Surah Al-Furqan Ayat 32-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Furqan Ayat 32-40

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Furqan Ayat 32-40 ini, menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa seperti menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Dia juga telah menjadikan Harun, saudaranya, menyertai dia sebagai seorang wazir (pembantu) yang selalu diajak musyawarah untuk diminta pendapatnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

diterangkan bahwa Harun itu diperbantukan kepada Musa sebagai seorang nabi. Hal ini tidak bertentangan karena walaupun Harun seorang nabi, tetapi dalam bidang syariat ia mengikuti syariat Musa dan mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa Musa dan Harun diperintahkan supaya menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun dengan jaminan bahwa kemenangan terakhir pasti berada di pihak mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Furqan Ayat 32-40

Surah Al-Furqan Ayat 32
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

Terjemahan: Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

Tafsir Jalalain: وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا (Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa tidak) نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً (diturunkan kepadanya Alquran sekali turun saja?”) sebagaimana kitab Taurat, kitab Injil dan kitab Zabur. Allah menjawab melalui firman-Nya, “Kami sengaja menurunkannya كَذَلِكَ (demikian) secara terpisah-pisah لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ (supaya Kami perkuat hatimu dengannya) Kami menguatkan kalbumu dengan Alquran.

وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok”) Kami menurunkannya tahap demi tahap secara perlahan dan tidak tergesa-gesa, supaya mudah dipahami dan dihafal.

Tafsir Ibnu Katsir: Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berturut-turut dan benar).

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya.

Allah Swt. menceritakan tentang sikap orang-orang kafir yang banyak menentang dan ingkar, juga keusilan mereka terhadap hal yang bukan urusan mereka, karena mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: Mengapa Al-Quran ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? (Al-Furqan: 32) Yakni mengapa Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad tidak diturunkan sekali turun saja,

sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab yang sebelumnya sekaligus, seperti kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab samawi lainnya? Maka Allah Swt. menjawab perkataan tersebut. Sesungguhnya Dia menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun menurut peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang berkaitan dengannya serta menurut hukum yang diperlukan, tiada lain untuk meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya.

Tafsir Kemenag: Orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi bertanya mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Muhammad sekali turun, seperti kitab-kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab Taurat kepada Musa dan Zabur kepada Daud.

Allah menolak pertanyaan mereka itu dan menerangkan mengapa Al-Qur’an diturunkan secara ber-angsur-angsur. Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur agar Allah memudahkan dan menguatkan hati Nabi Muhammad. Allah berfirman:

Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. (al-Isra’/17: 106)

Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur memang mengandung banyak hikmah, di antaranya:

  1. Nabi Muhammad sering berjumpa dengan malaikat Jibril sehingga banyak menerima nasihat guna menambah semangat, kesabaran, dan ketabahan dalam menunaikan risalah-Nya.
  2. Karena Nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis (ummi) maka seandainya Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus, tentu ia akan kesulitan untuk menghafalnya.
  3. Supaya hafalannya lebih mantap, sempurna, dan terhindar dari segala kealpaan.
  4. Seandainya Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus, tentu syariat-syariatnya pun diturunkan sekaligus. Hal yang demikian itu pasti mengakibatkan banyak kesulitan. Akan tetapi, karena turunnya berangsur-angsur maka syariat pun diberlakukan secara berangsur-angsur sehingga mudah dilaksanakan, baik oleh Rasul maupun umatnya.
  5. Karena turunnya Al-Qur’an banyak berkaitan dengan sebab-sebab turunnya seperti adanya berbagai pertanyaan, peristiwa, atau kejadian, maka turunnya secara bertahap lebih berkesan dalam hati para sahabat karena mereka bisa menghayatinya peristiwa demi peristiwa.
  6. Kalau dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur saja, mereka tidak mampu meniru Al-Qur’an walaupun satu ayat, apalagi jika diturunkan sekaligus.
  7. Sebagian hukum syariat Islam turun sesuai dengan perkembangan kaum Muslimin pada waktu itu. Kemudian setelah mereka bertambah cerdas dan mantap keimanannya, barulah diterapkan syariat Islam yang lebih sempurna dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang turun kemudian. Seandainya Al-Qur’an diturunkan sekaligus tentu hal demikian itu tidak mungkin terjadi.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan maksud menghujat Alquran, orang-orang kafir berkata, ”Kenapa Alquran tidak diturunkan sekaligus?”
Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran demikian, secara berangsur-angsur, agar hatimu menjadi teguh karena dapat menghafalnya.
Kami membacakan Alquran melalui Jibril sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan.

