Surah Al-Furqan Ayat 61-62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Furqan Ayat 61-62

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Furqan Ayat 61-62 ini, menjelaskan Mahasuci Allah yang menjadikan di langit bintang-bintang yang jumlahnya tidak terhitung. Allah menjadikan pula matahari yang bersinar terang dan bulan yang bercahaya. Allah pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang selalu mengingat nikmat-Nya dan bertafakur tentang keajaiban ciptaan-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sifat-sifat hamba Allah Yang Maha Pengasih dijelaskan mulai ayat 63 ini dan ayat-ayat berikutnya. Sifat-sifat itu semua dapat disimpulkan menjadi 9 sifat yang bila dimiliki oleh seorang muslim, dia akan mendapat keridaan Allah di dunia dan di akhirat.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Furqan Ayat 61-62

Surah Al-Furqan Ayat 61
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُّنِيرًا

Terjemahan: Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.

Tafsir Jalalain: تَبَارَكَ (Maha Suci) yakni Maha Agung الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا (Allah yang telah menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang) yang ada dua belas, yaitu: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces. Gugusan-gugusan tersebut merupakan garis edar dari tujuh planet yang beredar, yaitu planet Mars mempunyai Aries dan Scorpio, Gemini dan Virgo, planet Bulan mempunyai Cancer, planet Matahari mempunyai Leo, planet Yupiter mempunyai Sagitarius dan Pisces, planet Uranus mempunyai Capricornus dan Aquarius

وَجَعَلَ فِيهَا (dan Dia menjadikan padanya) juga سِرَاجًا (lampu) yakni matahari, وَقَمَرًا مُّنِيرًا (dan bulan yang bercahaya) menurut suatu qiraat lafal Siraajan dibaca Suruujan dengan ungkapan jamak. Arti Muniiran adalah Nayyiraatin yakni yang bercahaya. Sengaja di sini hanya disebutkan bulan di antara planet-planet tersebut karena mengingat keutamaan yang dimilikinya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengagungkan dan membesarkan diri-Nya atas seluruh apa yang diciptakan-Nya di langit berupa buruj; yaitu gugusan bintang-bintang besar. “Maha suci Allah yang menjadikan langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya siraaj.”

Yaitu matahari yang bersinar seperti lentera dalam kehidupan, sebagaimana firman Allah: وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا (“Dan Kami telah jadikan pelita yang amat terang [matahari].”)(an-Nabaa’: 13). وَقَمَرًا مُّنِيرًا (“Dan bulan yang bercahaya”) yaitu cahaya yang memancar dari cahaya lain selain cahaya matahari, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.” (Yunus: 5)

Tafsir Kemenag: Mahasuci Allah yang menjadikan di langit bintang-bintang yang jumlahnya tidak terhitung. Allah menjadikan pula matahari yang bersinar terang dan bulan yang bercahaya.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Menurut para ilmuwan, dalam membicarakan benda-benda angkasa, Al-Qur’an juga sudah membedakan bintang dari planet. Bintang adalah benda langit yang memancarkan sinar. Sedangkan planet hanya memantulkan sinar yang diterima dari bintang. Dengan demikian, bintang mempunyai sumber sinar, sedangkan planet tidak (Lihat Yunus/10: 5 dan al-hijr/15: 16).

Tafsir Quraish Shihab: Mahasuci Allah dan Mahabanyak karunia-Nya.
Dia menciptakan planet-planet di langit dan menciptakan garis orbit tempatnya beredar. Di antara planet-planet itu, Dia menjadikan matahari dan bulan yang bercahaya.

Ayat ini mengandung beberapa penafsiran ilmiah terhadap sistem alam raya yang diciptakan oleh Allah. Kita lihat bintang-bintang di langit berbentuk gugusan yang tidak berubah-ubah sepanjang masa. “Al-Bur3j”
yang dimaksud dalam ayat di atas adalah gugusan bintang (rasi) yang dilalui matahari ketika secara lahir berputar mengelilingi bumi. Gugusan bintang tersebut seakan-akan menjadi tempat berputarnya matahari sepanjang tahun.

Setiap tiga bulan terjadi satu musim yang dimulai dengan musim semi. Rasi-rasi tersebut adalah sebagai berikut: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces.
Matahari adalah salah satu bintang yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Seperti halnya bintang-bintang lain, matahari bersinar dengan sendirinya karena interaksi atom yang ada di dalamnya.

Sinar matahari yang timbul dari energi tersebut jatuh ke planet-planet, bumi, bulan dan benda-benda langit lainnya yang tidak dapat bersinar. Karena bersifat menyinari, maka matahari disebut siraj yang berarti ‘lampu yang terang benderang’. Adapun bulan disebut munir, yang berarti ‘bercahaya’, karena cahayanya timbul akibat adanya sinar matahari yang jatuh di permukaannya.

