Surah Al-Insan Ayat 23-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Insan Ayat 23-31

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Insan Ayat 23-31 ini, Allah menerangkan bahwa manusia tidak akan mencapai keselamatan itu kecuali dengan kehendak-Nya, dan bila Ia memberikan taufik kepadanya. Usaha seseorang saja tanpa ada bimbingan Allah tidak akan mencapai kebaikan dan tidak dapat menolak kejahatan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Allah Maha tahu siapa di antara hamba-Nya yang berhak menerima hidayat itu sehingga dimudahkan jalan baginya dan didatangkan sebab-sebab untuk mendapatkan hidayat itu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Insan Ayat 23-31

Surah Al-Insan Ayat 23
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلًا

Terjemahan: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.

Tafsir Jalalain: إِنَّا نَحۡنُ (Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi mengukuhkan makna isimnya Inna, atau dianggap sebagai Dhamir Fashal نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ تَنزِيلًا (telah menurunkan Alquran kepadamu dengan berangsur-angsur) ayat ini menjadi Khabar dari Inna, yakni Kami menurunkannya secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfiman memberikan karunia kepada Rasul-Nya yaitu berupa diturunkannya al-Qur’an al-‘Adhiim secara berangsur-angsur.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini diterangkan bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dengan berangsur-angsur. Al-Qur’an diturunkan selama 22 tahun lebih secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Tujuannya agar mudah dipahami, dihafal, dan diajarkan kepada para sahabat.

Terkadang ayat diturunkan dengan maksud untuk menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi yang memerlukan bimbingan dari Allah. Dengan cara berangsur-angsur itu, Al-Qur’an menjadi mantap diimani dan menambah ketakwaan mereka. Ayat ini sekaligus membantah anggapan beberapa orang bahwa Al-Qur’an merupakan sihir atau barang renungan yang bisa dipelajari, atau sebagai perkataan manusia biasa.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya, dengan rahmat dan kebijakan Kami, Kami menurunkan kepadamu al-Qur’ân yang dapat menenteramkan hatimu dan senantiasa dapat diingat dan tak pernah terlupakan.

Surah Al-Insan Ayat 24
فَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعۡ مِنۡهُمۡ ءَاثِمًا أَوۡ كَفُورًا

Terjemahan: Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.

Tafsir Jalalain: فَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ (Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Rabbmu) yang dibebankan kepadamu yaitu, menyampaikan risalah-Nya وَلَا تُطِعۡ مِنۡهُمۡ (dan janganlah kamu ikuti, di antara mereka) yakni orang-orang kafir ءَاثِمًا أَوۡ كَفُورًا (orang yang berdosa dan orang yang kafir) yang dimaksud adalah Atabah bin Rabi’ah dan Walid bin Mughirah, kedua-duanya telah berkata kepada Nabi saw.,

“Kembalilah kamu dari perkara ini dari agama Islam.” Dan dapat pula diartikan setiap orang yang berdosa dan setiap orang yang kafir; makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mengikuti ajakan dan seruan kedua jenis orang tersebut dalam keadaan bagaimana pun, yang seruannya itu mengajakmu kepada perbuatan dosa atau kekafiran.

Tafsir Ibnu Katsir: فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ (“Maka bersabarlah kamu untuk [melaksanakan] ketetapan Rabbmu.”) yakni sebagaimana Aku telah memuliakan dirimu dengan apa yang telah Aku turunkan kepadamu, maka bersabarlah atas ketetapan dan ketentuan-Nya. Dan ketahuilah bahwa Dia akan mengurusmu dengan sebaik-baiknya.

وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا (“dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa atau orang-orang kafir di antara mereka.”) maksudnya janganlah kamu menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik jika mereka hendak menghalang-halangi dirimu untuk menyampaikan apa yang telah Dia turunkan kepadamu, tetapi hendaklah kamu tetap menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan bertawakkal lah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah akan melindungimu dari orang-orang.