Surah Al-Furqan Ayat 33
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Terjemahan: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

Tafsir Jalalain: وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ (Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil) untuk membatalkan perkaramu إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar) yang menolak dan membantahnya (dan yang paling baik penjelasannya) untuk menjelaskan perkara yang sebenarnya kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur. (Al-Isra: 106), hingga akhir ayat. Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. (Al-Furqan: 32)

Qatadah mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni Kami menjelaskannya sejelas-jelasnya. Menurut Ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah Kami menafsirkannya dengan jelas. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33) Yaitu dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad bahwa Dia tidak akan membiarkan orang-orang kafir itu datang kepada Nabi membawa sesuatu yang batil yang mereka ada-adakan untuk menodai kerasulannya.

Allah hanya akan mendatangkan kepada Nabi suatu yang benar untuk menolak tuduhan mereka dan memberikan penjelasan yang paling baik. Hal seperti ini tersebut pula dalam firman Allah:

Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (al-Anbiya’/21: 18).

Tafsir Quraish Shihab: Setiap kali mereka mendatangkan kepadamu sanggahan-sanggahan yang tidak beralasan, Kami pasti mendatangkan kepadamu kebenaran yang kami jelaskan dengan sebaik-baiknya.

Surah Al-Furqan Ayat 34
الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلًا

Terjemahan: Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahannam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya.

Tafsir Jalalain: Mereka adalah الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ (orang-orang yang dihimpunkan dengan diseret atas muka-muka mereka) mereka digiring seraya diseret إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا (ke neraka Jahanam, mereka itulah orang-orang yang paling buruk tempatnya) yaitu neraka Jahanam وَأَضَلُّ سَبِيلً (dan paling sesat jalannya) paling keliru jalannya bila dibandingkan dengan selain mereka, sebab kekafirannya.

Tafsir Ibnu Katsir: melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33) Artinya, tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara yang hak, melainkan Kami sanggah mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada ucapan mereka.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33 Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur’an dan Rasulullah Saw. melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al-Furqan: 33), hingga akhir ayat. kecuali Jibril turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka.

Hal ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rasulullah Saw. di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt., baik di pagi hari, maupun di petang hari, di siang hari maupun di malam hari, sedang dalam perjalanan maupun sedang berada di tempat.

Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur’an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranya dari kalangan semua nabi.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 7-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan oleh Allah Swt., dan Nabi Muhammad Saw. adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt. Al-Qur’an mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu Di alam mala’ul a’la, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.

Imam Nasai telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah pada malam Qadar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang digiring ke neraka Jahanam, dengan cara menyeret wajah mereka dengan rantai-rantai dan belenggu, adalah orang-orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk mengucapkan kata-kata ini kepada orang-orang kafir yang mengemukakan beberapa sifat yang ganjil untuk menodai kerasulannya, dengan maksud seolah-olah beliau ini menyuruh mereka untuk mengadakan perbandingan siapakah di antara mereka yang mendapat petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan.

Sesuai dengan firman Allah: Dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba’/34: 24). Juga tersebut dalam hadis Rasulullah saw:

Akan dikumpulkan manusia pada hari Kiamat dalam tiga golongan, segolongan berjalan kaki, segolongan lagi berkendaraan, dan segolongan lagi berjalan dengan wajahnya. Rasulullah ditanya, “Bagaimana mereka berjalan dengan wajahnya?” Beliau menjawab,

“Sesungguhnya Tuhan yang dapat memperjalankan mereka dengan kedua kakinya mampu pula memperjalankan mereka dengan wajahnya. Ingatlah, mereka menjaga wajah mereka dari benda-benda yang tajam dan berduri.” (Riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah). Yang dimaksud di sini bahwa malaikat menyeret wajah orang-orang kafir ke dalam neraka.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang mengingkari risalahmu akan diseret ke neraka dengan muka-muka yang menampakkan keterhinaan.
Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan tempat paling jelek dan orang-orang yang paling sesat jalannya.

