Surah Al-Anbiya Ayat 83-84; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Anbiya Ayat 83-84

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 83-84 ini, menerangkan Allah mengingatkan Rasul-Nya dan kaum Muslimin kepada kisah Nabi Ayyub a.s. yang tengah ditimpa suatu penyakit yang berat sehingga berdoa memohon pertolongan Tuhannya untuk melenyapkan penyakitnya itu, karena ia yakin bahwa Allah amat penyayang. Allah memberi rahmat dan pertolongan kepada hamba-Nya yang mukmin, bertakwa, saleh dan sabar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anbiya Ayat 83-84

Surah Al-Anbiya Ayat 83
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Terjemahan: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlah kisah أَيُّوبَ (Ayub,) kemudian dijelaskan oleh Badalnya, yaitu إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ (ketika ia menyeru Rabbnya) pada saat itu dia mendapat cobaan dari-Nya; semua harta bendanya lenyap dan semua anak-anaknya mati serta badannya sendiri tercabik-cabik oleh penyakit, semua orang menjauhinya kecuali istrinya.

Hal ini dialaminya selama tiga belas tahun, ada yang mengatakan tujuh belas tahun dan ada pula yang mengatakan delapan belas tahun. Selama itu penghidupan Nabi Ayub sangat sulit dan sengsara أَنِّي (“Sesungguhnya aku) asal kata Annii adalah Bi-ann مَسَّنِيَ الضُّرُّ (telah ditimpa kemudaratan) yakni hidup sengsara وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala menceritakan tentang Ayyub as. yang mendapatkan ujian musibah dalam harta, anak dan tubuhnya. Dahulu, beliau memiliki kendaraan, binatang ternak dan tanaman yang banyak sekali, anak yang banyak dan tempat tinggal yang menyenangkan. Lalu, semua yang beliau miliki diuji dengan musibah dan dilenyapkan seluruhnya,

kemudian diberi musibah pula tubuhnya, hingga tidak ada seorang pun yang mendekatinya selain isteri yang mengurusnya. Dikatakan bahwa isterinya itu merasa lelah, lalu mempekerjakan seseorang untuk mengurus suaminya itu.

Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi bersabda: “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih, kemudian orang-orang yang sebanding dan seterusnya.”

Sesungguhnya Nabiyyullah Ayyub as. sangat sabar, dan karenanya dibuat permisalan seperti itu. Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda: “Ketika Allah telah memberikan kesehatan kepada Ayyub, Dia menurunkan hujan belalang emas yang kemudian diambil dengan tangan Ayyub dan dimasukkan ke dalam bajunya. Lalu, dikatakan kepadanya:

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 9-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

‘Hai Ayyub! Apakah engkau kenyang?’ Dia menjawab: ‘Ya Rabbku, siapakah yang kenyang dari rahmat-Mu?’” (Hadits ini bersumber dari ash-Shahihain dan akan disebutkan kembali pada tempat yang lain)

Tafsir Kemenag: Dengan ayat ini Allah mengingatkan Rasul-Nya dan kaum Muslimin kepada kisah Nabi Ayyub a.s. yang ditimpa suatu penyakit yang berat sehingga berdoa memohon pertolongan Tuhannya untuk melenyapkan penyakitnya itu, karena ia yakin bahwa Allah amat penyayang.

Pendapat ulama lain mengatakan bahwa Nabi Ayyub pada ayat ini hanya mencurahkan isi hatinya kepada Allah seraya mengagungkan kebesaran Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Walaupun berbeda-beda riwayat yang diperoleh tentang Nabi Ayyub, baik mengenai pribadinya, masa hidupnya dan macam penyakit yang dideritanya, namun ada hal-hal yang dapat dipastikan tentang dirinya, yaitu bahwa dialah seorang hamba Allah yang saleh, telah mendapat cobaan dari Allah, baik mengenai harta benda, keluarga, dan anak-anaknya, maupun cobaan yang menimpa dirinya sendiri.

Dan penyakit yang dideritanya adalah berat. Meskipun demikian semua cobaan itu dihadapinya dengan sabar dan tawakkal serta memohon pertolongan dari Allah dan sedikit pun tidak mengurangi keimanan dan ibadahnya kepada Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Ceritakan juga, wahai Muhammad, kisah Ayyûb. Tatkala menderita sakit, ia berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku, aku terserang penyakit yang membahayakan, dan Engkau adalah Zat Yang Paling Pengasih.”

Surah Al-Anbiya Ayat 84
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ

Terjemahan: Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.

