Surah Al-Kahfi Ayat 27-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al- Kahfi Ayat 27-28

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 27-28 ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar mem-bacakan Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya, mengamalkan isinya, dan menyampaikan kepada umat manusia, dan mengikuti perintah dan larangan yang tercantum di dalamnya. Tugas Rasul saw adalah menyampaikan wahyu Allah itu kepada umat manusia,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah swt memerintahkan Rasul-Nya supaya menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Kewajiban mereka adalah mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya.

Manfaat dari kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka yang mengamalkannya. Demikian pula sebaliknya, akibat buruk dari pengingkaran terhadap kebenar-an itu kembali kepada mereka yang mengingkarinya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 27-28

Surah Al-Kahfi Ayat 27
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا

Terjemahan: “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya.”

Tafsir Jalalain: وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا (Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Rabb-Mu. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan mendapatkan perlindungan selain perlindungan-Nya).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya memerintah Rasul-Nya untuk membaca Kitab-Nya yang mulia serta menyampaikan kepada umat manusia. لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ (“Tidak ada [seorang pun] yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya.”) Maksudnya, tidak ada yang dapat merubah, menyelewengkan dan menghapusnya.

Firman-Nya: وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا (“Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari Nya.”) Dari Mujahid, ia mengemukakan: “Multahadan berarti tempat berlindung,” dan Qatadah mengartikan “penolong.” Sedangkan Ibnu Jarir mengatakan:

“Jika engkau, hai Muhammad, tidak membaca apa yang telah Aku wahyukan kepadamu dari Kitab Rabbmu, maka tidak ada tempat berlindung bagimu dari Allah Ta’ala.”

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar mem-bacakan Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya, mengamalkan isinya, menyampaikan kepada umat manusia, dan mengikuti perintah dan larangan yang tercantum di dalamnya. Tugas Rasul saw adalah menyampaikan wahyu Allah itu kepada umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (al-Ma’idah/5: 67)

Rasulullah tidak perlu mempedulikan perkataan orang-orang yang menghendaki agar ayat-ayat Al-Qur’an itu didatangkan sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka berkata, “Datangkan ayat Al-Qur’an yang lain daripada ini atau ganti dengan yang lain.”

Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat mengganti ataupun mengubah kalimat-kalimat Al-Qur’an, baik kalimat perintah ataupun larangan, baik kalimat ancaman terhadap mereka yang melakukan kemaksiatan ataupun janji Allah kepada mereka yang taat dan berbuat kebaikan. Hanya Allah Yang Kuasa mengubah atau mengganti kalimatnya berdasarkan hikmah-Nya. Firman Allah swt:

Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudh). (ar-Ra’d/13: 39)

Pergantian ayat oleh Allah dalam Al-Qur’an dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih besar manfaatnya, sebagaimana firman-Nya: Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang lain, dan Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya?. (an-Nahl/16: 101)

Segala ketentuan atau hukum yang telah ditetapkan Allah haruslah dipatuhi. Jika tidak, pasti akan ada hukuman yang diberikan Allah sesuai dengan apa yang sebelumnya telah diancamkan kepada orang-orang yang melanggar garis-garis yang ditetapkan-Nya. Tak seorang pun yang dapat menjadi pelindung, kecuali Allah swt karena kekuasaan-Nya meliputi makhluk-Nya. Tak seorangpun yang dapat lolos dari hukuman yang telah ditetapkan-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 107-108; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Kahfi Ayat 28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Terjemahan: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Tafsir Jalalain: وَاصْبِرْ نَفْسَكَ (Dan bersabarlah kamu) tahanlah dirimu مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ (bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap) melalui ibadah mereka itu وَجْهَهُ (keridaan-Nya) keridaan Allah swt., bukannya karena mengharapkan sesuatu daripada kebendaan duniawi sekali pun mereka adalah orang-orang miskin.

وَلَا تَعْدُ (dan janganlah berpaling) jangan kamu memalingkan عَيْنَاكَ عَنْهُمْ (kedua matamu dari mereka) تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا (karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami) maksudnya dilalaikan hatinya daripada Alquran, dan orang yang dimaksud adalah Uyaynah bin Hishn dan teman-temannya

وَاتَّبَعَ هَوَاهُ (serta memperturuti hawa nafsunya) yaitu melakukan perbuatan yang memusyrikkan وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (dan adalah keadaannya itu melewati batas) terlalu berlebih-lebihan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ (“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan petang hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”) Maksudnya, duduklah bersama orang-orang yang berdzikir kepada Allah, bertahlil, bertahmid, bertasbih, dan bertakbir serta berdo’a kepada-Nya pada pagi dan sore hari, baik mereka yang miskin maupun yang kaya, kuat maupun lemah.

Ada yang mengatakan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang terhormat dari kalangan kaum Quraisy, ketika mereka meminta kepada Nabi untuk duduk sendiri saja bersama mereka dan tidak mengajak para sahabatnya yang lemah, misalnya Bilal, ‘Ammar, Shuhaib, Khabbab dan Ibnu Mas’ud. Mereka meminta supaya mereka diberi majelis khusus, maka Allah melarang beliau memenuhi permintaan mereka itu, di mana Dia berfirman: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Rabb-nya pada pagi hari dan pada petang hari.” (QS. Al-An’aam: 52).

Allah; menyuruh beliau bersabar dalam duduk bersama mereka, di mana Allah berfirman: وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ (“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan petang hari”) Dalam Shahih Muslim, diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia bercerita: Kami enam orang pemah bersama Nabi .

