Surah Al-Hajj Ayat 67-69; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Hajj Ayat 67-69

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Hajj Ayat 67-69 ini, Allah telah mengutus para rasul kepada tiap-tiap umat sampai kepada masa Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap rasul membawa syariat yang berbeda dengan syariat rasul yang lain, sesuai dengan keadaan, tempat dan masa dimana umat itu berada sehingga syariat itu dapat mereka lakukan dengan baik dan sesuai dengan kesanggupan, kemanfaatan dan kebutuhan hidup mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj Ayat 67-69

Surah Al-Hajj Ayat 67
لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُّسْتَقِيمٍ

Terjemahan: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.

Tafsir Jalalain: لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا (Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan manasik tertentu) dapat dibaca Mansakan dan Minsakan artinya syariat هُمْ نَاسِكُوهُ (yang mereka lakukan) yakni mereka amalkan فَلَا يُنَازِعُنَّكَ (maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu) makna yang dimaksud adalah, janganlah kamu membantah mereka فِي الْأَمْرِ (dalam urusan ini) masalah penyembelihan, karena mereka mengatakan, bahwa apa yang dimatikan oleh Allah yakni bangkai lebih berhak untuk kalian makan daripada apa yang kalian sembelih وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ (dan serulah manusia kepada Rabbmu) agama-Nya. إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُّسْتَقِيمٍ (Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada petunjuk) agama (yang lurus).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menjadikan mansak untuk setiap kaum. Ibnu Jarir berkata, yaitu bagi setiap kaum ada seorang Nabi yang mansak. Dia berkata: “Asal mansak dalam bahasa Arab adalah tempat perhentian dan bolak-baliknya manusia, baik untuk kebaikan maupun untuk keburukan.” Untuk itu, dinamakan manasik haji (terhadap hal itu) dikarenakan bolak-balik dan berdiamnya manusia di tempat itu.

Jika hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Jarir tentang maksud setiap umat memiliki Nabi yang dijadikan mansak, maka maksud firman-Nya, “Maka janganlah sekali-kali mereka membantahmu dalam urusan ini.” Yaitu, orang-orang musyrik, dan jika yang dimaksud ayat, “Tiap umat telah Kami tetapkan mansak,” maka artinya, Kami telah jadikan sebagai ketentuan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا (“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya [sendiri] yang ia menghadap kepadanya.”) (QS. Al-Baqarah: 148).

Baca Juga:  Surah Al-Jin Ayat 18-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk itu Allah berfirman di sini: هُمْ نَاسِكُوهُ (“Yang mereka kerjakan,”) yang mereka lakukan. Dhamir (kata ganti) di sini kembali kepada mereka yang memiliki manasik dan cara-cara tertentu. Yaitu mereka melakukan ini karena ketentuan Allah dan kehendak-Nya, maka janganlah engkau terpengaruh oleh bantahan mereka kepadamu serta hendaklah hal tersebut tidak memalingkanmu dari kebenaran yang engkau anut.

Untuk itu Dia berfirman: وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُّسْتَقِيمٍ (“Dan serulah kepada Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus,”) yaitu jalan yang jelas lagi lurus dan menyampaikan kepada tujuan.

Tafsir Kemenag: Allah telah mengutus para rasul kepada tiap-tiap umat sampai kepada masa Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap rasul membawa syariat yang berbeda dengan syariat rasul yang lain, sesuai dengan keadaan, tempat dan masa dimana umat itu berada sehingga syariat itu dapat mereka lakukan dengan baik dan sesuai dengan kesanggupan, kemanfaatan dan kebutuhan hidup mereka.

Kitab Taurat diturunkan kepada Musa as, yang akan disampaikan kepada Bani Israil. Bani Israil di waktu itu sedang terjangkit paham materialisme dan kehidupan yang materialistis. Hidupnya didasarkan kepada kebendaan. Baginya hidup ini adalah serba benda.

Bani Israil tatkala ditinggalkan Nabi Musa yaitu dikala beliau naik ke bukit Tursina untuk menerima Taurat, mereka membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah. Isi Taurat banyak memberi petunjuk kepada manusia tentang cara-cara membina diri dan umat agar terhindar dari paham materialisme dan kehidupan yang materialistis itu.

Demikian pula Injil diturunkan kepada Nabi Isa as, banyak memberi petunjuk cara-cara pembinaan kejiwaan, rohani, sesuai pula dengan keadaan orang Yahudi di waktu itu.

