Surah Al-Fath Ayat 11-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Fath Ayat 11-14

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Fath Ayat 11-14 ini, menerangkan bahwa Allah menjelaskan kepada Rasulullah saw bahwa beberapa kabilah Arab penduduk padang pasir yang tidak turut pergi ke Mekah untuk mengerjakan umrah akan berkata kepada beliau, “Kami tidak ikut bersama engkau ke Mekah mengerjakan umrah karena kami sedang sibuk mengurus pekerjaan, harta, dan keluarga kami.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Orang-orang Arab padang pasir telah termakan oleh tipu daya setan. Anggapan bahwa Rasulullah saw dan para sahabatnya akan hancur, benar-benar telah ditanamkan setan dalam hatinya, sehingga telah menjadi pendapat dan keyakinan mereka. Oleh karena itu, mereka sangat takut pergi bersama Rasulullah ke Mekah.

Padahal jika mereka memikirkannya secara mendalam, maka keengganan mereka itu sebenarnya akan menjadi sebab kebinasaan mereka di dunia, apalagi di akhirat. Tempat yang disediakan bagi mereka adalah neraka yang menyala-nyala.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Fath Ayat 11-14

Surah Al-Fath Ayat 11
سَيَقُولُ لَكَ ٱلۡمُخَلَّفُونَ مِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ شَغَلَتۡنَآ أَمۡوَٰلُنَا وَأَهۡلُونَا فَٱسۡتَغۡفِرۡ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلۡسِنَتِهِم مَّا لَيۡسَ فِى قُلُوبِهِمۡ قُلۡ فَمَن يَمۡلِكُ لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا إِنۡ أَرَادَ بِكُمۡ ضَرًّا أَوۡ أَرَادَ بِكُمۡ نَفۡعًۢا بَلۡ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرًۢا

Terjemahan: Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: “Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah:

“Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Jalalain: سَيَقُولُ لَكَ ٱلۡمُخَلَّفُونَ مِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ (Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan) yang dimaksud adalah mereka yang tinggal di sekitar kota Madinah yang tidak mau ikut dengan kamu sewaktu kamu meminta mereka supaya berangkat bersamamu ke Mekah pada tahun perjanjian Hudaibiah karena merasa takut orang-orang Quraisy nanti akan mencegatmu. Mereka akan mengatakan sekembalimu dari Mekah,

شَغَلَتۡنَآ أَمۡوَٰلُنَا وَأَهۡلُونَا (“Harta dan keluarga kami telah merintangi kami) sehingga kami tidak dapat keluar untuk berangkat bersamamu فَٱسۡتَغۡفِرۡ لَنَا (maka mohonkanlah ampunan untuk kami”) kepada Allah, karena kami tidak dapat ikut keluar bersamamu. Lalu Allah menjawab kepada mereka seraya mendustakan alasan mereka itu melalui firman selanjutnya, يَقُولُونَ بِأَلۡسِنَتِهِم (“Mereka mengucapkan dengan lidahnya) yaitu meminta untuk memohonkan ampunan buat mereka dan perkataan mereka yang lainnya sebelum itu مَّا لَيۡسَ فِى قُلُوبِهِمۡ (apa yang tidak ada dalam hatinya) karena mereka adalah orang-orang yang berdusta di dalam alasannya.

قُلۡ فَمَن (Katakanlah, “Maka siapakah) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna negatif, yakni tidak ada seorang pun يَمۡلِكُ لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔا إِنۡ أَرَادَ بِكُمۡ ضَرًّا (yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kalian) dapat dibaca Dharran atau Dhurran أَوۡ أَرَادَ بِكُمۡ نَفۡعًۢا بَلۡ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرًۢا (atau jika Dia menghendaki manfaat bagi kalian.” Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) artinya Dia terus-menerus bersifat demikian.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. tentang alasan orang-orang Badui yang tidak ikut serta ke Hudaibiyyah. Mereka lebih memilih tinggal bersama keluarga dan kesibukan mereka serta enggan melakukan perjalanan bersama Rasulullah saw. mereka beralasan bahwa mereka sibuk.

Dan mereka meminta supaya Rasulullah saw. memohonkan ampunan bagi mereka. Ucapan itu hanya sebagai basa-basi, bukan sebagai keyakinan, bahkan hanya sebagai siasat dan tipu daya serta cenderung dibuat-buat. Oleh karena itu, Allah berfirman:

“mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu.”

