Surah Al-Hadid Ayat 7-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hadid Ayat 7-11

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hadid Ayat 7-11 ini, Allah swt memerintahkan agar beriman kepadaNya dan rasul-Nya menafkahkan harta-harta yang mereka miliki, karena harta dan anak itu adalah titipan Allah pada seseorang, tentu saja pada suatu hari titipan tersebut akan diambil kembali.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah membenarkan rasul-Nya serta menginfakkan hartaharta yang jatuh menjadi milik dari peninggalan orang terdahulu, mereka ini akan mendapat pahala yang besar yang tidak pernah dilihat dan tergores di hati.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hadid Ayat 7-11

Surah Al-Hadid Ayat 7
ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَأَنفِقُواْ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسۡتَخۡلَفِينَ فِيهِ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَأَنفَقُواْ لَهُمۡ أَجۡرٌ كَبِيرٌ

Terjemahan: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Tafsir Jalalain: ءَامِنُواْ (Berimanlah kalian) artinya, tetaplah kalian beriman بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَأَنفِقُواْ (kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah) di jalan Allah مِمَّا جَعَلَكُم مُّسۡتَخۡلَفِينَ فِيهِ (sebagian dari harta kalian yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya) yakni dari harta orang-orang yang sebelum kalian dan kelak Dia akan menguasakannya kepada orang-orang yang sesudah kalian. Ayat ini diturunkan sewaktu perang ‘Ursah atau dikenal dengan nama perang Tabuk.

فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَأَنفَقُواْ (Maka orang-orang yang beriman di antara kalian dan menafkahkan hartanya) ayat ini mengisyaratkan kepada apa yang telah dilakukan oleh sahabat Usman r.a. لَهُمۡ أَجۡرٌ كَبِيرٌ (mereka akan memperoleh pahala yang besar).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memerintahkan kepada kalian beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya secara sempurna, terus-menerus, penuh keteguhan, dan untuk selamanya. Selain itu Dia juga memerintahkan agar berinfak dari harta benda yang telah Dia kuasakan kepada kalian. Yakni harta Allah yang kalian pinjam.

Karena boleh jadi harta itu memang berada di tangan orang-orang sebelum kalian, kemudian berpindah ke tangan kalian, sehingga Allah membimbing kalian untuk taat kepada-Nya. Jika memang mereka mau mengerjakan perintah tersebut. Dan jika mematuhi, maka Allah akan membuat perhitungan dan menyiksa mereka karena tindakan mereka meninggalkan apa yang telah diwajibkan kepada mereka.

Firman Allah: مِمَّا جَعَلَكُم مُّسۡتَخۡلَفِينَ فِيهِ (“Dari hartamu yang Allah telah menjadikanmu menguasainya.”) di dalamnya terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa harta itu kelak akan berpindah darimu, mungkin ke tangan ahli warismu yang akan ia pergunakan untuk ketaatan kepada Allah, sehingga ia akan lebih berbahagia dengan apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya melebihi dirimu. Atau sebaliknya, ia akan mempergunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, sehingga dengan demikian engkau telah ikut membantunya berbuat dosa dan permusuhan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Mutharrif Ibnu ‘Abdillah asy-Sikhir, dari ayahnya, ia bercerita: Aku pernah sampai kepada Rasulullah saw. dan beliau bersabda: “’Bermegah-megah telah menjadikan kalian lalai.’ Ibnu Adam berkata: ‘Hartaku, hartaku,’ padahal tidak ada yang menjadi milikmu melainkan makanan yang telah kamu makan kemudian habis, atau pakaian yang kamu pakai lalu menjadi usang, atau harta yang kamu sedekahkan maka harta itu kekal bersamamu.” Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Syu’bah. Dan dia menambahkan: “Adapun yang selain itu, maka ia akan pergi dan ditinggalkan untuk orang lain.”