Dengan demikian, kata al aatsiman berarti orang-orang yang fajir dalam perbuatannya sedangkan alkafuuran adalah orang yang hatinya kafir.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menganjurkan kepada Rasul-Nya agar menghadapi celaan dan sikap permusuhan orang musyrik itu dengan sabar, dan tidak mengikuti mereka. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad dan orang-orang mukmin agar bersikap sabar dan tahan uji menghadapi seribu satu gangguan dalam menegakkan agama Allah.

Mereka diperintahkan untuk bersabar katika pertolongan belum dating dalam menghadapi orang-orang musyrik anti-Islam. Bersabar ketika menyampaikan kebenaran Allah dalam menghadapi tantangan penuh bahaya. Sebab tantangan itu suatu kewajaran dan sikap sabar menghadapinya adalah sikap yang terpuji.

Kemudian Allah memerintahkan pula agar umat Islam tidak terbawa arus mengikuti jalan pikiran orang yang sudah hanyut dalam lautan dosa, atau orang yang sudah sangat keterlaluan memusuhi agama. Orang yang seperti itu di antaranya adalah Abu Jahal. Ketika Rasulullah saw diperintahkan untuk pertama kali mengerjakan salat, Abu Jahal berusaha menghalangi orang Islam melaksanakan perintah itu. Ia berkata, “Kalau aku lihat Muhammad salat, pasti akan aku patahkan lehernya”.

Contoh yang lain adalah ‘Utbah bin Rabi’ah (sahabat karib Abu Jahal). Dialah yang membujuk Nabi agar berhenti berdakwah. Suatu kali dia bersama al-Walid datang menemui Nabi sambil membujuk, “Kalau engkau bermaksud dengan kegiatan dakwah itu hendak memperoleh wanita cantik atau harta yang banyak, berhentilah dan saya berjanji akan mengawinkan engkau dengan anakku sendiri dan aku berikan kepadamu tanpa mahar.” Sementara itu, al-Walid menyeru pula, “Dan saya, hai Muhammad, akan memberikan kepadamu harta sebanyak-banyaknya sampai engkau puas, asal engkau berhenti melakukan kegiatan ini.”

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 108; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah mengingatkan kepada Nabi saw dan umatnya agar tidak tergiur dengan bujukan dan rayuan itu, sebab nilai akidah dan perjuangan tidak dapat ditukar dengan kekayaan dunia. Dalam artian lain, ayat ini melarang seorang mukmin, apalagi kalau ia sebagai pemimpin umat, tergiur dengan berbagai kesenangan duniawi yang ditawarkan oleh orang-orang yang penuh dosa dan maksiat, dengan tujuan hendak mematikan gerakan dakwah.

Namun yang betul-betul seratus persen bebas dari bujukan dan rayuan itu hanyalah Nabi Muhammad saw saja, karena beliau dijamin suci dan maksum dari dosa. Akan tetapi, kepada umat Islam dianjurkan untuk mengikuti apa yang dicontohkan beliau. Jangan terlalu mudah mengikuti gejolak nafsu, agar selamat dari kebinasaan, dan menemui Allah di hari Kiamat dengan lembaran amal yang putih bersih, bebas dari cela dan aib.

Tafsir Quraish Shihab: Pohon-pohon surga yang hijau menaungi mereka. Buah-buahannya pun mereka peroleh dengan sangat mudah.

Surah Al-Insan Ayat 25
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Terjemahan: Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.

Tafsir Jalalain: وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ (Dan sebutlah nama Rabbmu) di dalam salatmu بُكْرَةً وَأَصِيلًا (pada waktu pagi dan petang) yakni dalam salat Subuh, Zuhur dan Asar.

Tafsir Ibnu Katsir: وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada [waktu] pagi dan petang.”) yakni permulaan dan akhir siang.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya menyebut nama Tuhan pada waktu pagi dan petang. Maksudnya hendaklah umat Islam selalu ingat kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun, di mana dan kapan pun, baik dengan hati maupun dengan lidah. Ada yang mengatakan bahwa maksud mengingat Allah pada waktu pagi dan petang ialah mengerjakan salat pada saat-saat itu.

Tafsir Quraish Shihab: Berzikirlah selalu kepada Tuhanmu. Lakukanlah salat subuh di pagi hari dan zuhur serta asar di siang hari. Di waktu malam, lakukanlah salat magrib dan isya. Dan isilah pula waktu malam yang panjang itu untuk bertahajud.