Maksudnya tidak ada seorangpun yang sanggup menolak apa yang dikehendaki Allah terhadap kalian. Mahatinggi lagi Mahasuci Dia, dan Dia Mahamengetahui segala apa yang kalian rahasiakan dan sembunyikan, meskipun kalian mengada-ada dan bersifat munafik terhadap kami.

Baca Juga:  Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Oleh karena itu Allah berfirman: بَلۡ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرًۢا (“Sebenarnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”) maksudnya, ketidak ikut sertaan kalian itu sama sekali tidak beralasan dan tidak pula berhalangan, tetapi sebagai bentuk kemunafikan.

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan kepada Rasulullah saw bahwa beberapa kabilah Arab penduduk padang pasir yang tidak turut pergi ke Mekah untuk mengerjakan umrah akan berkata kepada beliau, “Kami tidak ikut bersama engkau ke Mekah mengerjakan umrah karena kami sedang sibuk mengurus pekerjaan, harta, dan keluarga kami.

Sedangkan kami tidak mempunyai pembantu yang akan membantu kami mengurus semuanya itu sepeninggal kami pergi beserta engkau. Oleh karena itu, mohonkanlah ampunan untuk kami kepada Tuhan engkau, dengan alasan kesibukan kami itu.”

Sewaktu Rasulullah saw memutuskan akan pergi untuk mengerjakan umrah ke Mekah pada tahun keenam Hijrah, beliau mengajak kaum Muslimin ikut bersama-sama beliau. Semakin banyak yang ikut bersama beliau, semakin besar pula artinya karena dengan jumlah kaum Muslimin yang banyak itu akan menimbulkan rasa gentar dalam hati orang-orang musyrik Mekah sehingga mereka menerima kaum Muslimin masuk ke Mekah, dan umrah dapat dilaksanakan dalam suasana yang aman.

Di antara kaum Muslimin yang diajak terdapat kabilah-kabilah Arab yang tinggal di padang pasir sekitar kota Medinah, seperti kabilah-kabilah Juhainah, Muzainah, Gifar, Asyja’, ad-Dil, dan Aslam. Rasulullah saw menyatakan kepada mereka bahwa tujuan ke Mekah itu semata-mata untuk mengerjakan ibadah umrah dan untuk melihat keluarga yang telah lama ditinggalkan.

Oleh karena itu, kepergian ke Mekah tidak dengan senjata lengkap sebagaimana untuk pergi perang, kecuali membawa senjata-senjata yang biasa dibawa oleh para musafir. Di samping itu, dibawa juga binatang-binatang ternak untuk makanan dalam perjalanan dan untuk dihadiahkan kepada penduduk Mekah. Sekalipun demikian, ajakan Rasulullah itu tetap mereka tolak dengan alasan yang mereka kemukakan di atas, padahal mereka menyembunyikan alasan yang sebenarnya.

Sekalipun orang-orang Arab penduduk padang pasir berusaha menyembunyikan alasan mereka yang sebenarnya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Oleh karena itu, Allah memberitahukan hal itu kepada Rasulullah.

Alasan mereka yang sebenarnya adalah dugaan mereka bahwa Rasulullah saw dan kaum Muslimin akan kalah dan ditumpas habis oleh orang-orang musyrik Mekah. Jika mereka ikut bersama Rasulullah, tentu mereka akan kalah dan tertumpas habis pula.

Alasan dan isi hati mereka itu disampaikan Allah kepada Rasulullah saw sebelum mereka menghadap beliau untuk memohon dimintakan ampunan kepada Allah atas penolakan mereka. Dengan demikian, Rasulullah telah mengetahui isi hati mereka yang sebenarnya pada saat mereka menghadap.

Allah kemudian mengajarkan kepada Rasulullah jawaban tepat yang akan disampaikan kepada mereka pada waktu mereka minta agar beliau memohonkan ampunan kepada Allah atas dosa mereka. Allah mengajarkan Nabi dengan memerintahkan beliau untuk mengatakan kepada orang-orang Arab penduduk padang pasir itu sebagai penolakan terhadap permintaan mereka,

“Hai orang-orang Arab penduduk padang pasir, kamu menolak ajakanku pergi ke Mekah semata-mata karena kamu mau menghindari bencana dan malapetaka yang kamu duga akan menimpa dirimu. Siapakah di antara kamu yang sanggup melawan kekuasaan Allah jika Dia berkehendak menimpakan bencana dan malapetaka atas dirimu dan siapa pula yang menghindarkan sesuatu yang akan diberikan-Nya kepada seseorang, jika Dia menghendaki-Nya?