Surah Al-Furqan Ayat 35
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا

Terjemahan: Dan sesungguhnya kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

Tafsir Jalalain: وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ (Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa kitab) Taurat وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا (dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir) yang membantunya di dalam menyampaikan tugas risalahnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu). Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, “Pergilah, kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya.

Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul, Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih, dan (Kami binasakan) kaum Ad dan Samud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa seperti menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Dia juga telah menjadikan Harun, saudaranya, menyertai dia sebagai seorang wazir (pembantu) yang selalu diajak musyawarah untuk diminta pendapatnya.

Dalam ayat lain diterangkan bahwa Harun itu diperbantukan kepada Musa sebagai seorang nabi. Hal ini tidak bertentangan karena walaupun Harun seorang nabi, tetapi dalam bidang syariat ia mengikuti syariat Musa dan mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa Musa dan Harun diperintahkan supaya menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun dengan jaminan bahwa kemenangan terakhir pasti berada di pihak mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Nabi Muhammad ﷺ. dihibur dengan peristiwa-peristiwa yang pernah dialami para rasul terdahulu. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Tawrat kepada Musa. Kami tugasi ia untuk menyampaikan risalah Kami. Dan Kami perkuat ia dengan menjadikan Harun, saudaranya, sebagai pembantu yang akan menolongnya.

Surah Al-Furqan Ayat 36
فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا

Terjemahan: Kemudian Kami berfirman kepada keduanya: “Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami”. Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya.

Tafsir Jalalain: فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا (Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, “Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami”) yakni bangsa Koptik, Firaun dan kaumnya, lalu keduanya berangkat ke negeri mereka, akan tetapi mereka mendustakannya. فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا (Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya) Kami menumpas mereka sampai binasa.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan.

Allah Swt. berfirman seraya mengancam orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Mereka terdiri atas kalangan orang-orang musyrik kaumnya dan orang-orang yang menentangnya. Allah Swt. memperingatkan mereka terhadap siksaan-Nya dan azab-Nya yang sangat pedih yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul-Nya.

Allah Swt. memulainya dengan menyebutkan kisah Musa, bahwa Dia telah mengutusnya dan mengangkat saudara laki-lakinya yang bernama Harun sebagai nabi yang membantu, mendukung, dan menolongnya. Akan tetapi, fir’aun dan bala tentaranya mendustakannya.

Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10) Demikian pula yang telah dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Nuh a.s. yang mendustakan Rasul-Nya.

Barang siapa yang mendustakan salah seorang rasul Allah, berarti ia mendustakan semua rasul Allah, sebab tidak ada bedanya antara rasul yang satu dengan rasul yang lainnya.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk pergi dan berdakwah kepada Fir’aun dan kaumnya yang telah mendustakan tanda-tanda keesaan Allah yang terdapat di alam semesta. Setelah mereka menunaikan tugasnya yaitu menyampaikan risalahnya dengan lemah lembut, ternyata sikap Fir’aun tetap tidak berubah, sehingga Allah membinasakan mereka.

Seperti tersebut dalam firman Allah: Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu. (Muhammad/47: 10).

Dengan peristiwa ini, Allah menghibur Nabi Muhammad dan mendidiknya supaya berlaku sabar, karena beliau bukanlah nabi pertama yang didustakan oleh kaumnya.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Allah memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk pergi dan berdakwah kepada Fir’aun dan kaumnya yang telah mendustakan tanda-tanda keesaan Allah yang terdapat di alam semesta. Setelah mereka menunaikan tugasnya yaitu menyampaikan risalahnya dengan lemah lembut, ternyata sikap Fir’aun tetap tidak berubah, sehingga Allah membinasakan mereka. Seperti tersebut dalam firman Allah:

Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu. (Muhammad/47: 10). Dengan peristiwa ini, Allah menghibur Nabi Muhammad dan mendidiknya supaya berlaku sabar, karena beliau bukanlah nabi pertama yang didustakan oleh kaumnya.

