Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Furqan Ayat 51-54 ini, menjelaskan bahwa seandainya Allah menghendaki, Dia akan mengutus seorang utusan untuk setiap negeri, yang akan memberi peringatan. Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk menyampaikan risalahnya dengan sungguh-sungguh, melaksanakan jihad dan perjuangan dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran, ketabahan, dan tidak takut atau gentar terhadap musuh.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Furqan Ayat 51-54
Surah Al-Furqan Ayat 51
وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَّذِيرًا
Terjemahan: Dan andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul).
Tafsir Jalalain: وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَّذِيرًا (Dan andai kata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan) untuk mengingatkan penduduknya, akan tetapi Kami mengutus kamu, hai Muhammad, kepada penduduk semua negeri sebagai pemberi peringatan kepada mereka semuanya, supaya pahalamu menjadi besar.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَّذِيرًا (“Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan [Rasul].” Yang menyeru kepada Allah. Akan tetapi Kami khususkan engkau wahai Muhammad, dengan diutus kepada seluruh penghuni bumi, dan Kami perintahkan engkau untuk menyampaikan al-Qur’an ini kepada mereka.
لِأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ (“Agar Aku perintahkan kamu dengannya dan orang yang menyampaikannya.”) قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا (“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu seluruhnya.’”)
Di dalam shahihain: “Aku diutus kepada kulit merah dan kulit hitam.” Dan juga: “Dahulu, para Nabi diutus khusus pada kaumnya saja. sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.”
Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa seandainya Allah menghendaki, Dia akan mengutus seorang utusan untuk setiap negeri, yang akan memberi peringatan. Akan tetapi, Allah mengirimkan Muhammad sebagai nabi penutup kepada seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua.” (al-A’raf/7: 158)
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba’/34: 28)
Jika para nabi lain diutus kepada umat-umat tertentu, maka Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai rasul kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan memberi peringatan. Oleh karena itu, mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad tidak lagi bersifat temporal, yang hanya sesuai untuk suatu kaum dan tempat tertentu. Akan tetapi, ia diberi Al-Qur’an yang bersifat universal, nilai-nilai yang dikandungnya sesuai untuk diterapkan di mana pun dan kapan pun.
Tafsir Quraish Shihab: Kalau Kami menghendaki, niscaya akan Kami kirim ke setiap negeri seorang pemberi peringatan. Maka bersungguh-sungguhlah dalam berdakwah. Jangan pedulikan omongan orang-orang kafir. Dan tinggalkan apa yang mereka datangkan.
Surah Al-Furqan Ayat 52
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
Terjemahan: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
Tafsir Jalalain: فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ (Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir) memperturutkan hawa nafsu mereka وَجَاهِدْهُم بِهِ (dan berjihadlah terhadap mereka dengannya) dengan Alquran جِهَادًا كَبِيرًا (dengan jihad yang besar).
Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman: فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ (“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah terhadap mereka dengannya.”) yaitu dengan al-Qur’an, seperti yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, جِهَادًا كَبِيرًا (“Dengan jihad yang besar.”)
Tafsir Kemenag: Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk menyampaikan risalahnya dengan sungguh-sungguh, melaksanakan jihad dan perjuangan dengan penuh kebijaksanaan, kesabaran, ketabahan, dan tidak takut atau gentar terhadap musuh. Nabi saw harus yakin bahwa Allah pasti menolong, sehingga kemenangan berada di tangannya dan kaum Mukminin.
Dalam ayat ini, Allah melarang Nabi Muhammad mengikuti orang-orang kafir yang mengajaknya mengadakan kompromi dengan mereka dalam hal agama. Ia harus tetap bersikap tegas dan konsekuen dalam melaksanakan dakwah dan berjihad menyebarkan Al-Qur’an.
Secara bahasa, jihad ialah berusaha sungguh-sungguh, jika perlu dengan mengorbankan apa saja, harta ataupun jiwa. Jihad dapat dilaksanakan dalam keadaan perang maupun damai. Dalam keadaan perang, jihad dilaksanakan dengan qital, yaitu berperang di jalan Allah. Sedangkan jihad dalam keadaan damai dapat dilaksanakan di bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dan lain-lain.