Tidak seorang pun yang sanggup melakukannya. Oleh karena itu, tidaklah patut kamu mengemukakan alasan bahwa kamu sibuk mengurus urusan, harta, serta menjaga keluargamu sebagai alasan tidak ikut pergi bersamaku ke Mekah. Jika Allah hendak membinasakan semua yang kamu miliki itu, tidak seorang pun yang dapat mempertahankannya, walaupun yang menjaga itu adalah kamu sendiri.”

Ayat ini juga merupakan peringatan kepada orang-orang yang selalu mengemukakan “kesibukan duniawi” sebagai alasan meninggalkan kewajiban agama yang telah dibebankan Allah kepada mereka dan untuk melanggar larangan Allah yang telah diperingatkan kepada mereka.

Hendaklah kaum Muslimin benar-benar yakin bahwa kesibukan duniawi itu hanyalah untuk mencapai kesenangan dunia yang sifatnya sementara, sedang jihad fi sabilillah akan menghasilkan kebahagiaan hidup abadi di akhirat.

Baca Juga:  Surah Al-Fath Ayat 25-26 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya, termasuk alasan-alasan palsu yang dikemukakan oleh seseorang untuk menghindarkan diri dari perintah Allah. Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan yang adil dan setimpal kepada setiap manusia terhadap segala dosa dan perbuatan yang telah dikerjakan.

Tafsir Quraish Shihab: Penduduk Badui yang munafik dan tidak ikut berperang akan berkata kepadamu, ketika kamu pulang, “Kami disibukkan oleh harta dan keluarga kami sehingga tidak dapat ikut berperang. Oleh karena itu, mintakanlah ampunan bagi kami.”

Mereka mengatakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalam hatinya. Jawablah, “Siapa yang dapat menghalang-halangi ketetapan Allah jika Dia hendak merugikan atau menguntungkan kalian? Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”

Surah Al-Fath Ayat 12
بَلۡ ظَنَنتُمۡ أَن لَّن يَنقَلِبَ ٱلرَّسُولُ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهۡلِيهِمۡ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَٰلِكَ فِى قُلُوبِكُمۡ وَظَنَنتُمۡ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِ وَكُنتُمۡ قَوۡمًۢا بُورًا

Terjemahan: Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.

Tafsir Jalalain: بَلۡ (Tetapi) lafal Bal pada kedua tempat, yakni pada ayat ini dan ayat sebelumnya, menunjukkan makna Intiqal atau perpindahan dari suatu pembahasan kepada pembahasan yang lain ظَنَنتُمۡ أَن لَّن يَنقَلِبَ ٱلرَّسُولُ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهۡلِيهِمۡ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَٰلِكَ فِى قُلُوبِكُمۡ (kalian menyangka bahwa rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarganya untuk selama-lamanya dan hal tersebut dipandang baik menurut hati kalian) yakni bahwa mereka mengharapkan supaya rasul dan orang-orang mukmin tertumpas habis sehingga mereka tidak kembali lagi ke Madinah.

وَظَنَنتُمۡ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِ (dan kalian telah menyangka dengan sangkaan-sangkaan yang buruk) yakni sangkaan seperti ini dan sangkaan-sangkaan yang buruk lainnya وَكُنتُمۡ قَوۡمًۢا بُورًا (dan kalian menjadi kaum yang binasa) lafal Buura adalah bentuk jamak dari lafal Baairun, yakni binasa menurut Allah dengan berprasangka seperti itu.

Tafsir Ibnu Katsir: بَلۡ ظَنَنتُمۡ أَن لَّن يَنقَلِبَ ٱلرَّسُولُ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهۡلِيهِمۡ أَبَدًا (“Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-sekali tidak akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya.”) maksudnya, kalian berkeyakinan bahwa mereka itu akan terbunuh, tercabut hingga akar-akarnya, dan akan binasa semuanya, serta tidak ada seorangpun dari mereka yang pulang dengan membawa berita.