Dan firman Allah: فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَأَنفَقُواْ (“Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan [sebagian] dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”) yang demikian itu merupakan motivasi untuk beriman dan berinfak dalam ketaatan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah swt memerintahkan agar beriman kepadaNya dan rasul-Nya menafkahkan harta-harta yang mereka miliki, karena harta dan anak itu adalah titipan Allah pada seseorang, tentu saja pada suatu hari titipan tersebut akan diambil kembali. Syu’bah berkata,

“Aku mendengar Qatadah menceritakan tentang Muththarif yang menemui Nabi saw, beliau membaca Surah atTakatsur, lalu berkata: Manusia berkata, “Hartaku, hartaku.” Hartamu hanya yang telah engkau makan lalu habis, atau pakaian yang engkau pakai lalu menjadi usang, atau sesuatu yang engkau sedekahkan lalu menjadi kekal (tetap). Maka selain dari itu akan lenyap dan untuk orang lain. (Riwayat Muslim)

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah membenarkan rasul-Nya serta menginfakkan hartaharta yang jatuh menjadi milik dari peninggalan orang terdahulu, mereka ini akan mendapat pahala yang besar yang tidak pernah dilihat dan tergores di hati.

Tafsir Quraish Shihab: Percayalah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya. Belanjakanlah sebagian harta yang hak penggunaannya telah Dia titipkan kepadamu. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, di antara kalian, dan membelanjakan sebagian harta yang dititipkan akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah.

Surah Al-Hadid Ayat 8
وَمَا لَكُمۡ لَا تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلرَّسُولُ يَدۡعُوكُمۡ لِتُؤۡمِنُواْ بِرَبِّكُمۡ وَقَدۡ أَخَذَ مِيثَٰقَكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ

Terjemahan: Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.

Tafsir Jalalain: وَمَا لَكُمۡ لَا تُؤۡمِنُونَ (Dan mengapa kalian tidak beriman) khitab pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir, yakni tidak ada halangan bagi kalian untuk beriman بِٱللَّهِ وَٱلرَّسُولُ يَدۡعُوكُمۡ لِتُؤۡمِنُواْ بِرَبِّكُمۡ وَقَدۡ أَخَذَ (kepada Allah padahal Rasul menyeru kalian supaya kalian beriman kepada Rabb kalian. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil) ia dapat dibaca Ukhidza dan Akhadza, kalau dibaca Akhadza maka lafal sesudahnya dibaca Nashab مِيثَٰقَكُمۡ (perjanjian kalian) terhadap-Nya; yakni Allah telah mengambil janji itu di alam arwah, yaitu ketika Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, Allah adalah Rabb mereka, sebagaimana yang diungkapkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya,

“Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Q.S. Al A’raf, 172) إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ (Jika kalian adalah orang-orang yang beriman) maksudnya, jika kalian hendak beriman kepada-Nya maka bersegeralah iman kepada-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا لَكُمۡ لَا تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلرَّسُولُ يَدۡعُوكُمۡ لِتُؤۡمِنُواْ بِرَبِّكُمۡ (“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyuruhmu supaya kamu beriman kepada Rabb-mu.”) maksudnya, apa yang menghalangi kalian untuk beriman, padahal Rasul telah berada di tengah-tengah kalian dan mengajak kalian kepada hal itu, serta menjelaskan kepada kalian tentang hujjah-hujjah dan bukti-bukti nyata yang menunjukkan kebenaran apa yang ia bawa kepada kalian.

Dan telah diriwayatkan dalam sebuah hadits melalui beberapa jalan pada awal-awal penjelasan kitab al-iimaan dalam kitab shahih Bukhari, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda kepada para shahabatnya: “Siapakah orang-orang mukmin yang paling kalian kagumi keimanannya?” mereka menjawab: “Para malaikat.”

Rasulullah saw berkata: “Jelas mereka beriman karena mereka berada di sisi Rabb mereka.” Mereka menjawab: “Jadi, para Nabi?” Rasulullah saw. bersabda: “Jelas mereka beriman karena wahyu diturunkan kepada mereka.” Mereka menjawab: “Kalau begitu kami.” Beliau menjawab:

“Jelas kalian beriman karena aku berada di tengah-tengah kalian. Tetapi orang mukmin yang dikagumi imannya adalah kaum yang datang setelah kalian, mereka mendapatkan lembaran-lembaran suci, yang mereka beriman kepada apa yang dikandungnya.”