Ayat 52 ini termasuk dalam kelompok ayat Makkiyyah, diturunkan sebelum hijrah dalam keadaan damai. Maka jihad di sini lebih ditekankan pada kesungguhan melaksanakan dakwah, pendidikan, maupun usaha-usaha sosial untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Allah menjanjikan kepada orang yang berjihad dengan sungguh-sungguh akan selalu diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. (al-‘Ankabut/29: 69).
Tafsir Quraish Shihab: Teruskanlah dakwahmu kepada kebenaran dan dalam menyampaikan risalah Tuhanmu. Apabila mereka menentang misi dakwahmu dan menyakiti orang-orang Mukmin, maka perangilah mereka. Berjuanglah untuk itu dengan sekuat tenaga.
Surah Al-Furqan Ayat 53
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا
Terjemahan: Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
Tafsir Jalalain: وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ (Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir) secara berdampingan هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ (yang ini tawar lagi segar) sangat tawar lagi menyegarkan وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ (dan yang lain asin lagi pahit) asin sekali sehingga rasanya pahit.
وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا (dan Dia jadikan antara keduanya dinding) batas yang menyebabkan kedua air tersebut tidak membaur, antara yang satu dengan yang lainnya وَحِجْرًا مَّحْجُورًا (dan batas yang menghalangi) yakni penghalang yang mencegah keduanya untuk bercampur.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ (“Dan Dialah yang menbiarkan dua laut mengalir [berdampingan]; yang ini tawar dan segar dan yang lain asin lagi pahit.”) yaitu Dia menciptakan dua air, tawar dan asin. Air tawar itu seperti sungai-sungai, mata air dan sumur-sumur.
Dan ini adalah lautan yang manis, tawar lagi segar dan murni. Hal ini dikatakan oleh Ibnu Juraij dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Makna ini tidak meragukan, karena di alam ini tidak ada lautan yang tenang yaitu tawar lagi segar.
Allah swt. mengabarkan suatu fakta untuk menyadarkan hamba-Nya tentang nikmat-nikmat-Nya kepada mereka agar mereka mensyukuri-Nya. Lautan yang tawar itulah yang mengalir di antara manusia yang Allah Ta’ala pisahkan di antara makhluk-Nya karena kebutuhan mereka kepada sungai-sungai dan mata air pada setiap tanah sesuai kebutuhan mereka dan kecukupan mereka, bagi diri-diri dan tanah-tanah mereka.
Firman-Nya: وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ (“dan yang lain asin lagi pahit”) yaitu asin dan sangat pahit yang sulit dicerna. Yaitu seperti laut-laut yang terkenal di daerah timur dan barat; lautan Teduh dan yang menyambung dari berbagai selatnya, laut Qulzum, laut Yaman, laut Bashrah, laut Parsi, laut Cina, laut India, laut Rum, laut Kharz dan lautan yang sebentuk dan serupa yang tidak mengalir. Akan tetapi lautan itu berombak, bergelombang dan berbenturan di waktu musim dingin dan angin kencang, dan di antaranya ada yang mengalami pasang surut.
Di awal setiap bulan akan terjadi pasang. Sedangkan jika bulan mulai berkurang, maka ia mulai surut hingga kembali pada kondisi awal. Dan jika hilal muncul di akhir bulan, maka mulai pasang hingga malam ke 14, kemudian berkurang.
Allah Yang Maha memiliki berkuasa memberlakukan kebiasaan demikian. Maka setiap lautan yang tenang ini diciptakan oleh Allah swt. dalam keadaan asin agar tidak terjadi pembusukan udara dan merusak keadaan itu. Juga agar hewanyang mati di dalamnya tidak mengalami pembusukan. Dikarenakan airnya asin, maka udarapun menjadi segar dan bagkainya tetap baik.
