Surah Al-Kahfi Ayat 13-16; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi ayat 13-16

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi ayat 13-16 ini, menceritakan percakapan di antara para pemuda itu. Mereka mengatakan bahwa kaumnya yang berada di bawah kekuasaan Decyanus, meskipun lebih tua dan memiliki banyak pengalaman, namun menyekutukan Tuhan tanpa mempergunakan akal pikiran. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang benar, atau bukti yang kuat dan jelas untuk memperkuat kebenaran yang mereka katakan dan percayai.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pemuda-pemuda itu menyatakan bahwa kaum mereka seharusnya berbuat seperti yang mereka lakukan, yaitu menunjukkan bukti-bukti kebenaran agama yang mereka anut.

Percakapan di antara mereka terus berlanjut, sebagian dari mereka berkata kepada yang lain, “Bilamana kamu menjauhkan diri dari kaum dan kampung halamanmu lahir dan batin, menolak untuk mengikuti adat-istiadat mereka, dan tidak mau menyembah selain Allah, sehingga menimbulkan kemarahan mereka terhadap kamu, maka seharusnya kamu mencari tempat berlindung seperti gua.”

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 13-16

Surah Al-Kahfi Ayat 13
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Terjemahan: Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.

Tafsir Jalalain: نَّحْنُ نَقُصُّ (Kami ceritakan) Kami membacakan عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ (kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya) dengan sesungguhnya. إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk).

Tafsir Ibnu Katsir: Dari sini Allah mengawali penuturan sekaligus penjelasan tentang kisah Ash-haabul Kahfi di atas. Dia menceritakan bahwa mereka adalah golongan anak-anak muda. Mereka mau menerima kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi tua yang terjerumus dan tenggelam dalam agama yang bathil.

Oleh karena itu, kebanyakan orang-orang yang memenuhi seruan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kaum muda. Sedangkan generasi tua dari kalangan kaum Quraisy secara umum lebih memilih untuk tetap memeluk agama mereka dan tidak ada dari mereka yang memeluk Islam melainkan hanya sedikit saja.

Demikianlah yang diceritakan Allah i tentang Ash-haabul Kahfi, di mana mereka adalah kaum muda. Lalu mereka diberikan bimbingan oleh Allah Ta’ala dan karunia ketakwaan sehingga mereka beriman kepada Rabb mereka. Dengan kata lain, mereka mau mengakui keesaan-Nya dan bersaksi bahwasanya tidak ada Rabb selain Dia.

وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk) Banyak imam -misalnya imam al-Bukhari dan juga orang yang mengakui adanya penambahan iman- yang menjadikan ayat ini dan yang semisalnya sebagai dalil yang menunjukkan bahwa iman itu dapat bertambah dan juga dapat berkurang. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (“Dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mulai menguraikan kisah Ashhabul Kahf, yang pada ayat-ayat sebelumnya telah disampaikan secara global. Allah mengata-kan kepada Rasul saw bahwa kisah yang disampaikan ini mengandung kebenaran. Maksudnya diceritakan menurut kejadian, tidak seperti yang dikenal oleh bangsa Arab.

Mereka telah mengenal kisah pemuda-pemuda penghuni gua ini, akan tetapi dalam bentuk yang berbeda. Umayyah bin Abi Salt, seorang penyair Arab zaman permulaan Islam dari Bani Umayyah (w. 9 H), pernah dalam sebuah baitnya menyebut gua ini, yang menunjukkan bahwa bangsa Arab telah mengenal kisah ini. Baitnya berbunyi:

Tidak ada di situ kecuali ar-Raqim (batu bertulis) yang berada di dekatnya serta anjingnya. Sedang kaum itu tidur dalam gua.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya para penghuni gua itu adalah para pemuda yang beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan penuh keyakinan. Meskipun masyarakat mereka menganut agama syirik, tetapi mereka dapat mempertahankan keimanan mereka dari pengaruh kemusyrikan.

Memang para pemuda pada umumnya mempunyai sifat mudah menerima kebenaran, mereka lebih cepat menerima petunjuk ke jalan yang benar dibandingkan dengan orang-orang tua yang sudah tenggelam dalam ajaran-ajaran yang batil. Oleh karena itu, dalam sejarah, terutama sejarah perkembangan Islam, para pemuda yang lebih banyak pertama kali menerima ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Adapun orang tua, seperti tokoh-tokoh Quraisy, tetap mempertahankan ajaran agama yang salah, sedikit sekali di antara mereka yang menerima ajaran Islam.

Surah Al-Kahfi Ayat 14
وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهًا لَّقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا

Terjemahan: Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”.