وَظَنَنتُمۡ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِ وَكُنتُمۡ قَوۡمًۢا بُورًا (“dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.”) maksudnya, hancur binasa. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan lain-lain. Sedangkan Qatadah berkata: “Yakni rusak.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang Arab padang pasir telah termakan oleh tipu daya setan. Anggapan bahwa Rasulullah saw dan para sahabatnya akan hancur, benar-benar telah ditanamkan setan dalam hatinya, sehingga telah menjadi pendapat dan keyakinan mereka.

Oleh karena itu, mereka sangat takut pergi bersama Rasulullah ke Mekah. Padahal jika mereka memikirkannya secara mendalam, maka keengganan mereka itu sebenarnya akan menjadi sebab kebinasaan mereka di dunia, apalagi di akhirat. Tempat yang disediakan bagi mereka adalah neraka yang menyala-nyala.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi kalian mengira bahwa Rasulullah dan orang-orang Mukmin tidak akan kembali kepada keluarganya dari medan perang selama-lamanya sehingga kalian enggan untuk ikut pergi berperang.

Prasangka semacam itu terukir indah di dalam hati kalian. Kalian juga berprasangka buruk dalam setiap urusan. Dan menurut pengetahuan Allah kalian termasuk orang-orang yang binasa dan berhak menerima murka dan siksa-Nya.

Surah Al-Fath Ayat 13
وَمَن لَّمۡ يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ فَإِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ سَعِيرًا

Terjemahan: Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala.

Baca Juga:  Surah Al-Fath Ayat 29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: وَمَن لَّمۡ يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ فَإِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ سَعِيرًا (Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang kafir neraka yang menyala-nyala) neraka yang apinya sangat besar nyalanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَن لَّمۡ يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ (“Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”) maksudnya barangsiapa yang tidak tulus ikhlash dalam beramal, baik secara lahir maupun batin karena Allah, maka Allah akan mengazabnya di neraka, meskipun dia telah memperlihatkan di hadapan manusia sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam hati mereka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dinyatakan bahwa barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menyediakan baginya api neraka yang menyala-nyala sebagai balasan terhadap keingkaran mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi orang-orang kafir.

Surah Al-Fath Ayat 14
وَلِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Terjemahan: Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: وَلِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا (Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”) Dia terus menerus bersifat demikian.

Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia Mahabijaksana, Maharaja, dan Mahapengatur seluruh penghuni langit dan bumi.

يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا (“Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”) yakni bagi orang-orang yang bertaubat, kembali, dan tunduk kepada-Nya.

Tafsir Kemenag: Ancaman Allah akan mengazab orang-orang kafir bukan ancaman yang dibuat-buat dan sukar dilaksanakan, tetapi sesuatu yang benar-benar akan terjadi dan mudah pelaksanaannya bagi Allah karena hanya Dialah penguasa langit dan bumi beserta semua isinya.

Hanya Dialah yang memiliki, mengatur, mengurus, menetapkan hukum-hukum yang berlaku baginya, dan menjaga kelangsungan wujudnya dengan hikmah-hikmah yang sempurna. Dia pulalah yang berhak mengampuni, menolong, dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Allah yang Maha Pengampun dan Mahakekal rahmat-Nya.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa sekalipun orang-orang Arab penduduk padang pasir itu telah menolak dan mengingkari ajakan Rasulullah saw untuk pergi ke Mekah dan mengada-adakan alasan tentang sebab ketidakpergian mereka, namun Allah Maha Pengampun kepada hamba-hamba yang mau bertobat kepada-Nya dengan tobat yang sebenar-benarnya.

Oleh karena itu, tergantung kepada mereka sendiri apakah mereka mau bertobat pada kesempatan yang telah diberikan Allah atau mereka akan tetap kafir. Dia akan melimpahkan rahmat yang tidak terhingga banyaknya kepada setiap orang yang ikhlas beribadah kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, dan Dia yang mengaturnya dengan penuh kuasa dan bijak. Dia akan mengampuni dosa bagi siapa yang dikehendaki dan mengazab siapa yang dikehendaki dengan kebijaksanaan-Nya. Dan Allah Mahabesar ampunan lagi Mahaluas rahmat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Fath Ayat 11-14 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S