Surah Al-Furqan Ayat 37
وَقَوْمَ نُوحٍ لَّمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا

Terjemahan: Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlah قَوْمَ نُوحٍ لَّمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ (kaum Nuh tatkala mereka mendustakan Rasul-rasul) mereka mendustakan Nabi Nuh, mengingat Nabi Nuh tinggal bersama mereka dalam kurun waktu yang lama sekali, maka diungkapkan dalam ayat ini seolah-olah Nabi Nuh menduduki tempat Rasul-rasul.

Atau karena dengan mendustakan Nabi Nuh maka seolah-olah mereka mendustakan Rasul-rasul lainnya yang membawa risalah yang sama dengan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh, yaitu ajaran Tauhid.

أَغْرَقْنَاهُ (Kami tenggelamkan mereka) lafal ayat ini menjadi jawab dari Lamma وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ (dan Kami jadikan cerita mereka bagi manusia) sesudah mereka آيَةً (sebagai tanda) pelajaran وَأَعْتَدْنَا (dan Kami telah menyediakan) di akhirat لِلظَّالِمِينَ (untuk orang-orang yang zalim) yakni orang-orang kafir عَذَابًا أَلِيمًا (azab yang pedih) siksaan yang sangat menyakitkan di samping azab yang telah mereka rasakan sewaktu hidup di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Seandainya Allah menakdirkan untuk mengutus kepada mereka semua rasul, maka pastilah mereka akan mendustakan para rasul Allah itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. (Al-Furqan: 37)

Baca Juga:  Surah Al-Jin Ayat 25-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah Swt. tidak mengutus kepada mereka selain Nuh a.s. saja. Ia tinggal di kalangan mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun, seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan memperingatkan mereka akan azab Allah (bila mereka tidak menaati seruannya).

Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (Hud: 40) Karena itulah Allah menenggelamkan mereka semuanya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tersisa, dan tidak ada seorang Bani Adam pun yang ada di muka bumi tersisa kecuali orang-orang yang menaiki perahu Nuh a.s.

dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. (Al-Furqan: 37) Yakni pelajaran yang dijadikan sebagai peringatan bagi mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12) Kami biarkan kalian menaiki bahtera menempuh ombak lautan agar kalian ingat akan nikmat Allah kepada kalian, bahwa kalian telah diselamatkan dari tenggelam, dan menjadikan kalian termasuk keturunan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan membenarkan perintah-Nya.

Tafsir Kemenag: Demikian pula Allah telah membinasakan kaum Nuh yang telah mendustakan para rasul. Setelah Nabi Nuh menunaikan risalahnya dengan menyampaikan dakwah kepada kaumnya, tetapi yang beriman kepadanya hanya sedikit sekali, Allah lalu menenggelamkan mereka dengan topan dan banjir besar yang membinasakan semua manusia dan binatang kecuali yang berada dalam kapal Nabi Nuh.

Allah menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi umat manusia supaya mereka selalu ingat dan mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah menyelamatkan mereka dari bencana yang mengancam. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal, agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12).

Lalu Allah menerangkan akibat orang-orang yang mendustakan risalah Nabi dengan firman-Nya bahwa Ia telah menyediakan bagi orang-orang zalim siksa yang pedih. Ayat ini mengandung peringatan pada orang-orang Quraisy supaya mereka jangan sampai mendustakan kenabian Muhammad karena besar kemungkinan mereka pun akan ditimpa azab seperti umat-umat terdahulu yang telah mendustakan para rasul-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Demikian pula yang Kami lakukan sebelum Musa terhadap kaum Nuh yang mendustakan rasulnya. Barangsiapa mendustakan seorang rasul, maka sebenarnya dia telah mendustakan semua para rasul.

Sesungguhnya Kami telah menenggelamkan mereka dengan badai topan yang dapat dijadikan pelajaran oleh semua manusia. Kami telah menjadikan untuk mereka dan setiap orang musyrik siksa yang pedih di akhirat.