Tafsir jalalain: وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ (Dan Kami telah meneguhkan hati mereka) Kami memperkuat hati mereka berpegangan kepada kalimat yang hak إِذْ قَامُوا (di waktu mereka berdiri) di hadapan raja mereka yang menyuruh mereka supaya bersujud kepada berhala-berhala فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ (lalu mereka berkata, “Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru kepada selain-Nya) yakni selain Allah

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

إِلَهًا لَّقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا (sebagai Tuhan, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran)” perkataan yang keterlaluan lagi sangat kafir jika seumpamanya kami menyeru kepada tuhan selain Allah.

Tafsir ibnu katsir: Firman Allah Ta’ala: وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (“Dan Kami telah meneguhkan Kati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata: ‘Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi.’”) Allah berfirman: Kami jadikan mereka bersabar atas tindakannya menentang kaum mereka sendiri, meninggalkan kampung halaman mereka dan kehidupan yang enak, kebahagiaan, dan kenikmatan.

Tafsir kemenag: Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah swt meneguhkan hati para pemuda itu dengan kekuatan iman, membulatkan tekad mereka kepada agama tauhid, dan memberikan keberanian untuk mengatakan kebenaran agama itu di hadapan raja Decyanus yang kafir dan sewenang-wenang. Ketika raja itu mencela dan memaksa mereka untuk menyembah berhala, mereka dengan lantang berkata,

“Tuhan kami adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia.” Dalam pernyataan mereka ini, terkandung dua pengakuan tentang kekuasaan Tuhan. Pertama, pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dalam memelihara dan menciptakan alam semesta ini. Kedua, pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dan hak-Nya untuk disembah oleh makhluk.

Orang-orang musyrik mengakui keesaan Tuhan dalam menciptakan dan memelihara alam semesta ini, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebe-naran). (al-‘Ankabut/29: 61)

Namun demikian, orang musyrikin tidak mengakui keesaan Tuhan dan hak-Nya untuk disembah oleh para hamba-Nya. Mereka menyembah berhala sebagai sekutu Tuhan yang akan mendekatkan mereka kepada-Nya, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt:

?Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (az-Zumar/39: 3)

Sesudah para pemuda itu menyatakan pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan, lalu mereka memberikan alasan penolakan terhadap penyembahan berhala-berhala sebagaimana yang dikehendaki oleh raja Decyanus. Mereka menyatakan bahwa jika mereka menyembah dan berdoa kepada selain Allah, itu berarti mengerjakan sesuatu yang jauh dari kebenaran.

Surah Al-Kahfi Ayat 15
هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا

Terjemahan: Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?

Tafsir jalalain: هَؤُلَاءِ (Mereka) lafal هَؤُلَاءِ berkedudukan menjadi Mubtada قَوْمُنَا (kaum kami ini) menjadi Athaf Bayan قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلَا (telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan. Mengapa tidak)

يَأْتُونَ عَلَيْهِم (mereka mengemukakan atas perbuatan mereka itu) atas penyembahan yang mereka lakukan itu ببِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ (alasan yang terang?) hujah yang jelas. فَمَنْ أَظْلَمُ (Siapakah yang lebih zalim) maksudnya tidak ada seorang pun yang lebih zalim مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?) yaitu dengan menisbatkan sekutu kepada Allah swt. Lalu sebagian di antara pemuda itu berkata kepada sebagian yang lain.

Tafsir ibnu katsir: هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ (“Kaum kami ini telah menjdikan selain Dia sebagai ilah-ilah [untuk disembah]. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang [tentang kepercayaan mereka?]”) Maksudnya, mengapa mereka tidak mengemukakan dalil-dalil yang benar-benar jelas dan shahih yang menunjukkan kebenaran apa yang mereka anut itu.

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (“Siapakah yang lebih zhalim daripada orang- orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”) Mereka mengatakan: “Mereka itu orang-orang dhalim dan dusta dalam ungkapan mereka mengenai hal tersebut.”

Dikatakan, bahwa ketika mereka menyeru raja mereka untuk beriman kepada Allah, maka raja itu menolak seruan tersebut, bahkan mengancam mereka dan menyuruh melepas pakaian yang mereka kenakan, yang padanya terdapat hiasan kaumnya.

Dan kemudian ia memberikan waktu kepada mereka supaya mereka berfikir, mudah-mudahan mereka akan meninggalkan agama yang dianutnya tersebut. Yang demikian itu merupakan salah satu bentuk kelembutan Allah kepada mereka. Di mana pada masa penangguhan itu, mereka berhasil melarikan diri dengan mempertahankan agama yang dianutnya dari fitnah.

