Surah Al-Furqan Ayat 45-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Furqan Ayat 45-47; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Furqan Ayat 45-47 ini, Allah memerintahkan rasul-Nya supaya memperhatikan ciptaan-Nya, bagaimana Dia memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang dari tiap-tiap benda yang terkena sinar matahari, dari mulai terbit sampai terbenam. Allah sengaja menjadikan panas dari terik cahaya matahari. Kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap, tidak berpindah-pindah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Furqan Ayat 45-47

Surah Al-Furqan Ayat 45
أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا

Terjemahan: Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,

Tafsir Jalalain: أَلَمْ تَرَ (Apakah kamu tidak memperhatikan) yakni tidak melihat إِلَى (kepada) ciptaan رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ (Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang) mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan hendak terbitnya وَلَوْ شَاءَ (dan kalau Dia menghendaki) yakni Rabbmu لَجَعَلَهُ سَاكِنًا (niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap) artinya tidak hilang sekalipun matahari terbit,

ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ (kemudian Kami jadikan matahari atasnya) yakni bayang-bayang atau gelap itu دَلِيلًا (sebagai petunjuk) karena seandainya tidak ada matahari maka niscaya bayang-bayang atau gelap itu tidak akan dikenal.

Tafsir Ibnu Katsir: Dari ayat ini Allah mulai menjelaskan dalil-dalil tentang wujud dan kekuasaan-Nya yang sempurna dalam penciptaan segala sesuatu yang berbeda dan bertentangan. Maka Allah berfirman: أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ (“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang.”) Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Abul ‘Aliyah, Abu Malik, Masruq dan Mujahid berkata: “Yaitu bayangan yang berada di antara terbit fajar hingga terbit matahari.”

وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا (“Dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu.”) yaitu terus-menerus, tetap, tidak hilang, sebagaimana firman Allah yang artinya: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus…” (al-Qashash: 71)

Firman Allah: ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا (“Kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu.”) yaitu seandainya tidak ada matahari yang terbit, niscaya tidak akan diketahui. Karena lawan sesuatu tidak akan diketahui kecuali dengan lawannya [juga]. Qatadah dan as-Suddi berkata: “Yaitu tanda yang mengiringi dan mengikutinya hingga seluruhnya datang.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memerintahkan rasul-Nya supaya memperhatikan ciptaan-Nya, bagaimana Dia memanjangkan dan memendekkan bayang-bayang dari tiap-tiap benda yang terkena sinar matahari, dari mulai terbit sampai terbenam.

Allah sengaja menjadikan panas dari terik cahaya matahari. Kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap, tidak berpindah-pindah. Allah menjadikan bayang-bayang itu memanjang atau memendek untuk dipergunakan manusia sebagai pengukur waktu, seperti di Mesir mempergunakan alat yang diberi nama al-Misallat untuk mengukur waktu pada siang hari dan menentukan musim-musim selama setahun.

Sejak dahulu kala, bangsa Arab pun telah mempergunakan alat yang diberi nama al-Mazawil untuk menentukan waktu salat dengan bayang-bayang. Mereka dapat memastikan tibanya waktu Zuhur bila bayangan jarumnya sudah berpindah dari arah barat ke timur, dan tiba waktu Asar bila bayangan setiap benda yang berdiri sudah menyamainya.

Hanya Imam Abu Hanifah yang berpendapat bahwa bayangan itu harus dua kali dari panjang benda itu sendiri. Jadi jelas bahwa menurut ayat ini, Allah menjadikan bayang-bayang dari sinar matahari sebagai petunjuk waktu.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah memberikan bukti-bukti keesaan Tuhan yang dapat digunakan oleh orang-orang yang mau menggunakan fikiran. Cobalah perhatikan bayang-bayang. Allah telah membentangkannya pada pagi hari dan menjadikannya tenang.

Dengan munculnya matahari, bagian bayang-bayang yang terkena sinar menjadi hilang. Maka dengan demikian matahari menjadi bukti adanya bayang-bayang. Kalau tidak karena matahari, niscaya bayang-bayang itu tidak dapat diketahui. Kalau Allah menghendaki, Dia akan menjadikan bayang-bayang itu menyelimuti manusia, sehingga dengan begitu beberapa keperluan manusia menjadi terlewat.

Ayat ini menyinggung salah satu bukti kekuasaan dan pemeliharaan Sang Pencipta. Panjang dan pendek yang terjadi pada bayangan menunjukkan adanya proses perputaran bumi–baik pada porosnya maupun mengelilingi matahari–dalam posisi miring.

Jika dua proses perputaran itu tidak ada, bayangan akan diam, karena matahari hanya menyinari salah satu paroan bumi saja, sedangkan paroan yang lain akan gelap dan malam sepanjang tahun. Akibatnya, keseimbangan suhu udara menjadi rusak dan kehidupan menjadi tidak mungkin. Selanjutnya, hal itu juga bisa terjadi apabila tempo gerak bumi pada porosnya (rotasi) berbanding lurus dengan tempo gerak bumi mengelilingi matahari (revolusi).