Untuk itu Rasulullah saw. bersabda ketika ditanya tentang air laut, apakah kita boleh berwudlu dengannya? Beliau menjawab: “Airnya suci dan bangkainya halal.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik, asy-Syafi’i, Ahmad dan Ahlus Sunan dengan isnad yang jayyid [baik])
Firman Allah: وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا (“Dan Dia jadikan di antara keduanya dinding dan pembatas.”) yaitu di antara tawar dan asin; barzakhan (“dinding”) yaitu tanah kering; وَحِجْرًا مَّحْجُورًا (“Dan batas yang menghalangi”) yaitu yang mencegah sampainya salah satu rasa itu kepada rasa yang lainnya.
Tafsir Kemenag: Ayat ini berisi tanda kekuasaan Allah yang keempat, yaitu Dia yang membiarkan dua macam air mengalir berdampingan, yang satu tawar dan segar, sedangkan yang lain asin dan pahit, seperti yang terjadi di muara sungai-sungai besar. Namun demikian, walaupun berdekatan rasa airnya tidak bercampur seolah-olah ada dinding yang membatasi di antara keduanya, sehingga yang satu tidak merusak rasa yang lainnya.
Walaupun menurut pandangan mata kedua lautan itu bercampur, namun pada kenyataannya air yang tawar terpisah dari yang asin dengan kekuasaan Allah seperti dalam firman-Nya:
Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (ar-Rahman/55: 19-20).
Menurut para ilmuwan, Allah telah menciptakan pemisah air laut dan sungai, walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi. Barzakh (pemisah) ini berfungsi menghalangi kedua air untuk tidak saling menghapus ciri-cirinya. Laut asin dan tawar seolah-olah sudah ada dinding pembatas di antara keduanya, sehingga tidak bercampur aduk. Manusia dapat menentukan pilihannya karena baik air asin maupun tawar ada gunanya.
Pada tahun 1873, para pakar ilmu kelautan Inggris (dengan kapal Challenger) menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis ikan/binatang, dan sebagainya. Setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya dalam bentuk tertentu, terpisah dari jenis air yang lain betapapun ia mengalir jauh.
Air Sungai Amazon yang mengalir deras ke laut Atlantik sampai batas 200 mil, masih tetap tawar. Mata air-mata air di Teluk Persia mempunyai ikan-ikan yang khas dan masing-masing tidak hidup kecuali di lokasinya.
Kedua laut dimaksud adalah lautan yang memenuhi sekitar ¾ bumi ini serta sungai yang ditampung oleh tanah dan yang memancarkan mata air-mata air serta sungai-sungai besar yang kemudian mengalir ke lautan. Barzakh (pemisah) adalah penampungan air yang terdapat di bumi itu dan saluran-saluran bumi yang menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak mengubahnya menjadi asin.
Keadaan air asin yang merambah atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai, namun ia tidak bercampur dengan air tawar yang merambah atau mengalir ke laut dari daratan. Posisi aliran sungai yang lebih tinggi dari permukaan laut, memungkinkan air tawar yang relatif sedikit menembus air laut yang asin tetapi tidak berbaur total. Ayat lain yang terkait adalah:
Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (ar-Rahman/55: 19-20).
Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang mengalirkan air dua lautan, laut tawar dan laut asin. Masing-masing aliran saling berdampingan satu dengan lainnya. Meskipun dimikian, kedua air itu tidak tercampur. Semua itu diciptakan sebagai nikmat dan rahmat untuk manusia.
Ayat ini menunjukkan sebuah nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu berupa tidak bercampurnya air asin yang merembes atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai dengan air tawar yang merembes atau mengalir ke laut dari daratan. Keduanya hanya sekadar bertemu. Air tawar itu tergenang di atas air asin seakan-akan di antara keduanya ada pemisah yang menghalangi bertemunya satu dengan yang lainnya.
“Hijran Mahjuran” diartikan ‘pembatas yang tersembunyi yang tidak dapat kita lihat’. Bukan hanya itu, bahkan di situ juga terdapat hukum yang bersifat konstan yang mengatur hubungan tersebut untuk kepentingan manusia yang tinggal di sekitar tempat itu dan sangat tergantung kepada air tawar.