Surah Al-Furqan Ayat 38
اوَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا

Terjemahan: dan (Kami binasakan) kaum ‘Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlah عَادًا (kaum Ad) yakni kaum Nabi Hud وَثَمُودَ (dan Tsamud) kaum Nabi Saleh وَأَصْحَابَ الرَّسِّ (dan penduduk Rass) nama sebuah sumur; Nabi mereka menurut suatu pendapat adalah Nabi Syuaib, tetapi menurut pendapat yang lain bukan Nabi Syuaib.

Mereka tinggal di sekitar sumur itu, kemudian sumur itu amblas berikut orang-orang yang tinggal di sekitarnya dan rumah-rumah mereka pun ikut amblas.

وَقُرُونًا (dan banyak lagi generasi-generasi) kaum-kaum بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (di antara kaum-kaum tersebut) yakni antara kaum Ad dan penduduk Rass.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Swt.: dan (Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat, seperti dalam surat Al-A’raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam pembahasan ini.

Adapun mengenai penduduk Rass, menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk suatu kota dari kalangan kaum Samud.

Ibnu Juraij mengatakan, Ikrimah pernah mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang terletak di Yamamah.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Rass adalah nama sebuah sumur yang terletak di Adzerbijan.

As’-Sauri meriwayatkan dari Abu Bakar, dari Ikrimah, bahwa Rass adalah nama sebuah sumur; penduduk di sekitarnya mengebumikan nabi mereka di dalam sumur itu.

[] “. “. “. “. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya manusia yang mula-mula masuk surga kelak di hari kiamat adalah seorang hamba berkulit hitam.

Demikian itu karena Allah Swt. mengutus seorang nabi kepada penduduk suatu kota, tiada yang beriman dari kalangan penduduk kota itu kecuali hamba yang berkulit hitam tersebut. Kemudian penduduk kota menangkap nabi mereka, lalu membuat sebuah sumur. Selanjutnya mereka melemparkan nabinya ke dalam sumur itu, kemudian mulut sumur itu mereka tutup dengan batu besar.

Hamba itu setiap harinya berangkat mencari kayu, kemudian kayu itu ia panggul di atas pundaknya dan dijualnya kayu itu, hasilnya ia belikan makanan dan minuman. Kemudian ia membawa makanan dan minuman itu ke sumur tersebut. Lalu ia mengangkat batu besar itu dengan pertolongan dari Allah (hingga ia kuat mengangkatnya sendirian), kemudian ia mengulurkan makanan dan minuman itu ke dalam sumur.

Setelah selesai, ia mengembalikan batu itu seperti sediakala. Demikianlah yang dilakukan oleh si hamba itu setiap harinya selama masa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu pada suatu hari seperti biasanya ia mencari kayu. Setelah beroleh kayu, ia mengumpulkannya dan mengikatnya. Ketika hendak memanggulnya, tiba-tiba rasa kantuk berat menyerangnya. Ia berbaring sebentar untuk istirahat dan tertidur, maka Allah menjadikannya tertidur selama tujuh tahun.

Setelah itu ia terbangun dan menjulurkan tubuhnya, lalu pindah ke sisi lambung yang lain, maka Allah menjadikannya tertidur lagi selama tujuh tahun berikutnya. Kemudian ia terbangun, lalu memanggul ikatan kayunya, sedangkan dia mengira bahwa dirinya hanya tidur selama setengah hari. Lalu ia datang ke kota dan menjual kayunya, lalu membeli makanan dan minuman seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Ia pergi menuju sumur tersebut yang di dalamnya terdapat seorang nabi yang disekap. Lalu ia mencarinya, tetapi ternyata ia tidak menjumpainya. Tanpa diketahuinya kaumnya telah sadar, lalu mereka mengeluarkan nabi itu dari dalam sumur tersebut, dan mereka beriman kepadanya serta membenarkannya. Lalu Nabi itu menanyakan kepada mereka perihal si budak hitam, apa saja yang dilakukannya? Mereka menjawab, ‘Kami tidak mengetahui,’ hingga akhirnya nabi itu wafat.

Sesudah itu si budak hitam tersebut terbangun dari tidurnya.” Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya budak hitam itu adalah orang yang mula-mula masuk surga. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ka’b secara mursal. Akan tetapi, di dalamnya terdapat garabah dan nakarah.

