Surah Al-Kahfi Ayat 22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi Ayat 22

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 22 ini, Allah swt menjelaskan perselisihan pendapat yang terjadi pada masa Rasulullah saw mengenai kisah ini. Orang Nasrani dari aliran Malkaniyah berkata, “Mereka itu berjumlah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya.” Orang Nasrani dari aliran Ya’qubiyah berpendapat, “Mereka itu berjumlah lima orang dan yang keenam adalah anjingnya.” Sedangkan golongan Nasthuriyah mengatakan, “Mereka itu tujuh orang dan yang kedelapan adalah anjingnya.”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 22

سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُل رَّبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِم مَّا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم مِّنْهُمْ أَحَدًا

Terjemahan: “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya”.

Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.”

Tafsir Jalalain: سَيَقُولُونَ (Nanti mereka akan mengatakan) yaitu orang-orang yang berselisih pendapat di zaman Nabi saw. tentang bilangan para pemuda itu. Atau dengan kata lain sebagian di antara mereka mengatakan bahwa jumlah mereka ada ثَلَاثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ (tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan yang lain mengatakan) sebagian yang lain daripada mereka

خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ (lima orang dan yang keenam adalah anjingnya) kedua pendapat tersebut dikatakan oleh orang-orang Nasrani dari Najran رَجْمًا بِالْغَيْبِ (sebagai terkaan terhadap barang yang gaib) hanya berlandaskan kepada dugaan belaka tanpa bukti yang nyata; kedua pendapat tersebut hanyalah main terka saja. Lafal Rajman dinashabkan karena menjadi Maf’ul Lah, artinya: sebagai terkaan mereka terhadap barang yang gaib

وَيَقُولُونَ (dan yang lain lagi mengatakan) yakni orang-orang Mukmin سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ (Jumlah mereka, tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya) Jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah Sifat daripada lafal Sab’atun, dengan ditambahi huruf Wawu sesudahnya.

Menurut pendapat yang lain, berkedudukan menjadi Taukid, atau menunjukkan tentang menempelnya sifat kepada Maushufnya. Dan disifatinya kedua pendapat yang tadi dengan istilah Ar-Rajmi yakni terkaan, berbeda dengan pendapat yang ketiga sekarang ini, hal ini menunjukkan bahwa pendapat yang ketiga ini adalah pendapat yang sahih dan dibenarkan

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 46-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

قُل رَّبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِم مَّا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ (Katakanlah, “Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui bilangan mereka kecuali sedikit”) Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Saya adalah salah seorang daripada orang-orang yang sedikit itu.” Selanjutnya ia menuturkan bahwa jumlah mereka ada tujuh orang.

فَلَا تُمَارِ (Karena itu janganlah kamu bertengkar) yakni memperdebatkan فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا (tentang hal mereka, kecuali pertengkaran yang lahir saja) daripada sebagian apa yang diturunkan kepadamu وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم (dan jangan kamu menanyakan tentangnya) maksudnya kamu meminta penjelasan tentang Ashkabul Kahfi itu مِّنْهُمْ (dari mereka) mempertanyakan kepada sebagian daripada orang-orang ahli kitab, yaitu orang-orang Yahudi

أَحَدًا (seseorang pun) pada suatu ketika penduduk Mekah menanyakan tentang kisah Ashhabul Kahfi itu. Lalu Nabi saw. menjawab, “Saya akan menceritakannya kepada kalian besok”, tanpa memakai kata Insya Allah, maka turunlah firman-Nya:.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya menceritakan tentang perselisihan umat manusia tentang jumlah Ash-haabul Kahfi. Lalu Allah menceritakan tiga pendapat. Kemudian Allah melemahkan dua pendapat pertama melalui firman-Nya: رَجْمًا بِالْغَيْبِ (“Sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib.”)

Maksudnya, sebagai pendapat yang tidak didasari dengan pengetahuan, yang perumpamaannya adalah sama dengan orang yang melempar ke suatu tempat yang tidak diketahuinya, di mana lemparan itu tidak mengenai sasaran, kalau toh mengenai sasaran, maka yang demikian itu bukan suatu kesengajaan.

Kemudian Allah menceritakan pendapat yang ketiga, lalu mendiamkannya atau menetapkannya melalui firman-Nya: وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ (“Dan yang kedelapan adalah anjingnya.”) Hal itu menunjukkan kebenarannya dan itulah kenyataan yang ada.

Firman-Nya: قُل رَّبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِم (“Katakanlab: ‘Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka.’”) Hal itu merupakan petunjuk bahwa yang terbaik dalam kondisi seperti itu adalah mengembalikan pengetahuan itu kepada Allah Ta’ala, karena tidak diperlukan pendalaman terhadap hal tersebut tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan, tetapi kalau kita dapat mengetahui atas sesuatu, dapat kita menyatakannya, kalau tidak, kita diam.

Dan firman-Nya lebih lanjut, مَّا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ (“Tidak ada orang yang mengetahui [bilangan) mereka kecuali sedikit,”) yakni, dari umat manusia.
Qatadah menceritakan, Ibnu ‘Abbas mengemukakan, “Aku termasuk dari golongan yang sedikit yang diberi pengecualian oleh Allah. Mereka itu berjumlah tujuh orang.”

Demikian pula yang diriwayatkan Ibnu jarir, dari Atha’ al-Khurasani dan ‘Ikrimah, dan Ibnu ‘Abbas. Sanadnya itu merupakan sanad yang shahih yang disandarkan kepada Ibnu ‘Abbas, bahwa mereka itu berjumlah tujuh orang, dan hal itu sejalan dengan apa yang kami kemukakan sebelumnya.