Surah Al-Insan Ayat 26
وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَٱسۡجُدۡ لَهُۥ وَسَبِّحۡهُ لَيۡلًا طَوِيلًا

Terjemahan: Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.

Tafsir Jalalain: وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَٱسۡجُدۡ لَهُ (Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kamu kepada-Nya) artinya, dirikanlah salat Magrib dan Isyak وَسَبِّحۡهُ لَيۡلًا طَوِيلًا (dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari) lakukanlah salat sunat di malam hari, sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan yaitu, sepertiganya atau separohnya atau dua pertiganya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَٱسۡجُدۡ لَهُۥ وَسَبِّحۡهُ لَيۡلًا طَوِيلًا (“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah pada bagian yang panjang di malam hari.”) yang demikian itu sama seperti firman-Nya yang artinya: “Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjutlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (al-Israa’: 79)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi supaya bersujud, salat malam, dan bertasbih kepada-Nya pada bagian yang panjang pada malam hari. Perintah mengerjakan salat pada sebagian waktu malam, yakni salat Magrib dan Isya, kemudian salat Tahajud pada malam hari disebutkan juga dalam ayat lain:

Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (al-Isra’/17: 79).

Tafsir Quraish Shihab: Berzikirlah selalu kepada Tuhanmu. Lakukanlah salat subuh di pagi hari dan zuhur serta asar di siang hari. Di waktu malam, lakukanlah salat magrib dan isya. Dan isilah pula waktu malam yang panjang itu untuk bertahajud.

Surah Al-Insan Ayat 27
إِنَّ هَٰؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا

Terjemahan: Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).

Tafsir Jalalain: إِنَّ هَٰؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia) وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا (dan mereka tidak mempedulikan hari yang berat) yaitu hari yang penuh dengan penderitaan, yakni hari kiamat. Maksudnya, mereka tidak beramal untuk menyambut kedatangannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian firman Allah seraya memberikan penolakan terhadap orang-orang kafir dan yang serupa dengan mereka dalam mencintai serta mengejar dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat jauh di belakang mereka, إِنَّ هَٰؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا (“Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan mereka pada hari yang berat.”) yakni hari kiamat.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mencela sikap orang kafir yang mabuk kesenangan duniawi dengan melupakan hari akhirat disebabkan mereka itu menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan hari berat, hari akhirat.

Baca Juga:  Surah Al Qadr; Tafsir, Asbabun Nuzul, Keutamaan dan Artinya

Memang watak orang kafir itu sebenarnya cinta dunia dan takut mati, melupakan hari akhirat dan tidak mempercayai sama sekali. Dikatakan bahwa hari akhirat itu sebagai “hari yang berat” karena begitu beratnya pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang kafir lebih mencintai dunia daripada akhirat. Mereka tidak mempedulikan hari yang kesulitannya teramat berat dan kedahsyatannya begitu menyeramkan, sehingga mereka tidak tahu apa yang dapat menyelamatkan mereka dari semua kesulitan itu.

Surah Al-Insan Ayat 28
نَّحۡنُ خَلَقۡنَٰهُمۡ وَشَدَدۡنَآ أَسۡرَهُمۡ وَإِذَا شِئۡنَا بَدَّلۡنَآ أَمۡثَٰلَهُمۡ تَبۡدِيلًا

Terjemahan: Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.

Tafsir Jalalain: نَّحۡنُ خَلَقۡنَٰهُمۡ وَشَدَدۡنَآ (Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan) menjadikan kuat أَسۡرَهُمۡ (persendian tubuh mereka) yakni semua anggota tubuh mereka dan sendi-sendinya وَإِذَا شِئۡنَا بَدَّلۡنَآ (apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti) Kami menjadikan أَمۡثَٰلَهُمۡ (orang-orang yang serupa dengan mereka) dalam bentuknya sebagai pengganti mereka, seumpamanya Kami membinasakan mereka terlebih dahulu تَبۡدِيلًا (dengan sebenar-benarnya) lafal ayat ini berfungsi mengukuhkan makna yang terdapat dalam lafal Baddalnaa.

