Surah Al-Isra Ayat 26-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Isra Ayat 26-28

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Isra Ayat 26-28 ini, menjelaskan Allah memberi tuntuan agar dapat memberikan bantuan kepada kerabat, dan Allah mencela perbuatan membelanjakan harta secara boros, dengan menyatakan, sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, mereka berbuat boros dalam membelanjakan harta karena dorongan setan, oleh karena itu, perilaku boros termasuk sifat setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada nikmat dan anugerah tuhannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Jika engkau benar-benar berpaling dari mereka, tidak dapat memberikan bantuan kepada keluarga dekat, orang miskin atau orang yang sedang dalam perjalanan, bukan karena engkau enggan membantu tetapi karena keadaanmu pada waktu itu tidak memungkinkan memberi bantuan kepada mereka, dalam arti materi atau sebab-sebab lainnya, maka engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari tuhanmu yang engkau harapkan, sehingga suatu waktu engkau dapat membantu mereka jika keadaanmu memungkinkan. Dalam keadaan ini,

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Isra Ayat 26-28

Surah Al-Isra Ayat 26
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

Terjemahan: Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Tafsir Jalalain: وَآتِ (Dan berikanlah) kasihkanlah ذَا الْقُرْبَى (kepada keluarga-keluarga yang dekat) famili-famili terdekat حَقَّهُ (akan haknya) yaitu memuliakan mereka dan menghubungkan silaturahmi kepada mereka وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros) yaitu menginfakkannya bukan pada jalan ketaatan kepada Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah Allah menceritakan tentang birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), Dia langsung menyambungnya dengan menceritakan tentang berbuat baik kepada kaum kerabat dan tali silaturahmi.

Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam.

Sebelumnya telah dikemukakan perbincangan tentang orang-orang miskin dan ibnus sabiil (orang dalam perjalanan jauh), yakni di surat at-Taubah, sehingga tidak perlu mengulanginya kembali di sini.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 67; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan firman Allah Ta’ala: وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan [hartamu] secara boros) Setelah menyuruh mengeluarkan infak, Allah Ta’ala melarang berlebih-lebihan dalam berinfak, dan menyuruh melakukannya secara seimbang/pertengahan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu ialah: mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan penderitaan yang mereka alami.

Sekiranya ada di antara keluarga dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk keperluan hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan ditolong agar bisa mencapai tujuannya.

Di akhir ayat, Allah swt melarang kaum Muslimin bersikap boros yaitu membelanjakan harta tanpa perhitungan yang cermat sehingga menjadi mubazir. Larangan ini bertujuan agar kaum Muslimin mengatur pengeluar-annya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka.

Kaum Muslimin juga tidak boleh menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.

Surah Al-Isra Ayat 27
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Terjemahan: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Tafsir Jalalain: إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ (Sesungguhnya orang-orang pemboros itu adalah saudara-saudara setan) artinya berjalan pada jalan setan وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya) sangat ingkar kepada nikmat-nikmat yang dilimpahkan oleh-Nya, maka demikian pula saudara setan yaitu orang yang pemboros.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 98-99; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Dengan (perintah untuk) menjauhi tindakan mubadzir dan berlebih-lebihan, Allah berfirman: إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ (Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan) Yakni, dalam hal itu, mereka menjadi orang yang serupa dengan syaitan.

Oleh karena itu, Dia berfirman: وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (Dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya) Maksudnya, benar-benar ingkar, karena syaitan itu telah mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepadanya dan sama sekali tidak mau berbuat taat kepada-Nya, bahkan ia cenderung durhaka kepada-Nya dan menyalahi-Nya.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah swt menyatakan bahwa para pemboros adalah saudara setan. Ungkapan serupa ini biasa dipergunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara kaum itu.

Jadi orang-orang yang memboroskan hartanya berarti orang-orang yang mengikuti langkah setan. Sedangkan yang dimaksud pemboros dalam ayat ini ialah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat yang tentunya di luar perintah Allah.

Orang-orang yang serupa inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka tergoda oleh setan, dan di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam.

Surah Al-Isra Ayat 28
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا

Terjemahan: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.

Tafsir Jalalain: وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ (Dan jika kamu berpaling dari mereka) artinya dari orang-orang yang telah disebutkan tadi, yaitu kaum kerabat yang dekat dan orang-orang lain sesudahnya, dalam arti kata kamu masih belum mampu untuk memberi mereka akan hak-haknya

ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا (untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan) artinya kamu masih mencari rezeki yang kamu harap-harapkan kedatangannya, kemudian setelah kamu mendapatkannya akan memberikan sebagian daripadanya kepada mereka.

فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا (maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas) yakni ucapan yang lemah lembut; seumpamanya kamu menjanjikan kepada mereka akan memberi jika rezeki telah datang kepadamu.

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 74-75; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: firman Allah Ta’ala: وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ (Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu) Maksudnya, jika kaum kerabatmu dan orang-orang yang Kami perintahkan kamu memberi mereka, mereka meminta kepadamu sedang kamu tidak mempunyai sesuatu pun, lalu kamu berpaling dari mereka karena tidak ada yang dapat dinafkahkan,

فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا (Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas) Janjikan kepada dengan janji yang pantas dan lemah lembut, jika rizki Allah datang, niscaya kami akan menghubungi kalian, insya Allah.

Dernikianlah ia menafsirkan firman Allah Ta’ala: فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا (Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas) yaitu dengan janji. Demikian dikatakan Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, Qatadah dan beberapa ulama lainnya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana sikap yang baik terhadap orang-orang yang sangat memerlukan pertolongan, sedangkan orang yang dimintai pertolongan itu tidak mempunyai kemampuan untuk menolong.

Apabila hal itu terjadi pada seseorang, maka hendaklah ia mengatakan kepada orang itu dengan perkataan yang sopan dan lemah lembut. Jika ia mempunyai kesanggupan di waktu yang lain, maka hendaklah berjanji dengan janji yang bisa dilaksanakan dan memuaskan hati mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Isra Ayat 26-28 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S