Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15 ini, menerangkan
Allah menyatakan bahwa Dia-lah yang menundukkan laut untuk keperluan manusia. Hal ini berarti bahwa Allah menciptakan laut hanyalah untuk manusia. Diterangkan bahwa Allah menjadikan bumi dan semua isinya untuk manusia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi agar manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15

Surah Al-Jatsiyah Ayat 12
ٱللَّهُ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡبَحۡرَ لِتَجۡرِىَ ٱلۡفُلۡكُ فِيهِ بِأَمۡرِهِۦ وَلِتَبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِهِۦ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

Terjemahan: Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.

Tafsir Jalalain: ٱللَّهُ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡبَحۡرَ لِتَجۡرِىَ ٱلۡفُلۡكُ (Allahlah yang menundukkan lautan untuk kalian supaya bahtera-bahtera dapat berlayar) yaitu perahu-perahu فِيهِ بِأَمۡرِهِۦ (padanya dengan perintah-Nya) dengan seizin-Nya وَلِتَبۡتَغُواْ (dan supaya kalian dapat mencari) melalui berdagang مِن فَضۡلِهِۦ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ (sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kalian bersyukur.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menceritakan berbagai nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mana Dia telah menundukkan lautan bagi mereka, لِتَجۡرِىَ ٱلۡفُلۡكُ (“Supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya.”) yakni kapal-kapal yang berlayar atas perintah-Nya, karena Dialah yang telah memerintahkan lautan untuk membawanya.

وَلِتَبۡتَغُواْ (“Dan supaya kamu bisa mencari sebagian karunia-Nya.”) yaitu melalui perniagaan dan pekerjaan. وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ (“dan mudah-mudahan kamu bersyukur”) yakni atas dilimpahkannya berbagai manfaat kepada kalian berupa wilayah-wilayah pelosok dan ufuk yang sangat jauh.

Tafsir Kemenag: Allah menyatakan bahwa Dia-lah yang menundukkan laut untuk keperluan manusia. Hal ini berarti bahwa Allah menciptakan laut hanyalah untuk manusia. Dalam ayat yang lain diterangkan bahwa Allah menjadikan bumi dan semua isinya untuk manusia.

Allah berfirman: Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Baqarah/2: 29)

Karena itu, ayat ini seakan-akan mendorong manusia berusaha dan berpikir semaksimal mungkin, di mana laut dan segala isinya itu dapat dimanfaatkan untuk berbagi keperluan, demikian pula alam semesta ini.

Sebagai contoh dikemukakan beberapa hasil pemikiran manusia yang telah digunakan dalam memanfaatkan lautan, misalnya kapal yang berlayar dari sebuah negeri ke negeri yang lain, mengangkut manusia dan barang-barang keperluan hidup mereka sehari-hari. Tentu saja lalu-lintas di laut itu akan dapat mempererat hubungan antara penduduk suatu negeri dengan penduduk negeri yang lain.

Manusia juga dapat memanfaatkan laut ini sebagai sumber penghidupan. Di dalamnya terdapat bahan-bahan yang dapat dijadikan makanan, seperti ikan, rumput-rumput laut, dan sebagainya. Juga terdapat bahan perhiasan seperti mutiara, marjan, dan semacamnya.

Air laut dapat diuapkan sehingga menghasilkan garam yang berguna untuk menambah tenaga dan menyedapkan makanan, dan dapat diusahakan menjadi tawar untuk dijadikan air minum dan untuk mengairi tanaman, dan untuk lain-lain.

Batu karang yang beraneka warna dan ragam bentuk dan jenisnya dikeluarkan dari laut, dijadikan kapur untuk bahan bangunan rumah tangga.

Pada masa sekarang, semakin banyak yang ditemukan dari dalam laut seperti minyak, besi dan logam yang bermacam-macam. Dalam menghadapi ledakan perkembangan penduduk dewasa ini, orang telah mulai mengarahkan pikirannya ke lautan.

Mereka telah mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan memanfaatkan dan menggali hasil lautan sebagai sumber bahan makanan karena produksi bahan makanan di daratan di duga dalam waktu yang tidak lama lagi akan berkurang dan tidak seimbang dengan jumlah dan pertambahan penduduk.

