Surah Al-Hadid Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hadid Ayat 18-19

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hadid Ayat 18-19 ini, menerangkan bahwa orang-orang yang membenarkan dan mempercayai Allah dan Rasul-Nya baik laki-laki dan perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik dengan jalan bersedekah dan mendermakan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, mengharap-harapkan rida-Nya semata-mata, tidak menghendaki balasan dan terima kasih, akan dilipatgandakan pembalasannya oleh Allah swt.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hadid Ayat 18-19

Surah Al-Hadid Ayat 18
إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقۡرَضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمۡ وَلَهُمۡ أَجۡرٌ كَرِيمٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ (Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan, baik laki-laki) mushshaddiqiina berasal dari mashdar tashadduq, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf shad sehingga jadilah mushshaddiqiina, bentuk asalnya adalah mutashaddiqiina وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ (maupun perempuan) yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Menurut qiraat lain kedua lafal tersebut dibaca tanpa tasydid, sehingga bacaannya menjadi إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ karena dianggap berasal dari tashdiq, sehingga artinya menjadi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan (dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik) dhamir yang ada pada lafal aqradhuu kembali pada laki-laki dan perempuan, karena memprioritaskan kaum laki-laki.

Fi’il atau kata kerja di sini diathafkan kepada isim, yaitu kepada shilah alif dan lam, karena sesungguhnya lafal ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ yang dimasuki alif dan lam sama kedudukannya dengan fi’il yang berada sesudah shilah.

Disebutkannya lafal al-qardhu berikut sifatnya sesudah pengertian tashadduq, hal ini memberikan pengertian adanya ikatan di antara lafal-lafal tersebut. Atau dengan kata lain, bahwa orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya itu adalah orang-orang yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (maka Allah akan melipatgandakan)

Menurut suatu qiraat dibaca yudha’af dengan memakai tasydid pada huruf ‘ainnya, artinya balasan pinjaman mereka itu akan dilipatgandakan pahalanya (kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menceritakan tentang pahala yang akan diberikan kepada laki-laki maupun perempuan yang menyedekahkan harta benda mereka kepada orang-orang yang membutuhkan, orang-orang fakir dan miskin:

وَأَقۡرَضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا (“Dan mereka meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.”) yakni mereka menyerahkan harta benda mereka dengan niat tulus karena mencari keridlaan Allah. Mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari orang-orang yang telah mereka beri, tidak pula ucapan terimakasih. Oleh karena itu Allah berfirman:

يُضَٰعَفُ لَهُمۡ (“Niscaya akan dilipatgandakan [pembayarannya] kepada mereka.”) artinya kebaikan yang mereka kerjakan akan dibalas sepuluh kali lipatnya dan bahkan lebih banyak dari itu, mencapai tujuh ratus kali lipat atau bahkan lebih dari itu. وَلَهُمۡ أَجۡرٌ كَرِيمٌ (“dan bagi mereka pahala yang banyak.”) yakni pahala yang melimpah lagi baik, tempat kembali yang baik lagi mulia.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang membenarkan dan mempercayai Allah dan Rasul-Nya baik laki-laki dan perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik dengan jalan bersedekah dan mendermakan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, mengharap-harapkan rida-Nya semata-mata, tidak menghendaki balasan dan terima kasih, akan dilipatgandakan pembalasannya oleh Allah swt.

Baca Juga:  Surah Al-Hadid Ayat 12-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Satu kebaikan yang dikerjakan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali, dan bagi mereka itu pahala yang banyak dan tempat tinggal yang baik yaitu Jannatun na’im di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: (Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan, baik laki-laki) mushshaddiqiina berasal dari mashdar tashadduq, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf shad sehingga jadilah mushshaddiqiina, bentuk asalnya adalah mutashaddiqiina (maupun perempuan) yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Menurut qiraat lain kedua lafal tersebut dibaca tanpa tasydid, sehingga bacaannya menjadi innal mushaddiqiina wal mushaddiqaati, karena dianggap berasal dari tashdiq, sehingga artinya menjadi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan (dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik) dhamir yang ada pada lafal aqradhuu kembali pada laki-laki dan perempuan, karena memprioritaskan kaum laki-laki.

Fi’il atau kata kerja di sini diathafkan kepada isim, yaitu kepada shilah alif dan lam, karena sesungguhnya lafal al-mushshaddiqiina wal mushshaddiqaati yang dimasuki alif dan lam sama kedudukannya dengan fi’il yang berada sesudah shilah.

Disebutkannya lafal al-qardhu berikut sifatnya sesudah pengertian tashadduq, hal ini memberikan pengertian adanya ikatan di antara lafal-lafal tersebut. Atau dengan kata lain, bahwa orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya itu adalah orang-orang yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (maka Allah akan melipatgandakan)

Menurut suatu qiraat dibaca yudha’af dengan memakai tasydid pada huruf ‘ainnya, artinya balasan pinjaman mereka itu akan dilipatgandakan pahalanya (kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak).

Surah Al-Hadid Ayat 19
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ

Terjemahan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.

Tafsir Jalalain: وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ (Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang-orang shiddiqin) orang-orang yang sangat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ (dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka) atas kedustaan umat-umat yang terdahulu terhadap nabi-nabi mereka.

لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَآ (Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami) yang menunjukkan kepada keesaan Kami أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ (mereka itulah penghuni-penghuni Jahim) yakni neraka.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ (“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang shiddiqin”) yang demikian itu merupakan kalimat yang sempurna, dimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang mukmin sebagai orang-orang shiddiqun [orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan mereka inilah yang dianugerahi nikmat sebagaimana tersebut dalam surah al-Faatihah ayat 7].

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 69; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Al-‘Aufi menceritakan dari Ibnu ‘Abbas ra. mengenai firman Allah: وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ (“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang shiddiqin”) bagian ayat ini dipisahkan. وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ (“Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi rabb mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka.”)

Abudh Dhuha mengatakan: “Mereka itulah orang-orang shiddiqun.” Kemudian dia mengawali kembali melalui firman-Nya: وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ (“Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka.”) demikianlah yang dikatakan oleh Masruq, adh-Dhahhak, Muqatil bin Hayyan dan lain-lain.

Al-A’masy menceritakan dari Abudh Dhuha, dari Masruq, dari ‘Abdullah bin Mas’ud mengenai firman Allah: أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ (“mereka itu orang-orang yang shiddiqin. Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka.”) ia mengatakan:

“Mereka terdiri dari tiga golongan, yaitu orang-orang yang bersedekah, orang-orang shiddiqun, dan orang-orang yang mati syahid. Sebagaimana yang difirmankan Allah yang artinya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqun, dan orang-orang yang mati syahid serta orang-orang yang shalih.” (an-Nisaa’: 69).

Dengan demikian itu, Allah Ta’ala telah membedakan antara orang-orang shiddiqun dan orang-orang yang mati syahid. Hal itu menunjukkan bahwa keduanya merupakan golongan yang terpisah. Dan tidak diragukan lagi bahwa shiddiq lebih tinggi kedudukannya daripada syahid. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Malik bin anas dalam kitabnya al-Muwaththa’, dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya penghuni surga akan [dapat saling] melihat para penghuni kamar yang berada di atas mereka, sebagaimana kalian melihat bintang yang berkerlap-kerlip yang tinggi menjulang di atas ufuk, dari arah timur maupun barat, karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka.”
Para shahabat berkata:

“Ya Rasulallah, itu adalah tempat-tempat para Nabi yang tidak akan dapat digapai oleh selain mereka.” Beliau menjawab: “Benar. Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya [akan ada yang dapat menggapainya]. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.” Al-Bukhari dan Muslim telah sepakat meriwayatkannya dari hadits Malik.

Ulama lain mengatakan: “Yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala: أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ (“mereka itu orang-orang yang shiddiqin. Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka.”) dengan demikian Allah menceritakan tentang orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya bahwa mereka adalah orang-orang shiddiqun dan para syuhada.” Demikian yang diceritakan oleh Ibnu Jarir dari Mujahid.

Dan firman Allah: وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمۡ (“Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka.”) yakni di surga yang penuh kenikmatan. Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab ash-shahihain: “Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam paruh burung hijau yang beterbangan di surga sekehendaknya, kemudian kembali menuju pelita-pelita itu. Kemudian, Rabbmu menjenguk sejenak, lalu Dia berfirman:

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 74-76; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

‘Apa yang kalian inginkan?’ Mereka menjawab: ‘Kami ingin Engkau mengembalikan ke dunia, lalu kami berjuang di jalan-Mu sehingga kami mati terbunuh lagi seperti apa yang kami alami pertama kali.’ Maka Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak akan kembali lagi ke sana [dunia].’”

Firman Allah Ta’ala: لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ وَنُورُهُمۡ (“bagi mereka pahala dan cahaya mereka.”) maksudnya di sisi Allah, mereka akan mendapatkan pahala yang banyak dan cahaya yang agung [besar] di hadapan mereka. Dalam hal itu, mereka mempunyai tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang dulu pernah mereka kerjakan di dunia.

Dan firman Allah Ta’ala: وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَحِيمِ (“Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.”) Allah menyebutkan orang-orang yang celaka dan menjelaskan keadaan mereka.

Tafsir Kemenag: Allah swt menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dan mengakui keesaan Allah swt, membenarkan rasul-rasul-Nya, percaya kepada apa yang dibawa mereka dari sisi Tuhannya menurut penilaian Allah swt sederajat dengan orang-orang shiddiqin, yaitu orangorang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan orang-orang yang mati syahid di jalan Allah.

Bagi mereka pahala yang banyak dan cahaya yang terang benderang menerangi mereka. Sejalan dengan itu firman Allah: Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orangorang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (an-Nisa’/4: 69)

Adapun orang-orang kafir yang mendustakan alasan-alasan dan tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah swt dan kebesaran rasul-Nya, mereka itu adalah penghuni neraka Jahim, kekal dan abadi di dalamnya. Sejalan dengan ini firman Allah: Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (alBaqarah/2: 39).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan antara mereka, derajat mereka sama dengan derajat Shiddîqîn (orang-orang yang sangat percaya) dan Syuhadâ’ (orang-orang yang mati di jalan Allah).

Di hari kiamat, mereka akan memperoleh pahala dan cahaya seperti yang akan diterima oleh Shiddîqîn dan Syuhadâ’ itu. Sedangkan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat- ayat Allah, mereka adalah penghuni-penghuni neraka yang tidak akan pernah meninggalkannya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hadid Ayat 18-19 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S