Dengan demikian, satu hari sama dengan satu tahun. Tidak ada yang dapat melakukan hal seperti itu kecuali Allah, di samping bayangan itu sendiri adalah salah satu karunia Allah. Seandainya Allah menjadikan semua benda menjadi bening atau tembus pandang, maka bayangan tidak akan ada dan kehidupan menjadi tidak mungkin.

Surah Al-Furqan Ayat 46
ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا

Terjemahan: Katakanlah: kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ قَبَضْنَاهُ (Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu) yakni bayang-bayang yang memanjang itu إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا (kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan), yaitu dengan terbitnya matahari.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا (“Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.”) yaitu bayang-bayangnya, dan satu pendapat mengatakan yaitu matahari. Yasiiran; yaitu mudah. Ibnu ‘Abbas berkata: “Cepat.” Mujahid berkata: “Tersembunyi.” Sedangkan Ayyub bin Musa berkata tentang ayat: qab-dlay yasiiran; yaitu sedikit demi sedikit.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menghapus bayang-bayang itu dengan perlahan-lahan sejalan dengan proses terbenam matahari sedikit demi sedikit. Menurut para ilmuwan, ayat ini berbicara mengenai presisi keteraturan alam semesta.

Ayat ini menerangkan fungsi gerakan dan “panjang” bayang-bayang yang bergerak dari pagi, siang, dan sore hari. Memanjangkan bayangan suatu benda dalam ilmu fisika adalah peristiwa mengecilnya sudut datang cahaya dan memendeknya panjang bayangan dikarenakan semakin besarnya sudut datang cahaya.

Peristiwa ini sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada pagi hari, bayang-bayang benda akibat terkena sinar matahari yang jatuh ke bumi akan tampak panjang. Semakin siang hari dan sampai posisi matahari pada titik kulminasi, bayangan akan tampak semakin memendek. Sebaliknya ketika matahari mulai bergeser ke arah barat sampai menjelang sore hari, akan terlihat bayang-bayang pun kembali menjadi panjang. Hal ini terjadi dikarenakan sudut datang sinar matahari menjadi semakin kecil kembali.

Apa yang terjadi manakala bayang-bayang panjangnya tetap atau tidak berubah? Ini peristiwa luar biasa. Secara sederhana dapat diartikan bahwa posisi matahari dan bumi dalam keadaan tetap tidak berubah, maka matahari akan menyinari bumi secara terus menerus. Artinya permukaan bumi (yang terang) akan mengalami proses pemanasan. Suhu permukaan akan terus meningkat selama penyinaran berlangsung. Air laut akan menggelegak dan mendidih.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 71-75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Apabila hal ini terus berlangsung dalam tempo yang lama maka bumi akan terbakar dan hancur akibat suhu yang meningkat. Sedangkan permukaan bumi yang tidak menghadap matahari, akan mengalami proses sebaliknya, yaitu mengalami pendinginan yang luar biasa.

Boleh jadi permukaan laut akan beku, dan kehidupan akan mati. Keadaan ekstrem suhu di kedua belahan bumi ini mungkin dapat menjurus ke arah punahnya kehidupan. Kiamatkah? Wallahu a’lam. Allah Mahakuasa atas segala ciptaan-Nya.

Peristiwa panjang dan pendek atau arah barat dan arah timur bayang-bayang tadi terhadap posisi matahari dapat menjadi petunjuk waktu bagi manusia yang berada di bumi. Lenyapnya bayang-bayang terjadi secara perlahan merupakan gambaran sederhana sebagaimana peristiwa kejadian matahari terbenam secara perlahan.

Hal kedua yang dapat diperoleh adalah bahwa ayat di atas sudah mengindikasikan akan adanya perputaran bumi pada sumbunya. Ayat di bawah ini juga dapat digunakan untuk indikasi tersebut.

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 38-40).

Ayat di atas dapat juga digunakan untuk memperlihatkan adanya keteraturan di alam semesta. Kalimat terakhir dari ayat tersebut secara jelas menyatakannya. Hal serupa dapat pula ditemui pada Surah al-Anbiya’/21: 33, az-Zumar/39: 5, dan ar-Rahman/55: 1-5.

Dalam Surah Yasin/36: 38-40 di atas disebutkan bahwa matahari beredar pada garis lintasannya. Astronomi modern membuktikan kebenaran pernyataan Al-Qur’an ini. Seperti diketahui, matahari terletak di sisi terluar dari piringan galaksi Bima Sakti. Galaksi ini berbentuk piringan, yang mempunyai jari-jari sekitar 10 kiloparsecs. Jika dihitung dalam dimensi mil, sama dengan 2 dengan 17 angka nol.

