Surah Al-Jumuah Ayat 1-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Jumuah Ayat 1-4

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Jumuah Ayat 1-4 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi kandungan surah. Surah ini diawali dengan berita bahwa semua sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah Swt. Dia telah memberikan nikmat besar kepada bangsa Arab yang tidak tahu baca- tulis berupa kedatangan seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang menyucikan mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nikmat tersebut adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dalam Surah ini, Allah mengecam sikap orang-orang Yahudi yang tidak mengamalkan Tawrât padahal mereka mengetahui isinya. Allah membantah pernyataan bahwa hanya merekalah, bukan yang lain, yang menjadi penolong-penolong Allah. Allah menantang mereka untuk mengharapkan kematian jika memang mereka benar.

Surah in ditutup dengan perintah kepada orang-orang Mukmin agar bersegera melakukan salat Jumat apabila telah mendengar azan. Dijelaskan, hendaknya saat itu mereka juga tidak melakukan jual beli. Apabila telah selesai salat, mereka boleh menyebar di muka bumi dan mencari karunia Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Jumuah Ayat 1-4

Surah Al-Jumuah Ayat 1
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡمَلِكِ ٱلۡقُدُّوسِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ

Terjemahan: “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Jalalain: Al-Jumu’ah (Hari Jumat) يُسَبِّحُ لِلَّهِ (Telah bertasbih kepada Allah) telah memahasucikan-Nya; huruf lam yang terdapat pada lafal lillaahi adalah huruf zaidah مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) pemakaian lafal maa di sini karena memprioritaskan yang mayoritas ٱلۡمَلِكِ ٱلۡقُدُّوسِ (Raja, Yang Maha Suci) yakni Maha Suci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ (Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam kerajaan dan dalam perbuatan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitahukan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi itu bertasbih kepada-Nya. Yakni seluruh makhluk yang ada di dalamnya, baik yang dapat berbicara maupun yang tidak. Sebagaimana difirmankan-Nya:(“Dan sesungguhnya tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.”)

Kemudian Dia berfirman: الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ (“Raja yang Mahasuci”) maksudnya, Dia-lah raja, Pemilik langit dan bumi, Pengendali yang ada di antara keduanya melalui ketetapan-Nya. Dan Dia-lah Yang Mahasuci, yakni bersih dari segala bentuk kekurangan dan yang menyandang sifat kesempurnaan. الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (“Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi baik yang bernyawa maupun tidak, benda keras ataupun cair, pepohonan, dan sebagainya, bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak wajar, seperti sifat-sifat kekurangan dan sebagainya.

Setiap kita melihat dan memandang kepada apa yang ada di bumi dan di langit, semuanya itu menunjukkan kepada kita atas keesaan penciptanya yaitu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya. Ini sejalan dengan firman Allah: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (al-Isra’/17: 44)

Ayat pertama ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu merajai segala apa yang ada di bumi dan di langit, bertasbih kepada-Nya dengan kehendak-Nya berdasarkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya, suci dari segala yang tidak layak dan tidak sesuai dengan ketinggian dan kesempurnaan-Nya.

Tuhan Yang Maha perkasa, menundukkan segala makhluk-Nya dengan kekuasaan-Nya. Maha bijaksana dalam mengatur hal ihwal mereka. Dialah yang lebih mengetahui kemaslahatan mereka, yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Surah ini diawali dengan berita bahwa semua sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah Swt. Dia telah memberikan nikmat besar kepada bangsa Arab yang tidak tahu baca- tulis berupa kedatangan seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang menyucikan mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. Nikmat tersebut adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Jumuah Ayat 9-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dalam surah ini, Allah mengecam sikap orang-orang Yahudi yang tidak mengamalkan Tawrât padahal mereka mengetahui isinya. Allah membantah pernyataan bahwa hanya merekalah, bukan yang lain, yang menjadi penolong-penolong Allah. Allah menantang mereka untuk mengharapkan kematian jika memang mereka benar.

Surah ini ditutup dengan perintah kepada orang-orang Mukmin agar bersegera melakukan salat Jumat apabila telah mendengar azan. Dijelaskan, hendaknya saat itu mereka juga tidak melakukan jual beli. Apabila telah selesai salat, mereka boleh menyebar di muka bumi dan mencari karunia Allah.

Allah menolak sikap mereka yang disibukkan oleh urusan dagang dan permainan sehingga tidak mendengar khutbah. Pada again akhir dijelaskan bahwa Allah akan menjamin rezeki mereka. Sebab, Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.]]

Segala yang di langit dan di bumi selalu bertasbih dan mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak pantas bagi-Nya, Tuhan pemilik segala sesuatu yang melakukan apa saja tanpa pesaing, Yang benar-benar tersucikan dari segala kekurangan, Yang Maha Perkasa atas segala sesuatu lagi Mahabijaksana.