Surah Al-Furqan Ayat 54
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
Terjemahan: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Tafsir Jalalain: وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا (Dan Dia pula yang menciptakan manusia dari air) yakni dari air mani; lafal Basyar adalah sinonim dari lafal Insaan فَجَعَلَهُ نَسَبًا (lalu Dia jadikan manusia itu punya keturunan) punya hubungan nasab وَصِهْرًا (dan mushaharah) punya hubungan mushaharah, misalnya seorang lelaki atau perempuan melakukan perkawinan dengan pasangannya untuk memperoleh keturunan, maka hubungan kekeluargaan dari perkawinan ini dinamakan hubungan Mushaharah وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا (dan adalah Rabbmu Maha Kuasa) untuk menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا (“Dan Dia [pula] yang menciptakan manusia dari air…”) yaitu Dia ciptakan manusia dari nuthfah yang lemah, lalu disempurnakan dan diluruskan-Nya serta dijadikan-Nya dalam bentuk yang sempurna, laki-laki dan perempuan sesuai dengan kehendak-Nya.
فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا (“Dan Dia jadikan manusia itu keturunan dan ke-mertua-an.”) yaitu dalam permulaan urusannya, dilahirkana seorang anak keturunan, kemudian ia kawin lalu menjadi keluarga. Hingga ia memiliki keluarga, dua orang saudari dan para kerabat. Semua itu berasal dari air yang hina. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا (“Dan adalah Rabbmu Mahakuasa.”)
Tafsir Kemenag: Tanda kekuasaan Allah yang kelima, yaitu Dia yang menciptakan manusia dari sperma. Dia lalu jadikan manusia mempunyai keturunan dan musaharah (perbesanan) atau hubungan kekeluargaan akibat perkawinan anak kandung dengan orang lain, sehingga muncul istilah kekeluargaan, seperti menantu, ipar, mertua, dan sebagainya. Firman Allah:
Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. (al-Qiyamah/75: 37-39)
Allah menciptakan manusia yang sangat indah susunan tubuhnya dilengkapi dengan pancaindra, disempurnakan dengan akal dan kemampuan untuk berpikir. Manusia juga diberi segala fasilitas sehingga semua yang berada di atas permukaan bumi, diperuntukkan bagi mereka. Firman Allah:
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. (Luqman/31: 20
Ditinjau dari segi sains, beberapa ayat yang terkait dengan ayat di atas adalah:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak melihat bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak beriman. (al-Anbiya’/21: 30).
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari mereka ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (an-Nur/24: 45).
Ketiga ayat di atas mengindikasikan hubungan yang erat antara air dan adanya kehidupan.
- Air ditengarai sangat dekat dengan makhluk hidup. Manusia dan kebanyakan hewan berasal dari cairan sperma.
- Semua kehidupan dimulai dari air. Air di sini lebih tepat bila diartikan sebagai laut. Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari kedalaman lautan. Dugaan bahwa di lautlah mulainya kehidupan disebabkan karena kondisi atmosfer pada saat itu belum berkembang menjadi kawasan yang dapat dihuni makhluk hidup.
Dari uraian ini, peran air bagi kehidupan sangat jelas, dari mulai adanya makhluk hidup di bumi (berasal dari kedalaman laut), bagi kelangsungan hidupnya (air diperlukan untuk pembentukan organ dan menjalankan fungsi organ), serta memulai kehidupan (terutama bagi kelompok hewan?air tertentu yang berasal dari sperma).
Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang telah menciptakan mereka dari setetes air. Kemudian Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan yang mempunyai hubungan kekerabatan melalui keturunan atau perkawinan. Allah Mahakuasa atas setiap yang dikehendaki-Nya. Sebab melalui setetes air, Dia mampu menjadikan dua jenis manusia yang berbeda.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Furqan Ayat 51-54 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020