Baca Juga:  Surah Al-Hijr Ayat 78-79; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Demikianlah yang disyari’atkan ketika terjadi berbagai macam fitnah di tengah-tengah umat manusia. Pada saat itu, dianjurkan kepada seorang hamba agar melarikan diri karena takut akan akibat yang menimpa agama yang dianutnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah bersabda:


“Sebaik-baik harta orang Islam adalah kambing yang mau mengikutinya ke puncak gunung dan tempat turun hujan, di mana ia melarikan agamanya dari fitnah.”

Dalam keadaan seperti ini, disyari’atkan untuk ber’uzlah (mengasingkan diri) dari orang-orang, dan tidak disyari’atkan ber’uzlah selain dalam keadaan tersebut, karena hal itu berakibat pada ditinggalkannya jama’ah (jama’ah shalat) dan jama’ah kaum muslimin.

Tafsir kemnag: Dalam ayat ini, Allah swt menceritakan percakapan di antara para pemuda itu. Mereka mengatakan bahwa kaumnya yang berada di bawah kekuasaan Decyanus, meskipun lebih tua dan memiliki banyak pengalaman, namun menyekutukan Tuhan tanpa mempergunakan akal pikiran.

Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang benar, atau bukti yang kuat dan jelas untuk memperkuat kebenaran yang mereka katakan dan percayai. Pemuda-pemuda itu menyatakan bahwa kaum mereka seharusnya berbuat seperti yang mereka lakukan, yaitu menunjukkan bukti-bukti kebenaran agama yang mereka anut.

Anak-anak muda itu juga menyatakan bahwa tidak ada kezaliman yang lebih besar kecuali kezaliman orang yang berbuat dusta terhadap Allah, seperti mengatakan bahwa Tuhan itu mempunyai sekutu. Kaum mereka telah mempersamakan martabat berhala-berhala dengan martabat Tuhan yang tinggi, tetapi mereka tidak dapat memberikan alasan yang benar, padahal agama seharusnya berdasarkan kepercayaan atau alasan yang benar. Mereka mengada-adakan nama-nama untuk sebutan Tuhan dengan hanya menuruti hawa nafsu mereka.

Firman Allah swt: Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)-nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka. (an-Najm/53: 23)

Nama-nama yang diberikan kepada sekutu-sekutu Allah itu bermacam-macam seperti al-Lata, al-Manat, al-Uzza, yaitu nama-nama untuk berhala-berhala yang diberikan oleh orang-orang Arab Jahiliah.

Surah Al-Kahfi Ayat 16
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا

Terjemahan: Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.

Tafsir jalalain: وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا (Dan apabila kamu meninggalkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabb kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian) Lafal mirfaqan dapat dibaca marfiqan artinya apa-apa yang menjadi keperluan kalian berupa makan siang dan makan malam.

Tafsir ibnu katsir: Allah berfirman: firman-Nya: وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ (“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah.”) Maksudnya, jika kalian memisahkan diri dan meninggalkan mereka yang menyembah sembahan selain Allah Ta’ala, maka jauhi pula mereka itu secara fisik.

فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِهِ (“Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Rabb kamu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu.”) Maksudnya, Dia menghamparkan rahmat kepada kalian yang dengannya Dia menghalangi kalian dari kaum kalian.

وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا (“Dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu.”) Yakni, sesuatu yang dapat kalian pergunakan. Pada saat itulah mereka pergi melarikan diri ke gua, kemudian mereka mencari tempat di sana, sehingga kaum mereka itu kehilangan mereka dari tengah-tengah mereka. Maka sang raja pun mencari mereka.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini dijelaskan bahwa percakapan di antara mereka terus berlanjut, sebagian dari mereka berkata kepada yang lain, “Bilamana kamu menjauhkan diri dari kaum dan kampung halamanmu lahir dan batin, menolak untuk mengikuti adat-istiadat mereka, dan tidak mau menyembah selain Allah, sehingga menimbulkan kemarahan mereka terhadap kamu, maka seharusnya kamu mencari tempat berlindung seperti gua.”

“Di tempat tersebut kamu dapat melakukan ibadah dengan tekun dan khusyuk serta terhindar dari gangguan kaummu. Bilamana kamu sudah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, serta memohon pemeliharaan-Nya, maka Dia tentu akan mencurahkan rahmat-Nya kepadamu. Kamu tidak akan mati kelaparan atau kehausan dalam gua itu.