Barangkali di dalam hadis terdapat idraj, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir mengatakan, tidak boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam Al-Qur’an, karena Allah telah menceritakan perihal mereka; bahwa Allah telah membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman dan percaya kepada nabinya.

Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah bapak-bapak mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada nabi mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan penduduk Rass ialah orang-orang yang memiliki galian (parit), yaitu mereka yang disebut di dalam surat Al-Buruj.

Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.: dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. (Al-Furqan: 38) Yakni umat-umat yang jumlahnya berkali lipat daripada mereka yang telah disebutkan, semuanya telah Kami binasakan.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah membinasakan kaum ‘ad, kaum Nabi Hud, dengan angin yang bertiup dengan kekuatan yang sangat besar dan sangat dingin, membinasakan kaum Samud, kaum Nabi Saleh, dengan suara keras yang menggelegar, dan juga membinasakan penduduk Rass yang ada di negeri Yamamah yang telah membunuh nabi. Nasib yang sama juga telah menimpa generasi-generasi berikutnya akibat pembangkangan mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 51-54; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Demikian pula Kami telah menghancurkan ‘Ad, Tsamud dan penduduk al-Rass[1] tatkala mereka mendustakan rasul-rasul mereka. Kami juga telah menghancurkan banyak kaum yang hidup di antara masa kaum Nuh dan ‘Ad. Mereka mendapat balasan sebagaimana orang-orang yang zalim.

[1] Al-Rass, seperti disebutkan dalam Al-Mufradat karya al-Raghib al-Ashfahani, berarti ‘lembah’. Al-Ashfahani berdalil dengan sepnggal bait syair: wa hunna al-wadi al-rass ka al-yad li al-fam. Penduduk al-Rass yang disebutkan pada ayat di atas adalah kaum yang selalu menyembah patung.
Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Syu’aib ‘alaihis salam.

Di dalam Alquran, kaum Syu’aib terkadang disebut sebagai penduduk Aykah, yang berarti tempat yang dipenuhi pepohonan yang rindang.
Terkadang disebut juga dengan penduduk al-Rass, yaitu sebuah lembah yang banyak mengandung kebaikan. Hal itu menunjukkan banyaknya nikmat Allah yang diberikan kepada mereka. Tapi mereka mengingkarinya dan menyembah patung.

Surah Al-Furqan Ayat 39
وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا

Terjemahan: Dan sesungguhnya kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

Tafsir Jalalain: وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ (Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka tamsil) untuk menegakkan hujah terhadap mereka, oleh karenanya tidak sekali-kali Kami membinasakan mereka melainkan sesudah mereka Kami beri peringatan.

وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا (dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya) yakni Kami tumpas mereka hingga binasa, disebabkan mereka telah mendustakan nabi-nabi mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan. (Al-Furqan: 39) Kami jelaskan kepada mereka hujah-hujah (alasan-alasan) dan Kami terangkan bukti-bukti kepada mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa Kami lenyapkan semua alasan dari mereka. dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya. (Al-Furqan: 39) Yaitu Kami hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya,

seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17) Al-qarn artinya umat, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al-Mu-minun: 42) Sebagian di antara mereka mendefinisikannya bahwa satu kurun sama dengan seratus dua puluh tahun.

Menurut pendapat yang lain seratus tahun, menurut pendapat yang lainnya lagi delapan puluh tahun, ada pula yang mengatakan empat puluh tahun, dan banyak lagi pendapat lainnya yang berbeda-beda. Tetapi menurut pendapat yang kuat, yang dimaksud dengan qarn adalah umat yang ada di suatu kurun waktu (suatu zaman). Apabila mereka semuanya telah tiada, lalu diganti oleh generasi yang baru, maka generasi itu dinamakan qarn yang lain (generasi yang lain).

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan agar kisah umat dahulu itu diceritakan nabi kepada kaum musyrikin sebagai tamsil atau ibarat, dan menjelaskan kepada mereka dalil-dalil keesaan Allah. Akan tetapi, ternyata mereka terus-menerus mendustakan dan mengingkarinya sehingga Allah membinasakan mereka sampai hancur-lebur.