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan telah disebutkan beberapa sisi dari hal itu pada awal surah al-Baqarah pada firman Allah yang artinya: “Yaitu mereka beriman kepada yang ghaib.” (al-Baqarah: 3)

Dan firman-Nya: وَقَدۡ أَخَذَ مِيثَٰقَكُمۡ (“Dan sesungguhnya Dia telah mengambil pernjanjianmu.”) sebagaimana difirmankan Allah yang artinya: “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan pernjanjian-Nya yang telah diikatkan-Nya denganmu ketika kamu mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat.’” (al-Maa-idah: 7).

Dan yang dimaksud dengan hal itu adalah bai’at Rasulullah saw. Ibnu Jarir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hal itu adalah perjanjian yang diambil dari mereka ketika mereka masih berada di dalam tulang rusuk Adam. Dan itu pula yang menjadi pendapat Mujahid. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang yang tidak beriman dengan menyatakan, apakah alasan tidak beriman kepada Allah, sedangkan rasul-Nya berada di tengah-tengah kamu yang mengajakmu beriman dan mengesakan-Nya dengan mengemukakan bukti-bukti nyata. Mengenai keimanan manusia ini Nabi saw pernah bersabda:

Menurut kalian, siapakah yang paling mengagumkan keimanannya? Mereka (para sahabat) menjawab, “Malaikat.” Nabi bersabda, “Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka di sisi Tuhannya.” Lalu mereka menjawab, “Para Nabi.” Nabi menjawab,

“Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka menerima wahyu.” Lalu mereka berkata, “Kalau begitu, kamilah orangnya.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin kalian tidak akan beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian. Iman seseorang yang paling mengagumkan ialah mereka yang datang sesudah kalian, membaca Al-Qur’an dan mengimaninya.” (Riwayat al-Bukhari)

Selanjutnya Allah mencela orang-orang kafir, mengapa kamu tidak beriman, padahal Allah telah memperlihatkan bukti ketauhidan-Nya di alam semesta baik secara ratio maupun secara logika. Bumi, langit, laut, daratan dan semua ciptaan Allah yang kamu saksikan baik pada diri kamu maupun pada semua ciptaan-Nya adalah bukti yang nyata jika kamu benar-benar berpegang kepadaNya.

Maksudnya adalah bukti wajib beriman kepada Allah dan RasulNya terdapat pada seluruh benda ciptaan-Nya serta para rasul telah membuktikan kebenaran dakwah mereka dan mukjizat-mukjizat, tetapi apa sebabnya lagi kamu tidak mau beriman?.

Tafsir Quraish Shihab: Mengapa kalian tidak beriman kepada Allah sedangkan Rasul mengajak dan menganjurkan kalian untuk beriman kepada Tuhan, padahal sebelumnya Allah benar-benar telah mengambil janji dari kalian untuk beriman? Jika kalian mau beriman, sebenarnya buktinya sudah jelas.

Surah Al-Hadid Ayat 9
هُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦٓ ءَايَٰتٍۭ بَيِّنَٰتٍ لِّيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ وَإِنَّ ٱللَّهَ بِكُمۡ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Terjemahan: Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.

Tafsir Jalalain: هُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦٓ ءَايَٰتٍۭ بَيِّنَٰتٍ (Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang) ayat-ayat Alquran yang jelas لِّيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ (supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan) dari kekafiran إِلَى ٱلنُّورِ (kepada cahaya) kepada keimanan.

وَإِنَّ ٱللَّهَ بِكُمۡ (Dan sesungguhnya Allah benar-benar terhadap kalian) karena Dia telah mengeluarkan kalian dari kekafiran kepada iman لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ (Maha Penyantun lagi Maha Penyayang).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: هُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦٓ ءَايَٰتٍۭ بَيِّنَٰتٍ (“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang.”) yakni hujjah-hujjah yang jelas dan dalil-dalil yang gamblang, serta bukti-bukti yang pasti. لِّيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ (“Supaya Dia mengeluarkanmu dari kegelapan menuju cahaya.”) yakni dari gelapnya kebodohan, kekufuran, dan pendapat yang bertolak belakang dengan cahaya petunjuk, keyakinan dan keimanan.

