Surah Al-Anbiya Ayat 34-35 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 34-35

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 34-35 ini, Allah menyatakan lebih tegas lagi, bahwa setiap mahluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. Tidak satu pun yang kekal, kecuali dia sendiri. Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk, atau musibah yang tidak disenangi, bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Apabila ujian atau cobaan itu berupa musibah, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia, apakah ia sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan itu. Dan apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 34-35

Surah Al-Anbiya Ayat 34
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

Terjemahan: Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?

Tafsir Jalalain: Ayat ini diturunkan ketika orang-orang kafir berkata, bahwa sesungguhnya Muhammad itu pasti akan mati وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ (Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusia pun sebelum kamu) hidup abadi di dunia الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ (maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?) di dunia? Tentu saja tidak. Jumlah kalimat yang terakhir inilah yang mengandung pengertian ingkar.

Tafsir Ibnu Katsir:Allah Ta’ala berfirman: وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ (“Kami tidak menjadikan bagi seorang manusia pun sebelummu,”) Hai Muhammad; al-khulda (“Hidup abadi,”) di dunia. Bahkan, bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahmaan: 26-27)

Firman-Nya: أَفَإِن مِّتَّ (“Maka jikalau kamu mati,”) hai Muhammad; fa Humul khaaliduun (“Apakah mereka akan kekal?”) Yaitu, mereka berangan-angan untuk hidup setelahmu. Semua ini tidak mungkin, bahkan seluruhnya akan menuju kebinasaan.

Tafsir Kemenag: Ayatini menegaskan bahwa Muhammad sebagai manusia adalah sama halnya dengan manusia lainnya, yaitu bahwa ia tidak akan kekal hidup di dunia ini. Allah belum pernah memberikan kehidupan duniawi yang kekal kepada siapa pun sebelum lahirnya Nabi Muhammad.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 61-62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Walaupun dia adalah Nabi dan Rasul-Nya, namun ia pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini apabila ajalnya sudah datang. Dan mereka pun demikian pula, tidak akan kekal di dunia ini selama-lamanya. Inilah salah satu segi dari keadilan Allah terhadap semua mahluk-Nya, dan merupakan Sunnah-Nya yang berlaku sepanjang masa.

Dalam Ayatlain Allah berfirman: Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul…. (Ali ‘Imran/3: 144)

Maka Ayat ini menyatakan lebih tegas, bahwa Nabi Muhammad akan meninggalkan dunia yang fana ini, sebagaimana halnya rasul-rasul yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, walaupun ia suatu ketika meninggal dunia, namun agama Islam yang telah dikembangkannnya akan tetap ada dan semakin berkembang, karena Allah telah memberikan jaminan untuk kemenangannya. Sebab itu adalah sangat keliru, bila kaum musyrikin mengharapkan bahwa dengan wafatnya Nabi Muhammad maka agama Islam akan terhenti perkembangannya,

dan dakwah Islamiah akan mereda. Kenyataan sejarah kemudian menunjukkan bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad dakwah Islamiah berjalan terus sehingga agama Islam berkembang jauh melampaui batas-batas jazirah Arab, baik ke Timur, Utara, maupun ke Barat dan Selatan.

Tafsir Quraish Shihab: Tidak seorang pun sebelummu, Muhammad, yang Kami jadikan kekal dalam kehidupan ini sehingga orang-orang kafir itu menanti-nanti kematianmu. Bagaimana mereka menanti-nanti lalu bergembira dengan kematianmu, padahal mereka akan mati juga seperti kamu? Apakah, jika kamu mati, mereka akan tetap hidup?

Surah Al-Anbiya Ayat 35
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Terjemahan: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Tafsir Jalalain: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (Tiap-tiap yang berjiwa itu akan merasakan mati) di dunia وَنَبْلُوكُم (dan Kami akan menguji kalian) mencoba kalian بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin, kaya, sakit dan sehat فِتْنَةً (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf’ul Lah, maksudnya supaya Kami melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak. وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian.

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 1-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”)

Firman-Nya: وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً (“Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan,”) yaitu Kami terkadang menguji kalian dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai nikmat, lalu Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur serta siapa yang bersabar dan siapa yang putus asa.

Sebagaimana Ali bin Abi Thalhah berkata bahwa Ibnu Abbas berkata: wa nabluukum; Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, yaitu dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan penyakit, kaya dan faqir, halal dan haram, taat dan maksiat, petunjuk dan kesesatan.

Firman-Nya: وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (“Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,”) lalu, Kami akan membalas amal-amal kalian.

Tafsir Kemenag: Dalam Ayatini Allah menyatakan lebih tegas lagi, bahwa setiap mahluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. Tidak satu pun yang kekal, kecuali dia sendiri, dalam hubungan ini, Allah berfirman dalam Ayatyang lain: Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (al-Qashash/28: 88)

Selanjutnya dalam Ayat ini Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk, atau musibah yang tidak disenangi, bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan.

Apabila ujian atau cobaan itu berupa musibah, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia, apakah ia sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan itu. Dan apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 85-86; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Jika seseorang bersikap sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan atau musibah, serta bersyukur kepada-Nya dalam menerima suatu kebaikan dan keberuntungan, maka dia adalah termasuk orang yang memperoleh kemenangan dan iman yang kuat serta mendapat keridaan-Nya.

Sebaliknya, bila keluh kesah dan rusak imannya dalam menerima cobaan Allah, atau lupa daratan ketika menerima rahmat-Nya sehingga ia tidak bersyukur kepada-Nya, maka orang tersebut adalah termasuk golongan manusia yang merugi dan jauh dari rida Allah. Inilah yang dimaksudkan dalam firman-Nya pada Ayatlain:

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat. (al-Ma’arij/70: 19-22)

Pada akhir Ayatini Allah menegaskan bahwa bagaimana pun juga tingkah laku manusia dalam menghadapi cobaan atau dalam menerima rahmat-Nya, namun akhirnya segala persoalan kembali kepada-Nya juga. Dialah yang memberikan balasan, baik pahala maupun siksa, atau memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Kami memperlakukan kalian sebagai orang yang diuji dengan berbagai kenikmatan dan bencana, agar nampak jelas siapa di antara kalian yang bersyukur atas kebaikan dan bersabar atas cobaan, dan siapa yang tidak bersyukur serta kecewa saat tertimpa musibah. Kalian semua akan kembali kepada Kami, lalu Kami akan memperhitungkan segala perbuatan kalian.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 34-35 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S