Surah Al-A’raf Ayat 54; Seri Tadabbur Al-Qur’an

Surah Al-A'raf Ayat 54

Pecihitam.org – Allah SWT di dalam Surah Al-A’raf Ayat 54 memberitahukan bahwa Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan segala isinya dalam waktu enam hari. Sebagaimana hal tersebut juga telah dijelaskan oleh beberapa ayat lain di dalam al-Qur’an.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Firman Allah SWT di dalam Al Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Tafsir Jalalain: إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ (Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) menurut ukuran hari dunia atau yang sepadan dengannya, sebab pada zaman itu masih belum ada matahari.

Akan tetapi jika Allah menghendakinya niscaya Ia dapat menciptakannya dalam sekejap mata, adapun penyebutan hal ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan sabar dalam mengerjakan sesuatu

ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ (lalu Dia bersemayam di atas Arsy) Arsy menurut istilah bahasa artinya singgasana raja, yang dimaksud dengan bersemayam ialah yang sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya

يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ (Dia menutupkan malam kepada siang) bisa dibaca takhfif yakni يُغْشِي dan dibaca tasydid, yakni yughasysyii, artinya: keduanya itu saling menutupi yang lain silih-berganti

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 146-147; Seri Tadabbur Al-Qur'an

يَطْلُبُهُ (yang mengikutinya) masing-masing di antara keduanya itu mengikuti yang lainnya حَثِيثًا (dengan cepat) secara cepat وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ (dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang) dengan dibaca nashab diathafkan kepada as-samaawaat, dan dibaca rafa’ sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah:

مُسَخَّرَاتٍ (masing-masing tunduk) patuh بِأَمْرِهِ (kepada perintah-Nya) kepada kekuasaan-Nya أَلَا لَهُ الْخَلْقُ (ingatlah, menciptakan itu hanya hak Allah) semuanya وَالْأَمْرُ (dan memerintah) kesemuanya adalah hak-Nya pula. تَبَارَكَ اللَّهُ (Maha Suci) Maha Besar رَبُّ (Allah, Tuhan) Pemelihara الْعَالَمِينَ (semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: Dijelaskan bahwa Keenam hari tersebut adalah; hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Di dalamnya-lah seluruh penciptaan diselesaikan dan di dalamnya pula Adam as. diciptakan.

Ulama tafsir memiliki perbedaan pendapat terkait hal ini, apakah setiap hari dari keenam hari tersebut sama seperti hari-hari yang ada pada kita sekarang ini ? Ataukah setiap hari itu sama dengan seribu tahun, sebagaimana yang telah dinashkan oleh Mujahid dan Imam Ahmad bin Hanbal. Dan hal itu diriwayatkan dari riwayat adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas.

Sedangkan hari Sabtu di dalamnya tidak terjadi penciptaan, karena ia merupakan hari ketujuh. Dan dari itu Pula hari itu dinamakan hari Sabtu, yang berarti pemutusan/penghentian.

Adapun hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata: Rasulullah pernah menarik tanganku seraya bersabda: “Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, Allah menciptakan gunung-gunung di bumi itu pada hari Ahad, menciptakan pepohonan di bumi itu pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang dibenci pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarluaskan binatang pada hari Kamis dan menciptakan Adam setelah Ashar pada hari Jum’at sebagai ciptaan terakhir pada saat paling akhir dari hari Jum’at, yaitu antara waktu Ashar sampai malam.”

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 88-98; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

(Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Muslim bin al-Hajjaj dalam Shahih Muslim dan Imam an-Nasa’i, dari Hajjaj Ibnu Muhammad al-A’war, dari Ibnu Juraij, yang di dalamnya mengandung pengertian tujuh hari, sedangkan Allah sendiri telah menyebutkan “dalam enam hari”. Oleh karena itu Imam al-Bukhari dan beberapa huffazh berpendapat mengenai hadits ini dan menilainya berasal dari Abu Hurairah, dari Ka’ab al-Ahbar, bukan sebagai hadits marfu’. Wallahu a’lam.)

Firman-Nya selanjutnya: ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ (Kemudian Allah bersemayam di atas Arsy) Mengenai firman ini, para ulama mempunyai pendapat yang sangat banyak sekali. Di sini bukan tempat untuk menjelaskannya.

Namun pendapat dari para ulama, seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam Syafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan imam-imam lainnya, baik yang terdahulu maupun yang hidup pada masa berikutnya. Yaitu dengan membiarkannya seperti apa adanya, tanpa adanya takyif (mempersoalkan kaifiatnya/hakikatnya), tasybih (penyerupaan) dan ta’thil (penolakan).

Dan setiap makna dhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut paham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut terjauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya.

Seperti yang difirmankan-Nya yang artinya berikut ini: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Allahlah yang Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS. Asy-Syuura: 11)

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 82-84; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Fiman-Nya selanjutnya; يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا (Allah menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat) Artinya, kegelapan malam menghilangkan cahaya siang dan cahaya siang melenyapkan gelapnya malam. Masing-masing dari keduanya mengikutinya dengan cepat, tidak ada yang terlambat satu dari yang lainnya. Tapi jika salah satu pergi pasti yang lainnya akan muncul dan begitu sebaliknya.

Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ (Yang mengikutinya dengan cepat. dan (Allah juga menciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang (yang masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya).

Di antara para ulama ada yang menashabkan (membaca dengan harakat fathah) dan ada juga yang merafa’nya (membaca dengan harakat dhammah). Keduanya mempunyai makna yang berdekatan. Artinya, bahwa semuanya itu berada dalam kendali dan kehendak-Nya.

Oleh karena itu, Allah memperingatkan: أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ (Ingatlah, mencipta dan memerintah itu hanya hak Allah) Maksudnya, Allah mempunyai kekuasaan dan kendali. تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (Mahasuci Allah, Rabb semesta alam).

Alhamdulillah demikian telah kita tadabburi bersama Surah Al-A’raf Ayat 54 berdasarkan Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibnu Katsir yang merupakan kelanjutan dari seri Tadabbur Al Qur’an kita di situs ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

M Resky S