Dan Allah Ta’ala telah berfirman: فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا (“Karena itu janganlah kamu [Muhammad] bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja.”) Yakni, pertengkaran yang sederhana dan ringan, karena pengetahuan mengenai masalah itu tidak membawa faedah yang banyak.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِم مِّنْهُمْ أَحَدًا (“Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka pemuda-pemuda itu kepada seorang pun di antara mereka.”) Maksudnya, karena sesungguhnya mereka tidak mempunyai ilmu pengetahuan tentang hal itu kecuali ungkapan yang bersumber dari diri mereka sendiri, sebagai terkaan terhadap hal yang ghaib.

Dengan kata lain, tidak didasarkan pada ucapan yang ma’shum. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala telah mendatangkan kepadamu hai Muhmmad, kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan Dialah pemberi keputusan yang harus didahulukan atas kitab-kitab dan pendapat-pendapat yang ada.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan perselisihan pendapat yang terjadi pada masa Rasulullah saw mengenai kisah ini. Orang Nasrani dari aliran Malkaniyah berkata, “Mereka itu berjumlah tiga orang, yang keempat adalah anjingnya.” Orang Nasrani dari aliran Ya’qubiyah berpendapat,

“Mereka itu berjumlah lima orang dan yang keenam adalah anjingnya.” Sedangkan golongan Nasthuriyah mengatakan, “Mereka itu tujuh orang dan yang kedelapan adalah anjingnya.” Dalam hal ini Allah berfirman bahwa mereka mengatakan tiga atau lima orang itu hanyalah perkiraan semata, dan tidak disertai dengan pengetahuan, seperti melemparkan batu di malam hari ke suatu sasaran yang tidak tampak oleh mata. Tetapi Allah tidak menyatakan terhadap orang yang mengatakan tujuh orang sebagai perkiraan yang tidak menentu.

Oleh karena itu, menurut Ibnu ‘Abbas, pendapat yang mengatakan bahwa jumlah mereka itu tujuh orang dan yang kedelapan adalah anjingnya inilah yang benar. Sebab Allah swt menyatakan kedua pendapat sebelumnya sebagai perkiraan yang tidak menentu, namun tidak mengatakan hal yang sama untuk pendapat yang ketiga.

Hal ini menunjuk-kan bahwa perkataan yang ketiga itulah yang benar dan menunjukkan pula bahwa ucapan itu berdasarkan pengetahuan, keyakinan, dan kemantapan batin.

Mengenai nama-nama mereka yang tujuh itu, yang bermacam-macam pengucapannya, menurut al-hafidh Ibnu hajar dalam Kitab Tarikh karya Bukhari, tidak ada yang dapat dijadikan rujukan, karena bukan nama Arab. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan nama-nama mereka sebagai berikut:

Maksalmina (yang tertua), Tamlikha (yang kedua), Marthunus, Birunus, Dominus, Yathbunus, Falyastathyunus, dan nama anjingnya Hamran atau Qitmir. Nama-nama ini diambil dari Ahli Kitab, sehingga kebenarannya masih diragukan. Hanya Allah yang lebih mengetahui.

Kemudian Allah swt memerintahkan Rasul-Nya untuk mengemukakan kepada mereka yang berselisih tentang berapa jumlah pemuda penghuni gua itu bahwa Allah swt lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak perlu mem-bicarakan hal seperti itu tanpa pengetahuan, lebih baik menyerahkannya kepada Allah.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 27-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Seandainya Allah memberitahu Rasul-Nya tentang hal itu, tentu beliau akan menyampaikannya kepada umatnya jika bermanfaat untuk kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Jika hal itu tidak disebutkan, seharusnya tidak perlu membuang-buang tenaga untuk memikirkannya.

Tetapi kemudian, Allah menegaskan “tidak ada orang yang mengetahui jumlah mereka kecuali sedikit”. Di sini Allah mengisyaratkan adanya segelintir manusia yang diberi Allah ilmu untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang penghuni-penghuni gua itu. Siapakah yang sedikit itu?

Ibnu ‘Abbas, seorang sahabat yang masih muda pada zamannya dan dipandang sebagai tokoh ilmiah di segala bidang, mengatakan bahwa dia termasuk di antara yang sedikit itu. Ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu purbakala, mungkin dimasukkan ke dalam golongan yang kecil itu bilamana mereka dengan kegiatan penelitiannya memperoleh fakta-fakta sejarah tentang umat masa lampau.

Akan tetapi, yang terpenting untuk umat Islam dari ayat ini bukanlah mencari keterangan tentang jumlah pemuda-pemuda itu, melainkan bagaimana mengambil iktibar dan pelajaran dari peristiwa ini, yang bermanfaat untuk membina iman dan takwa kepada Allah swt.

Setelah Allah menyebutkan kisah ini, Allah melarang Nabi dua hal: Pertama tidak boleh memperdebatkan tentang Ashhabul Kahf kepada Ahli Kitab. Nabi dilarang berdebat tentang hal itu kecuali dengan cara yang lembut, tanpa menentukan bilangan jumlah Ashhabul Kahf, dan tidak membodoh-bodohkan mereka karena hal itu tidak bermanfaat. Tujuan utama kisah ini adalah mengimani bahwa hari kebangkitan pasti terjadi.

Di lain surah dengan maksud yang sama Allah berfirman: Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka. (al-‘Ankabut/29: 46)

Larangan kedua, Allah swt memerintahkan kepada Nabi saw agar tidak meminta keterangan tentang pemuda-pemuda itu kepada orang-orang Nasrani karena mereka juga tidak punya dasar pengetahuan tentang itu. Mereka hanya memperkirakan saja dan tanpa dalil yang kuat.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Kahfi ayat 22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S