وَإِنَّ ٱللَّهَ بِكُمۡ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ (“Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahapenyantun lagi Mahapenyayang terhadapmu.”) yakni dengan diturunkan-Nya kitab-kitab-Nya dan diutusnya para Rasul-Nya untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia serta menyingkirkan kesulitan dan menghapuskan keraguan. Setelah Dia memerintahkan kepada mereka pertama kali untuk beriman dan berinfak lalu menekan mereka untuk beriman dan menjelaskan bahwa Dia telah menghilangkan segala bentuk rintangan,

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan mengapa orang kafir tidak beriman padahal Allah telah mengutus rasul-Nya dengan membawa bukti yang nyata agar dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan, kekafiran kepada nur iman dan dari alam kesesatan kepada petunjuk. Dengan rahmat-Nya pula maka manusia diajak memikirkan keajaiban ciptaan-Nya agar keimanan semakin sempurna.

Tafsir Quraish Shihab: Dia yang menurunkan ayat-ayat al-Qur’ân yang jelas kepada Rasul-Nya untuk mengeluarkan kalian menuju petunjuk. Allah sungguh Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada kalian.

Surah Al-Hadid Ayat 10
وَمَا لَكُمۡ أَلَّا تُنفِقُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَا يَسۡتَوِى مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ وَقَٰتَلَ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةً مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْ وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ

Terjemahan: Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Jalalain: وَمَا لَكُمۡ (Dan mengapa kalian) sesudah beriman أَلَّا (tidak) lafal Allaa pada asalnya terdiri dari An dan Laa kemudian keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah Allaa تُنفِقُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai mempunyai langit dan bumi) berikut semua yang ada pada keduanya; maka sampailah kepada-Nya harta kalian tanpa membawa sedikit pun pahala infak kalian, berbeda halnya seandainya kalian menafkahkannya di jalan Allah, maka kalian akan mendapatkan pahala di sisi-Nya.

لَا يَسۡتَوِى مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ (Tidak sama di antara kalian orang yang menafkahkan hartanya sebelum penaklukan) kota Mekah وَقَٰتَلَ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةً مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْ وَكُلًّا (dan ikut berperang sebelumnya -. Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sesudah itu. Kepada masing-masing) dari dua golongan itu.

Menurut suatu qiraat ia dibaca Kullun karena dianggap sebagai Mubtada وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰ (Allah telah menjanjikan balasan yang lebih baik) yaitu surga وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ (Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka kelak Dia akan membalasnya untuk kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Maka Allah Ta’ala juga menggalakkan mereka untuk berinfak, dimana Dia berfirman: وَمَا لَكُمۡ أَلَّا تُنفِقُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan [sebagian hartamu] pada jalan Allah, padahal Allah lah yang mempusakai [mempunyai] langit dan bumi?”) maksudnya keluarkanlah infak dan janganlah kalian takut miskin dan melarat, karena sesungguhnya Rabb yang karena-Nya kamu berinfak di jalan-Nya, adalah Pemilik langit dan bumi, di tangan-Nya pengendalian keduanya, dan di sisi-Nya pula perbendaharaan keduanya berada.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 122; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Dia adalah Raja Pemilik ‘Arsy dan Dialah yang telah berfirman yang artinya: “Dan barang apa yang kalian nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia lah Pemberi rizky yang sebaik-baiknya.” (Saba’: 39).

Dengan demkian barangsiapa bertawakkal keapda Allah, maka ia akan berinfak dan tidak akan pernah takut melarat, dan ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala akan memberikan ganti kepadanya.

maka Allah Ta’ala juga menggalakkan mereka untuk berinfak, dimana Dia berfirman: وَمَا لَكُمۡ أَلَّا تُنفِقُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan [sebagian hartamu] pada jalan Allah, padahal Allah lah yang mempusakai [mempunyai] langit dan bumi?”) maksudnya keluarkanlah infak dan janganlah kalian takut miskin dan melarat, karena sesungguhnya Rabb yang karena-Nya kamu berinfak di jalan-Nya, adalah Pemilik langit dan bumi, di tangan-Nya pengendalian keduanya, dan di sisi-Nya pula perbendaharaan keduanya berada.

Dia adalah Raja Pemilik ‘Arsy dan Dialah yang telah berfirman yang artinya: “Dan barang apa yang kalian nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia lah Pemberi rizky yang sebaik-baiknya.” (Saba’: 39).

Dengan demkian barangsiapa bertawakkal keapda Allah, maka ia akan berinfak dan tidak akan pernah takut melarat, dan ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala akan memberikan ganti kepadanya.