lafal Idzaa berkedudukan sama dengan lafal In seperti contoh lain, yaitu: In Yasya’ Yudzhibkum, artinya; Seandainya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan kalian. Demikian itu karena pengertian yang terkandung di dalam lafal Idzaa hanya khusus dipakai untuk sesuatu yang pasti akan terjadi, sedangkan di sini Allah swt. tidak menghendaki hal tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَشَدَدْنَا أَسْرَهُمْ (“Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid dan lain-lain mengatakan: “Yakni, penciptaan mereka.” وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيلًا (“Apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti [mereka] dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.”) Ibnu Zaid dan Ibnu Jarir mengatakan:

“Yakni jika Kami mau, maka akan Kami datangkan kaum lain selain mereka.” Yang demikian itu seperti firman Allah yang artinya: “Jika Allah menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu, wahai manusia, dan Dia datangkan ummat yang lain [sebagai penggantimu]. Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian.” (an-Nisaa’: 133)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, seolah-olah Allah menegur manusia yang lalai itu kenapa mereka melupakan Allah, padahal Dialah yang menciptakan mereka, menyusun dan mengatur demikian rapi tubuh mereka sehingga tidak ada celanya. Apakah setelah menciptakan mereka dengan sebaik-baiknya itu, lalu Allah membiarkan saja mereka berbuat sekehendaknya?

Oleh karena itu, Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya yang Mahamutlak untuk sewaktu-waktu melenyapkan dan mengganti mereka dengan generasi manusia yang lain. Dalam ayat lain disebutkan: Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemeliharanya. (an-Nisa’/4: 132)

Demikianlah sunatullah telah berlaku di alam semesta ini sejak dahulu. Allah menghancurkan manusia-manusia yang ingkar kepada-Nya kemudian segera menggantinya dengan generasi baru. Sunatullah ini pasti akan berlaku karena manusia yang ingkar kepadanya tetap akan bermunculan sepanjang masa.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah menciptakan mereka dengan teliti. Apabila Kami berkehendak, niscaya Kami akan memusnahkan dan mengganti mereka dengan orang-orang yang taat kepada Allah.

Surah Al-Insan Ayat 29
إِنَّ هَٰذِهِ تَذْكِرَةٌ ۖ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا

Terjemahan: Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.

Tafsir Jalalain: إِنَّ هَٰذِهِ (Sesungguhnya ini) surah ini تَذْكِرَةٌ (adalah suatu peringatan) suatu nasihat dan pelajaran bagi makhluk فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا (maka barang siapa menghendaki niscaya dia mengambil jalan kepada Rabbnya) yakni jalan yang dapat menyampaikan dia kepada-Nya, yaitu melalui ketaatan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: إِنَّ هَٰذِهِ تَذْكِرَةٌ (“Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan.”) yakni bahwa surah ini menjadi peringatan. فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا (“Karenanya, barangsiapa menghendaki [kebaikan bagi dirinya], niscaya dia mengambil jalan kepada Rabb-nya.”) yakni jalan. Dengan kata lain, barangsiapa mau maka dia bisa memperoleh petunjuk dari al-Qur’an.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah kembali mengingatkan bahwa semua yang disebutkan di atas merupakan peringatan (tadhkirah) dan pengajaran (mau’idhah) bagi siapa yang ingin mendengarnya. Segala peringatan yang terkandung dalam Surah al-Insan ini merupakan bahan renungan bagi siapa yang suka belajar kepada kenyataan yang pernah terjadi.

Barang siapa yang ingin kebaikan bagi pribadinya untuk kehidupan dunia dan akhirat, hendaklah ia menjadikan ayat-ayat ini sebagai peringatan. Hendaklah ia mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan taat, mengikuti segala perintah, dan menjauhi segala larangan-Nya, agar dia memperoleh rida Allah, agar ia selamat dari segala kesulitan hidup di kampung akhirat kelak.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 54; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya surat mulia ini merupakan nasihat bagi seluruh alam. Barangsiapa berkehendak, maka ia akan menjadikan keimanan dan ketakwaan kepada Allah sebagai jalan untuk memperoleh ampunan dan surga-Nya.

