Surah Al-Anfal Ayat 59-60; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah Al-Anfal Ayat 59-60

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Anfal Ayat 59-60 ini menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mempersiapkan pasukan mereka sebaik-baiknya. Setelah pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa jika pihak lain tidak dapat menepati perjanjian, kaum Muslimin diperbolehkan mengabaikan perjanjian tersebut. Ayat ini juga diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa dirinya dapat lolos dari kekuasaan Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anfal Ayat 59-60

Surah Al-Anfal Ayat 59
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا ۚ إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ

Terjemahan: Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).

Tafsir Jalalain: وَلَا يَحْسَبَنَّ (Dan janganlah mengira) engkau hai Muhammad الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا (orang-orang yang kafir itu bahwa mereka dapat lolos) dari kekuasaan Allah. إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan Allah) artinya mereka justru tidak dapat meloloskan diri dari Allah.

Menurut suatu qiraat dibaca tahsabanna, maf’ul pertamanya tidak disebutkan, yakni lafal anfusahum artinya: janganlah engkau mengira diri mereka hai Muhammad. Menurut qiraat yang lain, innahum dibaca annahum, dengan mentakdirkan lam lengkapnya liannahum.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada Nabi-Nya: وَلَا يَحْسَبَنَّ (Janganlah engkau mengira) wahai Muhammad. الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا ( Bahwa orang-orang kafir itu akan dapat lolos) Maksudnya, mereka dapat melepaskan diri dan Kami tidak sanggup melawan mereka.

Tidak demikian, justru mereka berada di bawah kekuasaan Kami dan dalam genggaman kehendak Kami, hingga mereka tidak akan dapat menjadikan Kami lemah. Yang demikian adalah sama seperti firman Allah yang artinya berikut ini:

“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari adzab Kami? Amat buruk apa yang mereka tetapkan itu”) (Qs. Al-Ankabut: 4). Yaitu, yang mereka duga tersebut.

Tafsir Quraish Shihab: Janganlah orang-orang kafir itu menyangka bahwa diri mereka akan dapat lolos, selamat dan tidak akan menanggung risiko pengkhianatan itu.

Mereka tidak akan mungkin melemahkan kemahatelitian Allah. Hanya Dialah yang Mahakuasa dan akan memberikan balasan dengan kekuatan dan keadilan-Nya.

Surah Al-Anfal Ayat 60
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Terjemahan: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 43-44; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Jalalain: وَأَعِدُّوا لَهُمْ (Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka) untuk memerangi mereka مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ (kekuatan apa saja yang kalian sanggupi) Rasulullah saw. menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah ar-ramyu atau pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ (dan dari kuda-kuda yang ditambat) lafal ribath berbentuk mashdar, artinya kuda-kuda yang sengaja disediakan untuk berperang di jalan Allah تُرْهِبُونَ (untuk membuat takut) kalian membuat gentar

بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ (dengan adanya persiapan itu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir Mekah وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ (dan orang-orang yang selain mereka) terdiri dari orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi

لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ (yang kalian tidak mengetahuinya sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan balasan yang cukup) yakni pahalanya وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (dan kalian tidak akan dianiaya) tidak akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan untuk mempersiapkan perlengkapan perang guna memerangi mereka sesuai dengan kemampuan, fasilitas dan kesanggupan, di mana Allah berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ (Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa saja yang kalian sanggupi) Artinya, sesuai dengan kemampuan yang ada pada kalian, yaitu: مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ (Kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda yang ditambat untuk berperang).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abi Ali Tsumamah bin Syafi saudara Uqbah bin Amir, di mana ia pernah mendengar Uqbah menceritakan: aku pernah mendengar Rasulullah bersabda ketika beliau berada di atas mimbar:

“Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa saja yang kalian sanggupi. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah”. (HR. Muslim, Ahmad dan Abu Dawud)

Imam Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Kuda itu untuk tiga orang; bagi seseorang, yang mana kuda itu sebagai pahala, bagi orang yang lain sebagai pelindung dan bagi yang lain lagi sebagai dosa.

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 47-49; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Kuda yang memberikan pahala kepada seseorang adalah kuda yang ditambat (digunakan) di jalan Allah, lalu ia menambatkannya di padang rumput kebun. Maka tidaklah setiap kali ia makan, melainkan menjadi kebaikan orang tersebut.