Semua itu adalah karunia Allah yang dianugerahkan kepada manusia sebagai tanda kemurahan-Nya, agar dengan demikian manusia mensyukurinya. Amat banyak lagi karunia Allah yang lain yang belum diketemukan manusia, karena itu hendaklah manusia berusaha dan berpikir bagaimana menemukannya.

Allah menundukkan lautan supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya. Salah satu yang merupakan sekian banyak karunia-Nya adalah kemampuan manusia dengan izin Allah untuk menyelam pada kapal selam. Kapal selam, yang kini juga banyak digunakan dalam penelitian, merupakan suatu kendaraan air yang bisa beroperasi di dalam air pada tekanan-tekanan yang mampu ditahan oleh manusia.

Kapal selam berada dalam keadaan terapung secara positif dan bobotnya lebih kecil dari volume air yang dipindahkannya. Untuk menyelam secara hidrostatis, suatu kapal harus mendapatkan keterapungan negatif dengan cara menambah bobotnya sendiri atau dengan memperkecil volume air yang dipindahkan.

Untuk mengendalikan bobotnya, suatu kapal selam harus dilengkapi dengan tangki ballast yang dapat diisi baik dengan air dari sekelilingnya, atau dengan udara tekan. Untuk gerakan penyelaman dan pengapungan secara umum, maka kapal selam menggunakan tangki maju dan mundur yang dinamakan Tangki Balas Utama (Main Ballast Tank) yang bisa dibuka dan diisi penuh dengan air untuk bisa menyelam atau diisi dengan udara tekan untuk mengapung.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Allah semata yang, untuk kepentingan kalian, menundukkan lautan agar kapal dapat berlayar membawa kalian dan keperluan-keperluan kalian dengan izin dan kekuasaan-Nya. Juga agar kalian mencari karunia Allah berupa hasil laut dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan, perniagaan, peperangan, penunjuk, memburu ikan dan mengeluarkan bejana. Selain itu, juga agar kalian dapat mensyukuri karunia Allah dengan memurnikan sikap beragama hanya kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Jatsiyah Ayat 21-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Jatsiyah Ayat 13
وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعًا مِّنۡهُ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Terjemahan: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.

Tafsir Jalalain: وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ (Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit) berupa matahari bulan bintang-bintang, air hujan dan lain-lainnya وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (dan apa yang ada di bumi) berupa binatang-binatang, pohon-pohonan, tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-lainnya. Maksudnya, Dia menciptakan kesemuanya itu untuk dimanfaatkan oleh kalian جَمِيعًا (semuanya) lafal Jamii’an ini berkedudukan menjadi Taukid, atau mengukuhkan makna lafal sebelumnya مِّنۡهُ (dari-Nya) lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya semuanya itu ditundukkan oleh-Nya.

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَتَفَكَّرُونَ (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang berpikir) mengenainya, karena itu lalu mereka beriman.

Tafsir Ibnu Katsir: وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (“dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya”) yaitu berupa bintang-bintang, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, dan segala hal yang dapat kalian manfaatkan. Artinya semua itu merupakan karunia, kebaikan, dan anugerah-Nya. Oleh karena itu Dia berfirman:

جَمِيعًا مِّنۡهُ (“Semuanya dari-Nya”) yaitu dari sisi-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal ini sebagaimana firman-Nya: “Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah datangnya. Dan jika kamu ditimpa oleh kemudlaratan, maka hanya kepada-Nya kamu meminta pertolongan.”)(an-Nahl: 53) إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَتَفَكَّرُونَ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] bagi kaum yang berfikir.”)

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia-lah yang menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi agar manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal ini berarti bahwa manusia wajib berusaha mencari manfaat dan kegunaan ciptaan Allah bagi mereka.

Kunci dari semuanya adalah kemauan berusaha dan keinginan mengetahui sebagian pengetahuan Allah. Hal ini telah dimulai oleh manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang sehingga semakin lama umur bumi ini didiami manusia, semakin banyak pula ilmu Allah yang diketahui manusia dan manfaat alam semesta. Semua ini untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia. Namun, baru sebagian kecil saja dari ilmu Allah yang telah diketahui manusia.