Surah Al-Insan Ayat 30
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Terjemahan: Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Jalalain: وَمَا تَشَآءُونَ (Dan kalian tidak menghendaki) dapat dibaca Tasyaa-uuna dan Yasyaa-uuna, kalau dibaca Yasyaa-uuna artinya, dan mereka tidak menghendaki untuk mengambil jalan kepada Rabbnya dengan mengerjakan ketaatan إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ (kecuali bila dikehendaki Allah) hal tersebut. إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا (Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya حَكِيمًا (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ (“Dan kamu tidak mampu kecuali bila dikehendaki Allah.”) maksudnya, tidak ada seorangpun yang mampu memberi petunjuk kepada dirinya sendiri dan tidak juga masuk ke dalam iman serta tidak juga mengambil manfaat untuk dirinya sendiri, إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا (“Kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.”) maksudnya, Maha mengetahui siapa yang berhak mendapat petunjuk sehingga Dia akan memberi kemudahan kepadanya serta membentangkan sarana untuk menggapainya. Dan mengetahui pula siapa yang berhak untuk disimpangkan sehingga dia akan jauhkan dari petunjuk. Dan Dia memiliki hikmah yang sangat besar dan hujjah yang pasti.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa manusia tidak akan mencapai keselamatan itu kecuali dengan kehendak-Nya, dan bila Ia memberikan taufik kepadanya. Usaha seseorang saja tanpa ada bimbingan Allah tidak akan mencapai kebaikan dan tidak dapat menolak kejahatan.

Ayat ini ditutup dengan suatu kepastian bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Allah Mahatahu siapa di antara hamba-Nya yang berhak menerima hidayat itu sehingga dimudahkan jalan baginya dan didatangkan sebab-sebab untuk mendapatkan hidayat itu. Sebaliknya yang sering terlibat dalam perbuatan memperturutkan hawa nafsu, hidayah itu dihilangkan Allah darinya. Allah Mahabijaksana dan Mahaadil.

Tafsir Quraish Shihab: Kalian tidak dapat menginginkan sesuatu kecuali dengan kehendak Allah. Sesungguhnya Allah Mahatahu segala yang ada pada kalian. Dia Mahabijaksana dalam segala pilihan dan kehendak-Nya.

Surah Al-Insan Ayat 31
يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ ۚ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Terjemahan: Dan memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.

Tafsir Jalalain: يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ (Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya) yakni surga-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman. وَالظَّالِمِينَ (Dan bagi orang-orang zalim) dinashabkan oleh Fi’il atau kata kerja yang keberadaannya diperkirakan, lengkapnya, Dia telah menyediakan bagi mereka. Pengertian ini disimpulkan dari firman berikutnya أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (disediakan-Nya azab yang pedih) azab yang menyakitkan; mereka adalah orang-orang kafir.

Tafsir Ibnu Katsir: يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ ۚ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (“Dia memasukkan siapa yang dihendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan bagi orang-orang dhalim disediakanNya adzab yang pedih.”) yakni, Dia akan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Allah kehendaki pula. Oleh karena itu barangsiapa yang Dia beri petunjuk, maka tidak ada seorang pun yang mampu menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia memasukkan siapa saja yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya, yaitu surga. Bagi orang zalim disediakan azab yang pedih.

Allah menunjukkan manfaat perbuatan taat kepada orang tersebut sehingga dengan perbuatan itu, dia mempersiapkan dirinya memasuki rahmat Allah berupa surga. Bagi orang-orang yang merugikan diri mereka, dan mati dalam kekafiran, Allah telah menyediakan bagi mereka di akhirat azab yang paling hebat, yaitu neraka Jahanam.

Tafsir Quraish Shihab: Allah akan memasukkan siapa saja yang dikehendaki-Nya ke dalam surga. Dari itu, surga yang diperoleh seseorang adalah semata-mata karena karunia dan rahmat-Nya. Sebaliknya, Dia akan merendahkan orang-orang yang zalim dengan menyediakan azab yang pedih bagi mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Insan Ayat 23-31 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S