Walaupun kuda itu berhenti dari merumput dan menaiki atau dua tempat yang tinggi, maka bekas telapak kakinya dan kotorannya menjadi kebaikan baginya. Jika kuda itu melintasi sungai lalu kuda itu minum dan ia (penunggangnya) tidak membawanya sengaja untuk memberi minum, maka hal itu merupakan kebaikan baginya.

Dengan demikian itu, kuda memberi pahala kepadanya. Ada juga orang yang menambatkannya (menggunakannya) sebagai kekayaan dan kehormatan dirinya, tetapi tidak melupakan hak Allah yang ada pada leher dan punggungnya (dalam menggunakan memeliharanya.-Ed), maka kuda itu baginya sebagai pelindung. Dan ada orang yang menambatkan kuda dengan maksud membanggakan diri dan maka kuda itu baginya merupakan dosa”.

Kemudian Rasulullah pernah ditanya tentang keledai, maka beliau pun bersabda: “Allah tidak menurunkan ayat mengenai keledai itu melainkan di dalam ayat yang mencakup dan luar biasa ini: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat basalannya pula”. (QS. Az-Zalzalah: 7-8)”.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, yang masing-masing bersumber dari Imam Malik.

Mayoritas (jumhur) ulama berpendapat, bahwa memanah itu lebih daripada menunggang kuda. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa menunggang kuda lebih baik daripada memanah. Pendapat jumhurul ulama lebih kuat berdasarkan hadits tersebut. Wallahu a’lam.

Dalam kitab Shabib Bukhari, diriwayatkan sebuah hadits dari Urwah bin Abi al-Ja’d al-Bariqi, bahwa Rasulullah bersabda: “Pada ubun-ubun kuda itu telah ditetapkan kebaikan sampai hari Kiamat kelak, berupa pahala dan ghanimah”. (HR. al-Bukhari)

Firman-Nya: تُرْهِبُونَ (Kalian menggentarkan) Yaitu, menakut-nakuti. عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ (Dengan persiapan itu musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian) Yaitu, dari kalangan orang-orang kafir.

وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ (Dan orang-orang selain mereka) Muqatil bin Hayyan dan Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam mengatakan: “Mereka itu adalah orang-orang munafik”. Hal ini diperkuat oleh firman Allah Ta’ala:

“Dan di antara orang-orang Arab Badui yang di sekeliling kalian itu ada orang-orang munafik, dan juga di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kamilah yang mengetahui mereka”. (QS. At-Taubah: 101)

Baca Juga:  Qul Huwallahu Ahad; Asbabun Nuzul, Fadhilah dan Kisah Orang yang Istiqamah Membacanya

Firman-Nya: وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (Apa saja yang kalian nafkahkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya dirugikan) Maksudnya, apa pun yang kalian nafkahkan untuk jihad, maka Allah akan memberikan balasan bagi kalian secara sempurna dan utuh.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai orang-orang Muslim, persiapkanlah segala kemampuan perang yang kalian miliki, yang meliputi segala perlengkapan perang, untuk menghadapi musuh-musuh kalian.

Lengkapilah penjaga-penjaga perbatasan dan kawasan-kawasan rawan negeri kalian dengan pasukan berkuda untuk membuat musuh- musuh Allah dan musuh-musuh kalian gentar, yaitu orang-orang kafir yang setiap waktu mengintai dan menunggu kelengahan kalian.

Juga untuk membuat takut musuh-musuh lain yang tidak kalian ketahui, tapi Allah mengetahui mereka. Karena, dengan ilmu-Nya, Allah mengetahui segala sesuatu. Dan sesungguhnya apa saja yang kalian belanjakan untuk persiapan perang demi mengharap Allah, maka Dia akan memberi balasan setimpal dari karunia-Nya, dan tidak akan sedikit pun balasan itu dikurangi, meski sekecil atom(1).

(1) Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam menghadapi musuh, sebagai suatu hal yang teramat penting karena menyangkut hidup matinya suatu bangsa.

Persiapan itu meliputi segala aspek, baik kualitas dan kuantitas perlengkapan. Berperang tanpa kesiapan berarti suatu kekalahan dan kehancuran. Pada masa-masa damai seperti sekarang ini saja hampir semua negara seolah-olah bersiap-siap untuk perang, sehingga kebijakan-kebijakan politik strategis masing-masing negara diarahkan, meskipun secara tidak langsung, untuk memenangkan pertempuran.

Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Anfal Ayat 59-60 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Katsir. Semoga dengan memahami kandungannya, dapat semakin menambah kecintaan kita terhadap Al-Qur’an dan semakin meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT, Amin.

M Resky S