Allah lalu memerintahkan kepada Muhammad agar mengingatkan orang-orang musyrik Mekah agar mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa itu. Tempat-tempat kaum yang telah dibinasakan itu selalu mereka lalui ketika dalam perjalanan dagangnya, yaitu bekas-bekas kawasan kaum Lut dan Samud ketika mereka pergi ke Syam, dan bekas kawasan kaum ‘ad (Ahqaf) yang mereka lewati ketika pergi menuju Yaman.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami telah memperingatkan semua kaum tersebut. Kami telah sebutkan kepada mereka beberapa nasihat dan tamsil ibarat yang bermanfaat. Tetapi mereka tidak memetik pelajaran dari situ. Maka Kami timpakan mereka semua dengan azab, dan Kami hancurkan negeri mereka dengan sehancur- hancurnya.

Surah Al-Furqan Ayat 40
وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا

Terjemahan: Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدْ أَتَوْا (Dan sesungguhnya mereka telah melalui) yakni orang-orang kafir Mekah itu sering melewati عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ (sebuah negeri yang dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya) lafal As Sau’ adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a. Maksudnya mereka telah dihujani dengan batu-batu; negeri tempat tinggal mereka adalah suatu kota yang paling besar bagi kaum Nabi Luth, kemudian Allah membinasakan mereka sebab mereka gemar melakukan perbuatan yang keji.

أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا (Maka apakah mereka tidak menyaksikan bekas-bekasnya) di dalam perjalanan mereka menuju ke negeri Syam, kemudian mereka mengambil pelajaran darinya? Istifham atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna Taqrir, maksudnya, hendaklah mereka mengambil pelajaran dari bekas-bekas itu,

بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ (bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan) mereka tidak takut sama sekali نُشُورًا (akan kebangkitan) maksudnya hari mereka dihidupkan kembali, mereka sama sekali tidak beriman kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu sabda Nabi Saw. yang mengatakan: Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang (generasi) yang sesudahnya, kemudian orang-orang (generasi)yang sesudahnya lagi.

Firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). (Al-Furqan: 40) Yaitu kotanya kaum Nabi Lut kota Sadum yang telah dibinasakan oleh Allah; buminya dibalikkan, lalu dihujani dengan hujan batu dari Sijjil.

Seperti yang disebut di dalam firman-Nya: Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu. (Asy-Syu’ara: 173) Dan sesungguhnya kalian (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kalian tidak memikirkan? (As-Saffat: 137-138) Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (Al-Hijr: 76)

Dan firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (Al-Hijr: 79) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu. (Al-Furqan: 40) yang karenanya lalu mereka mengambil pelajaran dari azab dan pembalasan Allah yang telah menimpa para penduduknya akibat mendustakan rasul-Nya dan menentang perintah-perintah Allah Swt.

bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan. (Al-Furqan: 40) Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kafir yang melalui jalan tersebut tidak mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit kelak di hari kiamat.”

Tafsir Kemenag: Sesungguhnya kaum musyrikin Mekah sering melewati negeri Sodom yang dahulu pernah dihujani dengan batu dan bekas kediaman kaum Nabi Lut yang terkenal dengan perbuatan homoseksual. Apakah mereka tidak menyaksikan bekas reruntuhan itu sebagai azab akibat mendustakan seorang utusan Allah.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa sebab utama yang menutup mata hati mereka terhadap sebab-sebab turunnya azab itu bukan karena mereka tidak melihat, tetapi karena mereka tidak percaya akan adanya hari kebangkitan pada hari Kiamat, sesudah mereka mati.

Tafsir Quraish Shihab: Dalam perjalanan mereka ke Syam, orang-orang Quraisy selalu melewati negeri kaum Luth yang dihujani dengan hujan yang paling jelek karena membawa bebatuan dari tanah yang terbakar.
Apakah mereka tidak memperhatikan negeri itu dan mengambil pelajaran dari musibah yang dialami penduduknya?MMereka tentu telah melihat semua itu, tetapi bukan untuk mengambil pelajaran.

Sebab, mereka tidak percaya kepada hari kiamat dan kebangkitan. Mereka pun tidak memperkirakan hari di saat mereka akan dibangkitkan untuk dimintakan pertanggungjawaban.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Furqan Ayat 32-40 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S