Penelitian astronomi menunjukkan bahwa galaksi Bima Sakti ini melakukan perputaran pada sumbunya (revolusi), dan satu revolusi membutuhkan waktu selama 250 juta tahun. Karena matahari berada pada piringan terluar galaksi ini, maka matahari turut pula beredar sesuai dengan garis edar sisi terluar dari piringan galaksi tersebut.

Kata yasbahun yang terdapat pada Surah Yasin/36: 40, lebih tepat bila diterjemahkan dengan berenang, dibanding beredar. Sebab, dalam astronomi modern, antariksa ini tidaklah kosong sama sekali, tetapi berisi dan dipenuhi oleh partikel-partikel sub-atomik yang dikenal dengan neutrino. Jadi semua benda langit di jagad-raya ini sesungguhnya ‘berenang pada gelombang neutrino.

Mengenai rotasi bumi, data memperlihatkan bahwa bumi berputar pada sumbunya dengan kecepatan 1.670 km per jam. Kecepatan ini mendekati kecepatan peluru yang dilepaskan dari senjata modern, yaitu 1.800 km per jam. Maka dapat dibayangkan, betapa cepatnya rotasi bumi.

Yang melakukan rotasi secepat ini bukan benda berukuran kecil dan ringan seperti peluru, tetapi suatu benda dengan ukuran dan massa yang sangat besar.

Kecepatan orbit bumi terhadap matahari adalah sekitar 60 kali kecepatan peluru, yaitu sekitar 108.000 km per jam. Dengan kecepatan demikian, sebuah pesawat akan dapat mengelilingi bumi dalam waktu 22 menit.

Ketepatan rotasi yang mengakibatkan terjadinya siang dan malam di bumi ini, dikonfirmasi oleh ayat di bawah ini. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 40).

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 75-77; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Kami menghilangkan bayang-bayang itu dengan matahari secara berangsur-angsur, tidak sekaligus. Dengan begitu, banyak sekali manfaat yang dirasakan manusia.

Surah Al-Furqan Ayat 47
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

Terjemahan: Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.

Tafsir Jalalain: وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا (Dialah yang menjadikan untuk kalian malam sebagai pakaian) yakni yang menutupi bagaikan pakaian وَالنَّوْمَ سُبَاتًا (dan tidur untuk istirahat) bagi tubuh setelah selesai dari bekerja وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha) kalian bangun di waktu itu untuk mencari rezeki dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا (“Dialah yang menjadikan untukmu malam sebagai pakaian.”) yaitu pakaian dan selimutnya. Sebagaimana Allah berfirman: وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى (“Demi malam apabila menutupi [cahaya siang].”) wan nauma subaasan (“dan tidur untuk istirahat”) yaitu berhenti beraktifitas untuk istirahat badan. Karena anggota badan akan lelah disebabkan banyak aktifitas saat bertebaran di siang hari untuk mencari penghidupan.

Jika tiba waktu malam dan ia tinggal, maka berhentilah berbagai aktifitas tersebut dan istirahat, lalu tercapailah tidur yang merupakan pengistirahatan badan dan ruh bersama-sama.

وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (“Dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”) manusia bertebaran di waktu itu untuk kehidupan, perdagangan dan usaha mereka.

Tafsir Kemenag: Allah lalu menyebutkan kekuasaan-Nya yang kedua yaitu menjadikan malam itu bermanfaat bagi manusia seperti manfaatnya pakaian yang menutup badan. Allah juga menjadikan tidur nyenyak bagi manusia sehingga ia seperti mati, karena seseorang pada waktu tidur tidak sadar sama sekali, dan anggota badannya berhenti bekerja kecuali jantung dan beberapa organ lainnya. Dengan demikian, dia dapat beristirahat dengan sempurna seperti dalam firman Allah: Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari. (al-An’am/6: 60).

Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur. (az-Zumar/39: 42)

Allah menjadikan siang untuk berusaha dan beraktivitas. Sebagaimana tidur pada malam hari yang diserupakan dengan mati, maka bangun pada siang hari diserupakan dengan bangun lagi dari mati. Demikian pula manusia setelah berakhir masa hidupnya di dunia ini dan mati, akan dibangkitkan kembali setelah matinya, untuk diadili oleh Allah segala yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia.

Tafsir Quraish Shihab: Di antara bukti-bukti keesaan Tuhan, Dia menjadikan malam dengan kegelapannya sebagai penutup. Semua makhluk larut dalam kegelapan yang menyelimutinya, seperti baju yang menyelimuti pemakainya.

Dia membuat manusia bisa tidur untuk beristirahat memulihkan tenaga setelah kelelahan. Dengan datangnya siang, Dia membuat manusia bangun dan berusaha mencari penghidupan dan rezeki.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Furqan Ayat 45-47 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S