Dan firman Allah: لَا يَسۡتَوِى مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ وَقَٰتَلَ (“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan [hartanya] dan berperang sebelum penaklukan [Makkah].”) maksudnya tidak sama orang yang berinfak waktu sebelum penaklukan Makkah dengan orang yang tidak berinfak pada waktu itu; karena sebelum penaklukan Makkah keadaan yang dialami sangat genting, tidak ada yang beriman saat itu kecuali orang-orang yang benar-benar kuat keimanannya. Sedangkan setelah penaklukan Makkah, Islam muncul dengan penuh kegemilangan, dan orang-orangpun datang berduyun-duyun masuk agama Allah.

Oleh karena itu Allah berfirman: أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةً مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْ وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰ (“Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan [hartanya] dan berperang setelah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka [balasan] yang lebih baik.”) jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengna al-fath di sini adalah pembebasan kota Makkah.

Dan yang terdapat dalam hadits shahih dari Rasulullah saw. adalah sebagai berikut, dimana beliau bersabda: “Jangalah kalian mencela/mencaci para shahabatku. Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan pernah dapat mencapai nilai satu mud pun [dari kebaikan] salah seorang dari mereka [para shahabat], dan tidak pula setengahnya.”

Dan firman Allah Ta’ala: وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰ (“Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka [balasan] yang lebih baik.”) yakni orang-orang yang berinfak sebelum pembebasan kota Makkah dan juga sesudahnya. Bagi mereka keseluruhannya pahala atas apa yang telah mereka kerjakan, meskipun di antara mereka terdapat perbedaan dan tingkatan pahala tersebut. Dan demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang terdapat dalam kitab shahih:

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang-orang mukmin yang lemah, dan untuk tiap-tiap mereka ada kebaikan masing-masing.” (HR Muslim, Imam Ahmad, dan Ibnu Majah)

Allah mengingatkan hal tersebut dengan maksud agar salah satu sisi tidak rusak karena adanya pujian terhadap yang pertama saja tidak pada yang lain. Oleh karena itu, Dia mengiringi pujian pertama itu dengan pujian dan sanjungan terhadap yang lainnya dengan disertai kelebihan orang-orang yang pertama. karenanya Allah berfirman:

وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ (“Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”) maksudnya berdasarkan pengetahuan-Nya pula Dia membedakan antara pahala orang yang berinfak dan berperang sebelum pembebasan Makkah dengan orang-orang yang melakukan itu setelah pembebasan kota Makkah.

Yang demikian itu tidak lain karena Dia mengetahui niat dan tujuan orang-orang generasi pertama dan keikhlasan mereka yang sempurna, keteguhan mereka berinfak ketika dalam keadaan susah, miskin dan dalam kesempitan. Dan dalam sebuah hadits disebutkan: “Satu dirham mendahului seratus ribu dirham.” (HR an-Nasa-i)

Dan tidak diragukan lagi di kalangan orang-orang yang beriman, bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq ra. adalah orang yang mendapat perhatian besar dari ayat ini, dimana ia menjadi tokoh dari orang yang mengamalkan ayat ini dari semua umat-umat para nabi yang ada, karena ia telah menginfakkan seluruh hartanya dalam rangka mencari keridlaan Allah swt. dan tidak ada seorangpun di sisi-Nya yang mendapatkan nikmat seperti apa yang diberikan kepadanya. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Setelah Allah mencela mereka karena tidak mau beriman, maka pada ayat ini Allah mencela mereka karena tidak mau berinfak di jalan-Nya. Mengapa manusia tidak mau membelanjakan harta yang dikaruniai Allah pada jalan-Nya, sedangkan hartanya itu akan kembali kepada Allah. Bila ia tidak menginfakkan pada jalan-Nya berarti ia tidak yakin bahwa semua harta tersebut pada hakikatnya milik Allah, karena langit dan bumi serta semua isinya akan kembali kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Apa yang terjadi pada diri kalian hingga tidak menafkahkan sebagian harta di jalan Allah, padahal hanya Dialah yang memiliki langit dan bumi, hingga tidak ada sesuatu pun yang berhak memiliki apa-apa yang ada pada keduanya? Derajat dan pahala orang, di antara kalian, yang menafkahkan harta dan berperang di jalan Allah sebelum penaklukan kota Mekah–yaitu pada saat Islam membutuhkan pendukung dan penguat–dan orang yang menafkahkan harta dan berperang setelah itu tidaklah sama.