Pada akhirnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Syariat yang dikandung Al-Qur’an itu adalah syariat untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang memberi petunjuk kepada manusia agar mereka di samping memikirkan kehidupan rohani juga memikirkan kehidupan duniawi, kehidupan duniawi merupakan persiapan kehidupan akhirat.

Demikianlah ketetapan Allah yang berlaku bagi seluruh umat manusia sejak dahulu sampai sekarang. Maka seharusnya orang-orang kafir itu tidak menentang seruan Nabi Muhammad yang disampaikan kepada mereka. Karena itu Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya agar jangan terpengaruh oleh tantangan dan pembangkangan orang-orang kafir. Tetaplah melakukan dakwah, menyeru mereka dengan hikmat dan kebijaksanaan, mengajak mereka kepada ketauhidan, yang menunjukkan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah memberikan kepada setiap umat terdahulu syariat khusus yang sesuai dengan keadaan mereka pada zaman itu. Mereka pun beribadah kepada Allah berdasarkan aturan-aturan yang terkandung di dalamnya hingga dihapus oleh syariat yang datang kemudian. Oleh karena itu, Kami memberikan kepada umatmu, wahai Muhammad, suatu syariat yang berisi tata cara mengabdi kepada Allah yang berlaku sampai hari kiamat.

Jika demikan, maka orang-orang yang mengabdi kepada Allah menurut agama mereka yang lama, tidak berhak untuk menentangmu dengan keras. Agama lama itu telah dihapus dengan agamamu. Maka janganlah kamu pedulikan bantahan mereka itu! Tetaplah menyeru kepada Tuhan, sesuai dengan wahyu yang disampaikan kepadamu, karena kamu benar-benar berjalan di atas petunjuk Tuhan yang lurus.

Surah Al-Hajj Ayat 68
وَإِن جَادَلُوكَ فَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Terjemahan: Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: “Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan”.

Tafsir Jalalain: وَإِن جَادَلُوكَ (Dan jika mereka membantah kamu) dalam masalah agama فَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ (maka katakanlah! “Allah lebih mengetahui tentang apa yang kalian kerjakan”) maka Dia akan membalasnya kepada kalian. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berperang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَإِن جَادَلُوكَ فَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ (“Dan Jika mereka membantahmu, maka katakanlah: ‘Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan,’”) sebuah peringatan yang sangat tegas dan ancaman yang sangat.

Tafsir Kemenag: Seandainya orang-orang kafir itu menentang dan mengingkari dakwah Nabi, padahal telah disampaikan kepada mereka bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang menunjukkan kebenaran agama yang disampaikan kepada mereka, maka tugas Nabi Muhammad adalah menyampaikan agama, bukan untuk menjadikan seseorang itu menjadi kafir atau beriman. Semuanya menjadi wewenang Allah. Allah berfirman:

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Yunus/10: 41)

Katakanlah kepada mereka bahwa Allah lebih mengetahui tentang apa yang mereka kerjakan dan akan membalas mereka terhadap pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka kerjakan di dunia ini.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 188; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Apabila mereka bersikeras untuk terus mendebatmu, berpalinglah kamu dari mereka, dan katakanlah,
“Allah lebih tahu tentang perbuatan kalian dan balasan apa yang pantas untuk itu.

Surah Al-Hajj Ayat 69
اللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Terjemahan: Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.

Tafsir Jalalain: اللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ (Allah akan mengadili di antara kalian) hai orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (pada hari kiamat tentang apa yang kalian dahulu selalu berselisih padanya) yaitu satu golongan dengan golongan lainnya berbeda pendapat.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Dia berfirman: اللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (“Allah akan mengadili di antara kamu pada hari Kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.”)

Tafsir Kemenag: Setelah Allah memerintahkan pada ayat-ayat yang lalu agar Rasulullah berpaling dari orang-orang yang kafir, maka pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Allah akan menentukan keputusan dan hukum pada hari Kiamat antara mereka yang berselisih dalam persoalan agama itu, sehingga terbukti mana yang benar dan mana yang salah.

Orang-orang yang beriman mereka bersabar, dan menguatkan keimanan mereka, sebagaimana firman Allah:

Karena itu serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. (asy-Syura/42: 15).

Tafsir Quraish Shihab: Allah akan mengadili kita semua dan memutuskan masalah yang kalian perselisihkan denganku di hari kiamat.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Hajj Ayat 67-69 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S