

Akhir ayat ini menegaskan bahwa di dalam kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah kepada para rasul-Nya tidak terdapat satu keterangan pun yang menerangkan bahwa berhala itu harus disembah di samping Allah.

Begitu juga dalam ilmu yang diwariskan oleh orang-orang dahulu pun tidak terdapat keterangan yang dijadikan dasar bagi penyembahan terhadap berhala. Hal ini diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada orang-orang musyrik,

“Hai kaum musyrik, seandainya kepercayaan menyembah berhala itu benar, cobalah kemukakan satu ayat saja dari ayat-ayat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Qur’an yang membenarkan kepercayaanmu itu, atau pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu yang ada pada kamu yang membenarkan kepercayaan syirik itu.”.

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada orang-orang yang menyembah selain Allah, “Beritahulah aku tentang apa yang kalian sembah selain Allah itu! Perlihatkan kepadaku bagian bumi mana yang telah mereka ciptakan! Atau, adakah mereka mempunyai andil dalam menciptakan langit? Bawalah kepadaku kitab suci dari sisi Allah atau peninggalan dari ilmu orang-orang dahulu yang dapat kalian jadikan sandaran pengakuan kalian itu, jika kalian termasuk orang-orang yang benar.”

Surah Al-Ahqaf Ayat 5
وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ

Baca Juga:  Surah Al-Mu'minun Ayat 23-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

Tafsir Jalalain: وَمَنۡ (Dan siapakah) Istifham atau kata tanya ini menunjukkan makna negatif, yakni tidak ada seorang pun أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ (yang lebih sesat daripada orang yang menyeru) yang menyembah مِن دُونِ ٱللَّهِ (selain Allah) مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ (yang tidak dapat memperkenankan doanya sampai hari kiamat) yang dimaksud adalah berhala-berhala yang menjadi sesembahan mereka, sedikit pun dan untuk selamanya tidak akan dapat memperkenankan apa yang diminta oleh para penyembahnya وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ (dan mereka terhadap seruan para penyembahnya) yakni penyembahan yang dilakukan oleh para penyembahnya غَٰفِلُونَ (lalai) karena berhala-berhala itu adalah benda mati dan tidak berakal.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ (“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan doanya sampai hari kiamat dan mereka lalai [memperhatikan] doa mereka?” maksudnya tidak ada yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa kepada patung-patung selain Allah serta memohon kepadanya yang sebenarnya patung-patung itu tidak sanggup memberinya sampai hari kiamat kelak, sedang ia [patung-patung itu] lengah terhadap apa yang ia katakan, tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak pula dapat menindak, karena semua itu hanya benda mati dan batu-batu yang bisu.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrik yang menyembah berhala tanpa alasan yang benar itu adalah orang yang sesat karena mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat berbuat, melihat, mendengar, apalagi memperkenankan doa orang-orang yang berdoa kepadanya.

Hal itu tidak dapat dilakukannya di dunia, dan di akhirat tentu lebih tidak dapat dilakukannya. Berhala-berhala itu sebenarnya adalah batu-batu mati atau kayu yang dipahat oleh manusia sendiri. Oleh karena itu, mereka tidak dapat mendengar, memahami, dan memperhatikan orang-orang yang berdoa kepadanya.

Orang yang benar adalah orang yang menganut akidah yang benar, yaitu akidah tauhid yang membawa manusia menyembah hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta, Maha Menentukan segala sesuatu, yang membimbing manusia ke jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Siapakah yang lebih sesat dari orang-orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan doa sampai hari kiamat nanti? Tetapi, meski demikian, mereka tetap lalai dan tidak sadar.

Surah Al-Ahqaf Ayat 6
وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءً وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ

Terjemahan: Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ (Dan apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat niscaya sesembahan-sesembahan itu) berhala-berhala itu لَهُمۡ (terhadap mereka) yang menyembahnya أَعۡدَآءً وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ (menjadi musuh mereka dan sesembahan-sesembahan itu terhadap penyembahan) para penyembahnya كَٰفِرِينَ (ingkar) menyangkalnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءً وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ (“Dan apabila manusia dikumpulkan [pada hari kiamat], niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.”) maksudnya akan berkhianat kepada mereka pada apa yang sesungguhnya sangat mereka butuhkan.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang musyrik di akhirat nanti dan berhala-berhala yang mereka sembah. Pada saat semua manusia telah dibangkitkan dari kubur dan berkumpul untuk dihisab, maka berhala-berhala, dewa, dan sembahan yang lain yang mereka sembah selain Allah itu mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah mereka dengan mengatakan,

“Kami tidak pernah memerintahkan agar mereka menyembah kami. Kami tidak mengetahui apa yang mereka lakukan terhadap kami, bahkan kami tidak mengetahui sedikit pun bahwa mereka telah menyembah kami karena kami ini adalah benda-benda mati, tidak dapat melihat, mendengar, berkata, apalagi mengabulkan doa-doa orang-orang yang berdoa kepada kami. Allah berfirman:

Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu”. (al-‘Ankabut/29: 25)

Pada ayat lain, Allah berfirman: Dan mereka telah memilih tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sama sekali tidak! Kelak mereka (sesembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam/19: 81-82)

Tafsir Quraish Shihab: Ketika, pada hari kiamat, manusia dikumpulkan untuk dihisab, sembahan-sembahan itu akan menjadi musuh bagi orang-orang yang menyembahnya. Sembahan-sembahan itu akan berlepas diri dan mengingkari anggapan bahwa mereka berhak disembah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Ahqaf Ayat 1-6 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S