Surah Al-Jumuah Ayat 2
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

Tafsir Jalalain: هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّۦنَ (Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf) yaitu bangsa Arab; lafal ummiy artinya orang yang tidak dapat menulis dan membaca kitab رَسُولًا مِّنۡهُمۡ (seorang rasul di antara mereka) yaitu Nabi Muhammad saw. عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya) yakni Alquran وَيُزَكِّيهِمۡ (menyucikan mereka) membersihkan mereka dari kemusyrikan وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ (dan mengajarkan kepada mereka Kitab) Alquran وَٱلۡحِكۡمَةَ (dan hikmah) yaitu hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, atau hadis.

وَإِن (Dan sesungguhnya) lafal in di sini adalah bentuk takhfif dari inna, sedangkan isimnya tidak disebutkan selengkapnya; dan sesungguhnya قَبۡلُ (mereka adalah sebelumnya) sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (benar-benar dalam kesesatan yang nyata) artinya jelas sesatnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya lebih lanjut: هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنۡهُمۡ (“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka.”) yang dimaksud dengan kaum yang buta huruf adalah bangsa Arab.

Disebutkan kata ummiyyiin [kaum buta huruf] secara khusus tidak secara otomatis menafikan kaum lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih banyak dan sempurna. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

(“Dan berikanlah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.”) ayat ini dan juga yang lainnya sama sekali tidak menafikan firman-Nya:(“Katakanlah: ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada kamu semua.’”)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan pengutusan Nabi Muhammad saw. kepada seluruh ummat manusia, baik yang berkulit merah maupun hitam. Ini sudah dikemukakan dalam tafsir surah al-An’am dengan dilandasi beberapa ayat al-Qur’an dan hadits shahih. alhamdulillaaH.

Ayat ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim as. ketika ia mendoakan penduduk Makkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan dan mengajarkan mereka al-Kitab dan al-Hikmah.

Kemudian Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka, alhamdulillaaH, setelah sekian lama Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka kepada penduduk bumi, baik kepada orang Arab maupun non-Arab, kecuali beberapa orang dari Ahlul Kitab yang masih berpegang teguh kepada apa yang dibawa oleh ‘Isa putera Maryam as. Oleh karena itu Allah berfirman:

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 62-63; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah [as-Sunnah]. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”)

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Dialah yang mengutus kepada bangsa Arab yang masih buta huruf, yang pada saat itu belum tahu membaca dan menulis, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu Nabi Muhammad saw dengan tugas sebagai berikut: 1. Membacakan ayat suci Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat petunjuk dan bimbingan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

2. Membersihkan mereka dari akidah yang menyesatkan, kemusyrikan, sifat-sifat jahiliah yang biadab sehingga mereka itu berakidah tauhid mengesakan Allah, tidak tunduk kepada pemimpin-pemimpin yang menyesatkan dan tidak percaya lagi kepada sesembahan mereka seperti batu, berhala, pohon kayu, dan sebagainya.

3. Mengajarkan kepada mereka al-Kitab yang berisi syariat agama beserta hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Disebutkan secara khusus bangsa Arab yang buta huruf tidaklah berarti bahwa kerasulan Nabi Muhammad saw itu ditujukan terbatas hanya kepada bangsa Arab saja. Akan tetapi, kerasulan Nabi Muhammad saw itu diperuntukkan bagi semua makhluk terutama jin dan manusia, sebagaimana firman Allah:

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (al-Anbiya’/21: 107) Dan firman-Nya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua,” (al-A’raf/7: 158)

Ayat kedua Surah al-Jumu’ah ini diakhiri dengan ungkapan bahwa orang Arab itu sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Mereka itu pada umumnya menganut dan berpegang teguh kepada agama samawi yaitu agama Nabi Ibrahim. Mereka lalu mengubah dan menukar akidah tauhid dengan syirik, keyakinan mereka dengan keraguan, dan mengadakan sesembahan selain dari Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Allahlah yang telah mengutus kepada bangsa Arab yang tidak mengenal baca-tulis seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Rasul tersebut membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dari keyakinan dan perilaku buruk dan mengajarkan mereka al-Qur’ân dan pemahaman agama. Sebelum kedatangan Rasul, mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Surah Al-Jumuah Ayat 3
وَءَاخَرِينَ مِنۡهُمۡ لَمَّا يَلۡحَقُواْ بِهِمۡ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Terjemahan: “dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Jalalain: وَءَاخَرِينَ (Dan juga kepada kaum yang lain) lafal ini diathafkan kepada lafal al-ummiyyiina, yakni orang-orang yang ada مِنۡهُمۡ (dari mereka) yaitu orang-orang yang datang kemudian dari mereka, artinya sesudah mereka لَمَّا (tiadalah) يَلۡحَقُواْ بِهِمۡ (dapat menyusul para pendahulunya) yakni dalam hal kepeloporan dan keutamaannya.

وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيم (Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam kerajaan-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Yang dimaksud dengan kaum yang lain ini adalah para tabiin; disebutkannya para sahabat secara khusus pada ayat sebelumnya merupakan dalil yang cukup untuk membuktikan keutamaan para sahabat karena mereka dapat bertemu langsung dengan Nabi saw. yang diutus kepada mereka.

Keutamaan mereka jauh lebih besar daripada orang-orang yang datang kemudian sesudah mereka di antara orang-orang yang Nabi pun diutus kepada mereka, dan mereka beriman kepadanya baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin hingga hari kiamat. Karena sesungguhnya setiap generasi itu jauh lebih baik daripada generasi penerusnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Yang demikian itu karena orang-orang Arab dahulu berpegang teguh kepada agama Ibrahim as. namun mereka mengganti, merubah, memutarbalikkan, menyimpang darinya, serta menukar tauhid dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan.

Mereka membuat perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah Ta’ala sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ahlul kitab yang mengganti, menyelewengkan, dan merubah kitab-kitab mereka, serta menakwilkannya. Kemudian Allah mengutus Muhammad saw. dengan membawa syariat yang agung, lengkap lagi mencakup seluruh kebutuhan makhluk.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 71-73; Seri Tadabbur Al Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa kerasulan Muhammad saw tidaklah terbatas kepada bangsa Arab yang ada pada waktu itu, tetapi juga kepada orang-orang yang belum bergabung kepada mereka sampai hari Kiamat, yaitu orang-orang yang datang sesudah para sahabat Nabi saw, sampai hari Pembalasan, seperti bangsa Persia, Romawi dan lain-lain.

Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah, ia berkata: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika kami duduk bersama Nabi saw, lalu diturunkan kepadanya Surah al-Jumu’ah “wa akharina minhum lamma yalhaqu bihim.” Abu Hurairah bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah? Namun Nabi saw tidak menjawab sampai ia bertanya tiga kali.

Abu Hurairah berkata, “Pada saat itu ada Salman al-Farisi bersama kami. Kemudian Nabi meletakkan tangannya di pundak Salman, seraya berkata, ‘Seandainya keimanan terdapat pada bintang-bintang, maka tentulah akan dicapai oleh orang-orang dari mereka (bangsa Persia).” (Riwayat al-Bukhari)

Allah itu Mahaperkasa, kuasa meningkatkan kecerdasan orang yang bodoh, dan menguatkan umat yang lemah dengan mengutus seorang rasul dari kalangan mereka juga, untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan, dan membawa kepada petunjuk kebenaran, dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang. Allah juga Mahabijaksana dalam mengatur kepentingan makhluk-Nya yang akan membawa mereka kepada kebaikan dan keuntungan.

Tafsir Quraish Shihab: Dia juga telah mengutusnya kepada selain mereka yang akan datang kemudian. Hanya Dialah yang Maha Perkasa atas segala sesuatu lagi Maha Bijaksana dalam segala perbuatan.

Surah Al-Jumuah Ayat 4
ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ

Terjemahan: “Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Tafsir Jalalain: ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُ (Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya) yaitu kepada Nabi dan orang-orang yang disebutkan bersamanya وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ (dan Allah mempunyai karunia yang besar).

Tafsir Ibnu Katsir: Di dalamnya terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka butuhkan, baik yang menyangkut kehidupan dunia maupun akhirat mereka, sekaligus mengajak mereka kepada amalan yang mendekatkan mereka ke syurga dan keridlaan Allah Ta’ala serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka ke neraka dan kemurkaan Allah.

Kitab itu pula yang memberikan keputusan dan penjelasan konkrit tentang berbagai syubhat, keraguan dan kebimbangan dalam masalah-masalah pokok [ushul] maupun cabang [furu’]. Dan Allah Ta’ala mengumpulkan di dalamnya berbagai macam kebaikan dari orang-orang terdahulu.

Kitab itu pula yang menceritakan tentang apa-apa yang diberikan kepada orang-orang terdahulu yang tidak diberikan kepada orang-orang yang hidup terakhir, atau sebaliknya. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau sampai hari Kiamat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa diutusnya rasul kepada manusia, untuk membersihkan mereka dari kemusyrikan dan sifat-sifat kebiadaban. Hal tersebut merupakan nikmat dan karunia Allah yang terbesar diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dari hamba-hamba-Nya yang telah dipilih-Nya, karena kebersihan hati mereka dan kesediaan menerimanya.

Tafsir Quraish Shihab: Pengutusan tersebut adalah karunia dari Allah untuk memuliakan para hamba yang dipilih-Nya. Dan hanya Allahlah pemilik karunia yang agung.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Jumuah Ayat 1-4 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S