Allah swt akan memberi jalan keluar kepadamu dalam mengatasi kesukaran makan dan minum ataupun lainnya. Allah akan melapangkan jalan beribadah dengan sempurna kepada-Nya sehingga kamu bisa merasakan kelezatan ibadah yang melebihi kelezatan lainnya.” Demikian isi percakapan mereka. Apa yang mereka ucapkan itu lahir dari keyakinan dan harapan mereka akan anugerah Allah dan berkat kepasrahan dan keimanan mereka yang sempurna kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 60-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah swt telah menggerakkan hati para pemuda itu untuk menjadi orang-orang yang saleh, penghuni gua. Kisah mereka akhirnya selalu dikenang dalam sejarah umat beragama. Demikian sifat para pemuda itu, selamanya hati mereka lebih suci dan lebih cinta kepada kebenaran, yaitu sifat yang amat baik yang diperlukan bagi seseorang pemimpin.

Ibnu Abbas berkata: Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia seorang pemuda, dan tiada diberikan ilmu kepada seorang alim, kecuali dia pemuda.

Kemudian beliau membaca potongan ayat-ayat tersebut sebagai berikut: Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (al-Anbiya/21: 60)

Dan firman Allah swt: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya. (al-Kahf/18: 60)

Dan firman Allah swt: Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. (al-Kahf/18: 13)

Ayat ini menunjukkan ketabahan hidup para pemuda Ashhabul Kahf ketika menyepi di dalam gua karena menyembunyikan agamanya. Al-Gazali, dalam kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin, menolak menggunakan ayat ini untuk dijadikan dalil bagi keutamaan hidup uzlah. Beliau berkata, “Ashhabul Kahf tidak mengasingkan diri mereka sendiri antara satu dengan yang lain.

Mereka seluruhnya adalah orang-orang yang beriman. Mereka mengasingkan diri dari orang-orang kafir.” Jadi wajarlah kalau mereka ber-uzlah agar terpelihara dari penyiksaan orang-orang kafir dan raja yang hendak membunuh mereka. Hidup menyepi dalam arti mengasingkan diri dari kejahatan dan kebatilan yang tidak dapat diperbaiki atau mereka tidak sanggup memperbaikinya, maka uzlah semacam ini dibenarkan.

As-Suyuti dalam kitabnya Al-Iklil berpendapat bahwa dari ayat ini dapat dipahami bahwa uzlah, mengasingkan diri, lari dari kezaliman, dan tinggal dalam gua disyariatkan ketika situasi beragama tidak kondusif atau rusak. Pendapat beliau ini perlu penjelasan karena masih kabur. Zaman manakah yang bersih dari kerusakan? Sebenarnya yang dapat dipahami dari ayat ini ialah para pemuda itu mengasingkan diri karena adanya pemerkosaan terhadap hak hidup beragama.

Hidup uzlah karena frustasi dan keputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup tidak dibenarkan oleh agama. Untuk memahami ayat ini, harus diperhatikan suasana di kala terjadinya peristiwa uzlah-nya pemuda itu. Mereka menyepi dengan melarikan diri ke dalam gua karena akan dibunuh oleh raja yang sewenang-wenang. Suasana saat itu juga tidak mendukung untuk berjuang melawan kesewenang-wenangan raja, dan memperlihatkan keimanan mereka.

Di masa permulaan Islam, Nabi menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke negeri Habsyah, kemudian ke Madinah, dan beliau sendiri lalu juga hijrah ke sana disebabkan oleh keganasan kaum musyrikin Quraisy, sedang kaum Muslimin tidak dapat berbuat apa-apa menghadapinya, karena masih lemah. Bahkan, bagi Nabi saw khususnya, mereka telah bersiap untuk membunuh-nya. Mereka mengepung rumah Nabi di malam hari untuk melaksanakan rencana pembunuhan itu.

Karena kaum musyrikin telah mengadakan persekongkolan untuk membunuh Nabi, maka Allah memerintahkan agar Nabi hijrah. Atas dasar perintah itulah, Nabi hijrah. Jadi, bukan karena lari dari medan peperangan, menyendiri atau uzlah, dan sebagainya. Hidup uzlah dalam arti mengasingkan diri dari kemewahan hidup dan perbudakan harta dan hawa nafsu, lalu hidup sederhana di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang diperlihatkan sahabat Nabi Abu dzar Al-Gifari, tidak tercela, bahkan dibenarkan oleh agama Islam.

Ibnu Katsir berkata, “Abu dzar berpendapat bahwa tidaklah patut seorang muslim memiliki harta melebihi dari persediaan makanannya sehari semalam, atau dari sesuatu yang diperguna-kannya untuk berperang, atau dari suatu yang disediakan untuk tamu. Beliau berpegang kepada dhahir ayat:

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. (at-Taubah/9: 34)

Abu dzar hidup dalam kesederhanaan karena tidak mau terlibat dalam kehidupan mewah yang mulai merebak pada zaman khalifah Usman r.a. Demikian contoh kehidupan uzlah yang terdapat di kalangan sahabat Rasulullah saw”.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Isra’ ayat 13-16 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S