Mereka yang menafkahkan harta dan berperang di jalan Allah sebelum penaklukan kota Mekah mempunyai derajat dan pahala yang lebih tinggi daripada kelompok yang kedua. Tetapi, walau berbeda tingkat kedua kelompok itu, mereka sama-sama dijanjikan Allah untuk memperoleh pahala yang baik. Allah mengetahui semua yang kalian kerjakan, hingga membalas setiap orang dengan balasan yang setimpal.

Surah Al-Hadid Ayat 11
مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥ وَلَهُۥٓ أَجۡرٌ كَرِيمٌ

Terjemahan: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.

Tafsir Jalalain: مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقۡرِضُ ٱللَّهَ (Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah) dengan cara menafkahkan hartanya di jalan Allah قَرۡضًا حَسَنًا (pinjaman yang baik) seumpamanya hartanya itu dinafkahkan demi karena Allah فَيُضَٰعِفَهُۥ (maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu) menurut suatu qiraat dibaca Fayudha’ ‘ifahu لَهُۥ (untuknya) mulai dari sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, sebagaimana keterangan yang telah disebutkan di dalam surah Al Baqarah وَلَهُۥٓ (dan baginya) di samping pahala yang dilipatgandakan itu أَجۡرٌ كَرِيمٌ (pahala yang banyak) juga disertai mendapat keridaan dari Allah dan disambut dengan baik.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا (“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.”) ‘Umar bin al-Khaththab mengatakan: “Yakni infak di jalan Allah.” Ada pula yang mengatakan:

Baca Juga:  Surah Al-Hadid Ayat 25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

“Yakni nafkah yang diberikan kepada keluarga.” Dan yang benar bahwa kata itu bersifat lebih umum dari pengertian di atas. Jadi siapa saja yang berinfak di jalan Allah secara tulus ikhlas dan dengan niat yang tulus, maka ia telah masuk ke dalam keumuman ayat ini.

Oleh karena itu Allah berfirman: مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥ (“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan [balasan] pinjaman itu untuknya.”) sebagaimana yang Dia firmankan dalam ayat lain yang artinya: “Maka, Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (al-Baqarah: 245).

Firman-Nya yang lain: أَضۡعَافًا كَثِيرَةً (“Dengan lipat ganda yang banyak.”) وَلَهُۥٓ أَجۡرٌ كَرِيمٌ (“Dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”) yakni pahala yang baik dan pemberian yang megah, yaitu surga pada hari kiamat.

Tafsir Kemenag: Setelah Allah mencela mereka karena tidak mau beriman, maka pada ayat ini Allah mencela mereka karena tidak mau berinfak di jalan-Nya. Mengapa manusia tidak mau membelanjakan harta yang dikaruniai Allah pada jalan-Nya, sedangkan hartanya itu akan kembali kepada Allah. Bila ia tidak menginfakkan pada jalan-Nya berarti ia tidak yakin bahwa semua harta tersebut pada hakikatnya milik Allah, karena langit dan bumi serta semua isinya akan kembali kepada-Nya.

Allah memerintahkan kepada manusia menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebelum mati, agar menjadi simpanan di sisi Allah. Hal yang demikian itu tidak dapat dilakukan manusia sesudah mati karena semua harta akan kembali kepada Allah Pemilik sekalian alam.

Selanjutnya Allah swt menyatakan perbedaan derajat yang diperoleh orang-orang yang berinfak karena perbedaan kondisi dan situasi mereka dalam mengerjakannya. Bahwa derajat orang-orang yang berinfak dan hijrah sebelum pembebasan Mekah lebih tinggi dari derajat orang yang berinfak dan berhijrah sesudah itu, karena pada masa sebelum pembebasan Mekah manusia dalam keadaan susah dan selalu terancam.

Tidak ada yang akan beriman dan berinfak kecuali orang-orang yang betul-betul sadar, tetapi sesudah pembebasan Mekah, Islam telah berkembang dan manusia berduyunduyun mengikutinya. Derajat mereka yang berjihad dan berinfak sebelum pembebasan Mekah lebih besar dari pahala yang diperoleh orang-orang yang berjihad dan berinfak sesudahnya.