Ciptaan Allah yang ada di langit seperti matahari, bulan, bintang-bintang, awan, angin, air hujan, dan ciptaan-Nya yang ada di bumi seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, lautan dan sebagiannya semua diciptakan-Nya di samping sebagai rahmat dan karunia-Nya kepada manusia juga mengandung tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, yang menunjukkan bahwa penciptanya adalah Zat Yang Maha Esa.

Tidak ada Tuhan yang lain selain Dia, yang selalu menjaga makhluk-Nya dan tidak layak dipersekutukan dengan sesuatu pun. Kesimpulan seperti ini hanya akan diperoleh oleh hamba Allah yang melakukan pengamatan dengan cermat, menggunakan pikiran yang sehat dan mau mencari kebenaran.

Apabila seseorang mau memperhatikan alam semesta, mau memperhatikan hubungan kesatuan satu jenis makhluk dengan makhluk yang lain, tentulah ia akan sampai kepada kesimpulan bahwa masing-masing kesatuan itu ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain, tidak dapat lepas atau berdiri sendiri.

Terlihat dalam proses terjadinya hujan, erat hubungannya dengan adanya laut, adanya gunung-gunung, adanya panas yang dipancarkan matahari, adanya angin dan sebagainya. Demikian pula perkisaran arah angin ditentukan oleh banyak hal, seperti adanya awan, gunung dan panas matahari.

Kapal yang berlayar di laut memerlukan hembusan angin atau bahan bakar seperti batubara atau minyak. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang semakin banyak pula ia mengetahui hubungan antara satu makhluk dengan makhluk-makhluk yang lain. Bulan tidak dapat melepaskan lintasannya dari bumi, seolah-olah tertawan oleh bumi, demikian pula bumi dan planet-planet yang lain menjadi tawanan matahari.

Planet-planet itu selalu mengitari matahari pada garis edarnya masing-masing. Selanjutnya matahari dan planet-planet yang mengikuti tidak dapat melepaskan diri dari kesatuan yang lebih besar, yaitu Galaksi Bimasakti. Akhirnya Galaksi Bimasakti bersama-sama galaksi-galaksi yang lain terikat pula kepada tata susunan tertentu pula. Maka dengan pemikiran dan penelitian orang akan sampai kepada kesimpulan bahwa penciptanya tentulah Zat Yang Maha Esa lagi Mahakuasa.

Ayat di atas sebagaimana banyak ayat senada memperlihatkan bagaimana Allah menundukkan langit dan bumi untuk manusia. Seperti diketahui alam memiliki sifat-sifat fisis yang semuanya merupakan ketetapan Allah, Sunatullah, dan merupakan manifestasi ketertundukan alam. Sebagai contoh, bumi memiliki sifat-sifat fisis seperti kelistrikan, kemagnetan, elastisitas dan kerapatan massa.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 4; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Dari sifat-sifat fisis tersebut manusia, khususnya para ahli kebumian, dapat mempelajari bumi bahkan sampai jauh menembus bumi. Dengan memanfaatkan sifat elastisitas bumi, manusia bisa menangkap gelombang-gelombang gempa yang menjalar dalam perut bumi dan mengetahui karakter fisis lapisan bumi yang dilaluinya.

Dengan gelombang gempa ini manusia dapat mengetahui lapisan-lapisan bumi dari atas hingga inti bumi yang berada sekitar 6000 km di bawah kita. Pada penggunaan praktis, pencarian minyak bumi menggunakan sifat elsatisitas bumi ini yakni dengan mengirim gelombang yang sumbernya berasal ‘gempa buatan”, yang di masa lalu menggunakan dinamit.

Di bagian dalam bumi terdapat intibumi, yang bagian luarnya bersifat cair. Inti inilah yang menyebabkan bumi memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan. Menyebar jauh di atas permukaan, medan magnet ini melindungi bumi dari radiasi yang merusak dan berasal dari angkasa luar.

Radiasi dari bintang selain matahari tidak dapat melewati perisai ini, yang disebut dengan nama Sabuk Van Allen. Perisai ini merentang hingga sekitar 18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi mematikan. Dalam aspek praktis, dengan mengetahui sifat kemagnetan ini pula para ahli-ahli kebumian mengembangkan metoda-metoda eksplorasi baik mineral maupun minyak bumi.