Surah Al-Furqan Ayat 62
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Terjemahan: Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

Tafsir Jalalain: وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً (Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti) yakni satu sama lainnya saling silih berganti dengan yang lainnya لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ (bagi orang yang ingin mengambil pelajaran) dapat dibaca Yadzdzakkara dan Yadzkura, yang pembahasannya sebagaimana pada ayat sebelumnya. Yakni, ia ingat akan kebaikan yang tidak dilakukan pada salah satu di antaranya, kemudian ia melakukan pada waktu yang lainnya, sebagai ganti dari apa yang tidak dilakukannya di waktu yang pertama tadi َأَوْ أَرَادَ شُكُورًا (atau orang yang ingin bersyukur) atas nikmat Rabb yang telah dilimpahkan kepadanya pada dua waktu itu.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 1-2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman: وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً (“Dan Dia yang menjadikan malam dan siang silih berganti.”) yaitu setiap satu di antara keduanya menggantikan yang lainnya silih berganti yang tidak mengalami kelelahan. Jika yang ini hilang maka yang itu datang.

Dan jika yang ini datang maka yang itu akan hilang. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan Dia telah menundukkan [pula] bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar [dalam orbitnya].” (Ibrahim: 33)

Firman Allah: لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (“Bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”) yaitu, dijadikan keduanya silih berganti untuk peribadahan para hamba-Nya kepada Allah swt. Barangsiapa yang luput beramal di waktu malam, dia dapat meraihnya di waktu siang. Dan barangsiapa yang luput beramal di waktu siang, ia dapat meraihnya di waktu malam. Dalam hadits shahih disebutkan:

“Sesungguhnya Allah swt. membentangkan tangan-Nya di waktu malam, supaya bertaubat orang yang melakukan kesalahan di waktu siang, dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang supaya bertobat orang yang melakukan kesalahan di waktu malam.”

Mujahid dan Qatadah berkata: “Khilfah yaitu dua pengertian, antara kegelapan dan cahaya.”

Tafsir Kemenag: Allah pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang selalu mengingat nikmat-Nya dan bertafakur tentang keajaiban ciptaan-Nya. Dengan demikian, timbul dorongan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Jika seandainya malam dan siang tidak bergiliran, dan matahari terus saja bersinar, niscaya hal itu menimbulkan perasaan jemu atau bosan dan lelah karena tidak dapat beristirahat di malam hari.

Demikian pula jika malam terus berlangsung tanpa diselingi dengan sinar matahari, niscaya membawa kerusakan bagi makhluk yang membutuhkannya. Adanya pergantian siang dan malam itu memberikan kesempatan untuk menyempurnakan kekurangan dalam ibadah yang sunah yaitu bilamana seseorang karena kesibukan bekerja pada siang harinya tidak sempat berdoa atau membaca wirid, maka dapat dilaksanakan pada malam harinya, seperti tersebut dalam sebuah hadis sahih:

Sesungguhnya Allah mengulurkan tangan-Nya di malam hari supaya orang yang berbuat dosa pada siang hari dapat bertobat dan mengulurkan tangan-Nya pada siang hari supaya dapat bertobat orang yang berdosa pada malam harinya, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (Riwayat Muslim dari Abu Musa).

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab pernah salat Duha lama sekali. Tatkala beliau ditegur oleh salah seorang sahabat, beliau menjawab bahwa ia meninggalkan beberapa wirid hari ini, karena kesibukan, maka ia bermaksud mengganti kekurangan itu dengan salat Duha, lalu beliau membaca ayat 62 ini.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 30-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Malam, siang, matahari, dan bulan merupakan empat nikmat Allah. Allah menciptakan malam sehingga manusia dapat beristirahat akibat gelapnya malam. Siang diciptakan oleh Allah dengan terbitnya matahari untuk bekerja. Allah menciptakan matahari dan bulan masing-masing mempunyai poros dan garis edarnya sendiri-sendiri. Tanpa kenal lelah, dan tidak pernah diam, semuanya terus beredar.

Pergantian siang dengan malam bisa hanya berupa perubahan terang menjadi gelap. Akan tetapi, secara psikologis pergantian dari terang menjadi gelap itu memberikan dampak suasana hati yang sama sekali berbeda dengan suasana siang. Berbagai percobaan telah dilakukan untuk mengamati bagaimana pengaruh psikis terhadap pekerja malam.

Teramati gejala psikosomatis (gejala fisik yang disebabkan oleh penyebab psikis) mulai dari hanya mual-mual sampai yang agak berat yaitu depresi mental. Ini baru pengaruh jangka pendek terhadap fisik dan kejiwaan manusia.

Pengaruh jangka panjang bisa memberikan efek yang lebih berat. Oleh sebab itu, Allah menggariskan malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja. Jadi bekerja malam hari yang disebut lembur itu bertentangan dengan kodrat manusia seperti yang digariskan Allah.

Kondisi ini tak mengherankan karena pada siang hari bumi mendapatkan paparan (exposure) sinar tampak, mulai bergeser ke warna kuning saat matahari terbenam, bergeser ke infra-merah saat salat Isya, ke ultraviolet jika malam telah larut, dan mendekati gelombang gamma yang berbahaya mendekati subuh. Paparan ini yang menyebabkan manusia menderita psikosomatik jika tidak beristirahat dan terpaksa harus bekerja.

Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang menjadikan malam dan siang secara silih berganti, yang satu datang menggantikan yang lain. Kami atur semua ini agar siapa saja dapat mengambil pelajaran dari aturan semacam ini, sehingga dapat mengetahui kebijaksanaan dan kekuasaan Allah. Atau agar ia dapat menyukuri nikmat yang agung ini.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Furqan Ayat 61-62 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S