Qatadah berkata, “Ada dua jihad, yang satu lebih tinggi nilainya dari yang lain, dan ada dua macam infak yang satu lebih utama dari yang lain; jihad dan infak sebelum pembebasan Mekah lebih utama dari jihad dan infak sesudahnya.”

Tetapi walau bagaimanapun untuk masing-masing yang berjihad dan berinfak sebelum atau sesudah pembebasan Mekah ada pahalanya meskipun terdapat perbedaan antara besar dan kecil pahala tersebut. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya. Allah berfirman:

Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (an-Nisa’/4: 95)

Telah diriwayatkan, bahwa telah terjadi perselisihan kata antara Khalid bin al-Walid dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auf, lalu Khalid berkata kepada Abdurrahman, “Kamu menganggap dirimu lebih mulia daripada kami, karena kamu lebih dahulu menjadi pengikut Nabi Muhammad saw daripada kami.”

Kemudian ucapan Khalid itu diketahui oleh Nabi, lalu beliau bersabda Biarkan aku yang menilai sahabat-sahabatku. Demi Allah, yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu menginfakkan emas sebesar bukit Uhud atau sebesar gunung tidak akan kamu mencapai pahala amal perbuatan mereka. (Riwayat Ahmad dari Anas)

Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi Allah Tuhan yang nyawa Muhammad dalam kekuasaan-Nya, seandainya salah seorang dari kamu menginfakkan emas sebesar bukit Uhud, tidak akan ia mencapai satu mud yang mereka sedekahkan dan tidak pula separuhnya.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri)

Allah berfirman: Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (atTaubah/9: 100)

Sebagai penutup ayat ini, Allah memperingatkan bahwa Dia mengetahui semua keadaan manusia, lahir dan batin, karena itu Dia akan memberi balasan yang setimpal. Karena pengetahuan-Nya itu, maka Allah melebihkan pahala infak dan juga jihad sebelum pembebasan Mekah atas pahala infak dan berjihad sesudahnya, keikhlasan berinfak dan berjihad lebih berat dalam keadaan susah dan sulit. Dalam hal ini Abu Bakar adalah yang paling berbahagia karena beliau telah menafkahkan seluruh hartanya dalam rangka menuntut keridaan Allah semata.

(11) Allah mengajak berinfak pada jalan-Nya serta menjanjikan kepada orang yang mau melakukannya. Siapa saja yang berinfak pada jalan Tuhannya dengan harapan mendapat pahala, maka Tuhannya akan melipatgandakan pahala infaknya itu dengan memberikan satu kebajikan menjadi tujuh ratus kali dan akan memperoleh balasan yang tidak terhingga di dalam surga.

Ibnu Mas’ud berkata, “Ketika sebelum ayat ini turun, Abu Dahdah al-Ansari bertanya kepada Nabi saw. “Wahai Rasulullah, menurut pengertian saya, bahwa Allah sesungguhnya menghendaki pinjaman.” “Ya, benar, hai Abu Dahdah,” jawab Nabi Muhammad saw.

“Ya Rasulullah ulurkanlah tanganmu,” lalu dipegangnya tangan beliau sambil berkata, “Ya Rasulullah kebun kurma saya kupinjamkan kepada Allah. Di dalamnya ada tujuh ratus batang kurma dan tinggal di sana istri Abu Dahdah bersama anak-anaknya lalu dikatakannya kepada istrinya.

“Keluarlah engkau dari kebun ini wahai istriku bersama anak-anakmu karena sesungguhnya aku telah meminjamkan kebun kita ini kepada Allah,” istrinya menjawab, “Sungguh benar kabarmu hai Abu Dahdah.” Lalu keluarlah istri dan anak-anaknya dari kebun itu. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda, “Alangkah banyaknya mata air di dalam surga kepunyaan Abu Dahdah.”.

Tafsir Quraish Shihab: Orang Mukmin manakah yang dengan ikhlas menafkahkan sebagian hartanya di jalan Allah, hingga diberi pahala yang berlipat ganda, dan bahkan akan mendapatkan pahala yang mulia di hari kiamat?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hadid Ayat 7-11 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S