Pernyataan mengenai penciptaan yang dilakukan bukan untuk main-main, banyak di kemukakan dalam banyak ayat Al-Qur’an. Pernyataan inilah yang menjamin bahwa bumi layak huni. Bumi dimudahkan Allah untuk dihuni umat manusia.

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi. (al-Mulk/67: 15)

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Dia pula yang, untuk maslahat kalian, menundukkan seluruh benda langit yang berupa bintang- bintang yang gemerlapan dan bermacam plenet, dan semua yang ada di bumi berupa tanaman, susu yang banyak, tanah yang subur, air, api, udara, dan padang pasir.

Semua itu ditundukkan oleh Allah Swt. untuk menjamin kebutuhan hidup. Nikmat-nikmat yang disebutkan itu merupakan tanda-tanda yang menunjukkan kemahakuasaan Allah bagi orang-orang yang mau merenungkan ayat-ayat itu.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 14
قُل لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ يَغۡفِرُواْ لِلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ أَيَّامَ ٱللَّهِ لِيَجۡزِىَ قَوۡمًۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Terjemahan: Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Tafsir Jalalain: قُل لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ يَغۡفِرُواْ لِلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ (Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada mengharapkan) mereka yang tidak takut أَيَّامَ ٱللَّهِ (akan hari-hari Allah) yaitu hari-hari di waktu Allah menimpakan azab kepada mereka. Maksudnya, maafkanlah orang-orang kafir atas perlakuan mereka terhadap diri kalian yang menyakitkan itu.

Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berjihad melawan mereka لِيَجۡزِىَ (karena Dia akan membalas) Allah akan membalas; menurut suatu qiraat dibaca Linajziya, artinya: karena Kami akan membalas قَوۡمًۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan) atas pemaafannya terhadap orang-orang kafir yang telah menyakiti mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُل لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ يَغۡفِرُواْ لِلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ أَيَّامَ ٱللَّهِ (“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah.”) maksudnya hendaklah mereka memberi maaf kepada orang-orang itu dan menahan penderitaan akibat ulah mereka.

Hal itu terjadi pada permulaan Islam, dimana mereka telah diperintahkan untuk bersabar atas gangguan yang dilakukan oleh kaum musyrikin dan ahlul kitab, agar hal itu menjadi pemersatu bagi mereka. Setelah kaum musyrikin itu tetap terus pada keingkaran, Allah Ta’ala mensyariatkan perlawanan dan jihad. Demikianlah yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan Qatadah.

Mujahid berkata tentang firman-Nya: لَا يَرۡجُونَ أَيَّامَ ٱللَّهِ (“Orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah”) yaitu orang-orang yang tidak menerima nikmat-nikmaat Allah.”)

Firman Allah: لِيَجۡزِىَ قَوۡمًۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (“Karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”) artinya, jika orang-orang beriman memberikan maaf kepada orang-orang musyrik ketika di dunia, maka sesungguhnya Allah akan memberikan balasan kepada mereka atas amal perbuatan buruk mereka di akhirat kelak.

Tafsir Kemenag: Al-Wahidi dan al-Qusyairi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini turun berhubungan dengan persoalan yang terjadi antara ‘Umar bin al-Khaththab dan Abdullah bin Ubay dalam peperangan Bani Musthalik. Mereka singgah di sebuah sumur yang disebut Al-Muraisi’, kemudian Abdullah mengutus seorang anak muda mengambil air, tetapi pemuda itu lama sekali kembali, Abdullah bin Ubay bertanya kepada pemuda itu mengapa begitu lama ia baru kembali.

Pemuda itu menjawab bahwa Umar duduk di pinggir sumur. Ia tidak membiarkan seorang pun mengambil air sebelum ia mengisi girbai (tempat air dari kulit) Nabi Muhammad saw, girbai Abu Bakar, dan girbai bekas budak Umar, lalu Abdullah bin Ubay berkata,

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 19; Seri Tadabbur Al Qur'an

“Kami dan mereka tidak ubahnya seperti perumpamaan: Gemukkan anjingmu, maka ia akan memakan engkau.” Kemudian kata-kata Abdullah itu sampai kepada Umar. Beliau menjadi marah, lalu menghunus pedangnya untuk membunuh Abdullah bin Ubay, maka turunlah ayat ini yang melunakkan hati Umar.

Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya agar berlapang dada dalam menghadapi sikap kaum musyrikin dan memaafkan tindakan mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Mereka adalah orang yang menentang Allah dan tidak takut kepada ancaman-Nya.

Dari ayat ini dipahami nilai budi pekerti yang tinggi yang diajarkan agama Islam kepada penganutnya yaitu berlapang dada dan memaafkan orang-orang yang pernah bertindak tidak baik terhadap dirinya atau berusaha menghancurkan agamanya. Memaafkan kesalahan keluarga, teman sejawat, tetangga dan kenalan dapat dengan mudah dilakukan seseorang, tetapi berlapang dada dan memaafkan perbuatan orang yang selalu ingin merusak diri dan agamanya pada setiap kesempatan memerlukan kebesaran jiwa.

Ayat ini mengajarkan dan mendidik kaum Muslimin agar dapat berlapang dada, suka memaafkan, dan berjiwa besar dalam menghadapi segala sesuatu dalam hidupnya.

Pada akhir ayat ini Allah menerangkan mengapa Rasulullah saw dan pengikut-pengikutnya harus berlapang dada dan memaafkan tindakan orang Quraisy yang memperolok-olok ayat-ayat Allah itu. Sebabnya ialah karena Allah yang akan memberikan pembalasan yang setimpal kepada mereka sesuai dengan perbuatannya.

Tafsir Quraish Shihab: Sampaikanlah, wahai Rasulullah, kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan mereka yang mengikutimu, agar mereka memaafkan orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari pembalasan Allah, ketika Dia membalas setiap kaum dengan kebaikan dan yang lain dengan keburukan, sesuai dengan apa yang diperbuat masing-masing.

Surah Al-Jatsiyah Ayat 15
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفۡسِهِۦ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ

Terjemahan: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.

Tafsir Jalalain: مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفۡسِهِۦ (Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri) وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا (dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri) ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ (kemudian kepada Rabb kalianlah kalian dikembalikan) kalian akan dikembalikan kemudian orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jahat akan menerima balasannya masing-masing.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Allah berfirman: مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفۡسِهِۦ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ (“Barangsiapa yang mengerjakkan amal shalih, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Rabb-mu lah kamu dikembalikan.”) maksudnya, kalian akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat kelak, kemudian diperlihatkan kepada kalian amal perbuatan kalian, lalu Dia akan memberikan balasan terhadap amal perbuatan kalian, yang baik maupun yang buruk. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa tiap-tiap orang akan mendapat balasan masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Maka barang siapa di antara hamba-Nya menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, maka hasilnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Ia akan memperoleh tempat kembali yang penuh kenikmatan.

Sebaliknya barang siapa yang mengingkari perintah-perintah-Nya dan tidak menghentikan larangan-larangan-Nya, maka akibat buruk sebagai balasan perbuatannya itu akan menimpa dirinya sendiri. Ia akan mendapat tempat kembali yang buruk, hina, dan azab yang sangat berat di dalam neraka.

Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa hanya kepada Allah dikembalikan semua makhluk, tidak kepada yang lain. Semuanya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menerima keputusan yang adil dari Allah.

Di antara mereka ada yang berseri-seri wajahnya kegirangan karena ia akan bertemu dengan Allah yang selalu diharapkan selama hidup di dunia. Mereka yakin bahwa Allah mengasihi hamba-Nya yang tabah, sabar dan selalu tunduk dan patuh kepada-Nya.

Sebaliknya, ada pula orang yang muram mukanya karena hatinya penuh ketakutan dan penyesalan. Mereka takut menemui Allah karena akan menerima kemurkaan-Nya serta akan merasakan siksaan yang sangat pedih di dalam neraka.

Tafsir Quraish Shihab: Barangsiapa yang beramal saleh, maka ia sendiri yang akan memperoleh ganjaran dan pahalanya. Begitu pula, barangsiapa yang berbuat buruk, maka dirinyalah yang akan menanggung dosanya. Setelah itu, kepada Sang Penciptalah kalian akan dikembalikan untuk menerima balasan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Jatsiyah Ayat 12-15 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S