Tafsir Jalalain: فَاسْتَجَبْنَا لَهُ (Maka Kami pun memperkenankan seruannya) doanya فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ (lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya) yakni semua anak-anaknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dengan cara menghidupkan mereka kembali. Jumlah anaknya ada tiga atau tujuh orang,

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ (dan Kami lipat gandakan bilangan mereka) bilangan anak-anaknya yang dilahirkan dari istrinya dan istrinya pun dimudakan-Nya. Nabi Ayub mempunyai dua buah lumbung; yang satu untuk tempat gandum dan yang satu lagi untuk tempat jewawut.

Kemudian Allah mengirimkan dua kelompok awan; yang satu menurunkan hujan emas pada lumbung tempat gandum dan yang satunya lagi menurunkan hujan perak pada lumbung tempat jewawut, sehingga kedua lumbung itu penuh dengan emas dan perak

رَحْمَةً (sebagai suatu rahmat) lafal Rahmatan ini menjadi Maf’ul Lah مِنْ عِنْدِنَا (dari sisi Kami) lafal Min ‘Indinaa ini berkedudukan menjadi kata sifat وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ (dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah) supaya mereka bersabar, yang karenanya mereka akan mendapatkan pahala.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ (“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat-gandakan bilangan mereka,”) Ibnu ‘Abbas ber-kata: “Mereka dikembalikan kepadanya dengan diri-diri mereka.” Demikian yang diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari Ibnu Abbas dan pendapat senada diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud dan Mujahid serta dikatakan oleh al-Hasan dan Qatadah.

Sebagian mereka mengatakan bahwa nama isterinya adalah Rahmah. Berkata Hammad bin Zaid dari Abu ‘Imran al-Juni, dari Nauf al-Bukali, ia berkata: “Pahala mereka akan didapatkan di akhirat dan yang sebanding dengan itu akan diberikan di dunia.” Aku ceritakan hal itu kepada Mutharrif, lalu ia menjawab: “Wajahnya tidak pernah dikenal sebelum hari itu.” Demikian pula yang diriwayatkan dari Qatadah, as-Suddi dan banyak ulama Salaf. Wallahu a’lam.

Firman-Nya: رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا (“Sebagai suatu rahmat dari sisi Kami”) yaitu Kami lakukan hal itu sebagai rahmat dari Allah untuk menjadi peringatan bagi semua yang beribadah kepada Allah,”) yaitu Kami jadikan hal itu sebagai rahmat dari Allah;

وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ (“Dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang beribadah kepada Allah.”) yaitu Kami jadikan hal itu sebagai suri tauladan, agar orang yang mendapatkan ujian tidak mengira bahwa Kami melakukan hal itu untuk menghinakan mereka serta agar mereka tetap teguh dalam kesabaran atas takdir dan ujian Allah kepadahamba-Nya sesuai yang dikehendaki-Nya. Dia Mahamemiliki hikmah yangmelimpah dalam masalah itu.

Tafsir Kemenag: Oleh sebab itu, dalam ayat ini Allah mengabulkan doanya dan menyembuhkannya dari penyakit itu, serta mengaruniainya rahmat yang lebih banyak dari apa yang telah hilang dari tangannya, dan kemudian Allah mengangkatnya menjadi nabi.

Baca Juga:  Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Setelah Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya beliau hidup bersama keluarganya kembali, dan keluarganya itu berkembang biak pula dengan subur, sehingga jumlahnya menjadi dua kali lipat dari jumlah semula.

Kesemuanya itu adalah rahmat Allah kepadanya, atas keimanan, kesabaran, ketakwaan dan kesalehannya, Al-Qur’an mengungkapkan kisah ini untuk menjadi peringatan dan pelajaran bagi semua orang yang beriman dan beribadah kepada Allah, bahwa:

a. Allah memberi rahmat dan pertolongan kepada hamba-Nya yang mukmin, bertakwa, saleh dan sabar, b. Orang-orang yang mukmin pun tidak luput dari cobaan, berat atau pun ringan, sebagai ujian bagi mereka, c. Orang yang beriman tidak boleh berputus asa dari rahmat Tuhannya.

Semakin tinggi kedudukan dan tanggung jawab manusia, semakin berat pula cobaan yang diterimanya. Dalam hubungan ini Rasulullah saw bersabda: “Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling berat cobaannya, Rasulullah menjawab, Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, orang-orang yang mirip para nabi, kemudian orang-orang yang mirip mereka.” (Riwayat Ibnu Majah dari Sa’ad bin Abi Waqash).

Tafsir Quraish Shihab: Permohonan itu kemudian Kami kabulkan. Ia Kami bebaskan dari penyakit yang menyerangnya, dan Kami karuniai anak lagi dua kali lebih banyak dari anak yang meninggalkannya. Hal itu Kami lakukan sebagai wujud kasih sayang Kami kepadanya, dan sebagai bahan pelajaran bagi yang lain agar bersabar dan haus akan kasih sayang Allah seperti dia.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anbiya Ayat 83-84 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S