Lalu kaum musyrik berkata kepada Nabi, “Usirlah mereka. Mereka tidak akan berani melawan kami.” Lebih lanjut Sa’ad berkata: Ketika itu aku bersama Ibnu Mas’ud serta seseorang dari Hudzail, Bilal dan dua orang yang aku lupa namanya. Maka timbullah dalam diri Rasulullah apa yang telah menjadi kehendak Allah, lalu beliau berbicara pada diri sendiri. Hingga akhirnya, Allah menurunkan firman-Nya:

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Rabbnya pada pagi hari dan pada petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” (QS. Al-An’aam: 52).

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 74-76; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hadits tersebut diriwayatkan sendiri oleh Muslim tanpa al-Bukhari.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah, ia menceritakan, Rasulullah pernah keluar menemui ahli kisah yang sedang bercerita. Lalu beliau menghentikannya seraya bersabda: “Berkisahlah. Duduk pagi hari sampai matahari terbit lebih aku sukai daripada memerdekakan empat budak.”

Selain itu, Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Anas bin Malik dari Rasulullah saw, beliau bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, yang dengannya mereka tidak menghendaki kecuali wajah-Nya, melainkan ia akan diseru oleh seorang penyeru dari langit, ‘Bangunlah kalian dalam keadaan terampuni, dan berbagai keburukanmu telah diganti dengan kebaikan.” Diriwayatkan sendiri oleh Imam Ahmad.

Firman Allah Ta’ala: وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا (“Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka [karena] mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan, dan janganlah engkau mengabaikan mereka karena orang lain. Yakni, engkau mencari ganti mereka dengan orang-orang terhormat dan yang banyak kekayaan.

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا (Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami,”) yakni, mengabaikan agama dan ibadah karena sibuk dengan dunia.

وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (“Serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”) Yakni, amal dan perbuatannya sebagai bentuk kebodohan, tindakan melampaui batas, dan sia-sia, dan janganlah kamu taat kepadanya, jangan menyukai jalannya dan jangan iri dengan keadaannya.

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan bahwa ‘Uyainah bin Hishn al-Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir berada di sampingnya, di antaranya adalah Salman al-Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya mengeluarkan keringat, karena sedang menganyam daun korma.

‘Uyainah berkata kepada Rasul saw, “Apakah bau mereka (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka bangsawan suku Mudar. Jika kami masuk Islam, maka semua suku Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka.

Oleh karena itu, jauhkanlah mereka agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula.” Kemudian turunlah ayat ini. Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar bersabar dan dapat menahan diri untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah swt semata. Para sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Ammar bin Yasir, Bilal, shuhaib, Ibnu Mas’ud, dan sahabat-sahabat lainnya.

Di surah yang lain, Allah berfirman: Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim. (al-An’am/6: 52)

Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh a.s. sebagaimana difirmankan Allah swt: Mereka berkata, “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?” (asy-Syu’ara’/26: 111) Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu.

Allah swt memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup sederhana dan rela meninggalkan segala kelezatan duniawi semata-mata untuk mencari rida Allah.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 71-73; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya. Katanya: Segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan di kalangan umatku orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari, Ath-thabrani, dan Ibnu Mardawaih) Dengan demikian, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidak dibenarkan oleh agama Islam, terutama bila mereka orang ahli ibadah dan takwa.

Allah dengan tegas melarang Muhammad saw menuruti keinginan para pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang fakir dari majelisnya. Orang yang meng-ajukan permintaan seperti itu adalah orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, dan memiliki tabiat yang buruk. Perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan, dan kemaksiatan menambah gelap hati mereka, sehingga akhirnya mereka bergelimang dalam dosa.

(29) Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya supaya menegaskan kepada orang-orang kafir bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Kewajiban mereka adalah mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya. Manfaat dari kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka yang mengamalkannya.

Demikian pula sebaliknya, akibat buruk dari pengingkaran terhadap kebenar-an itu kembali kepada mereka yang mengingkarinya. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin beriman kepada-Nya dan masuk ke dalam barisan orang-orang yang beriman, hendaklah segera berbuat tanpa mengajukan syarat-syarat dan alasan-alasan yang dibuat-buat sebagaimana halnya pemuka-pemuka musyrikin yang memandang rendah orang-orang mukmin yang fakir. Juga demikian halnya bagi siapa yang ingkar dan meremehkan kebenaran.

Rasulullah saw tidak akan memperoleh kerugian apa-apa karena keingkaran itu, sebagaimana halnya beliau tidak akan memperoleh ke-untungan apapun jika mereka beriman. Allah swt berfirman:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (al-Isra’/17: 7)

Tetapi jika manusia memilih kekafiran dan melepaskan keimanan, berarti mereka telah melakukan kezaliman, yakni meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, Allah memberikan ancaman yang keras kepada mereka, yaitu akan melemparkan mereka ke dalam neraka. Mereka tidak akan lolos dari neraka itu, karena api neraka yang bergejolak itu mengepung mereka dari segala penjuru, sehingga mereka laksana orang yang tertutup dalam kurungan.

Bilamana dalam neraka itu mereka saling meminta minum karena dahaga, maka akan diberi air yang panasnya seperti cairan besi yang mendidih yang menghanguskan muka mereka. Sungguh sangat jelek air yang mereka minum itu.

Tidak mungkin air minum yang panasnya seperti itu dapat menyegarkan kerongkongan, dan menghilangkan dahaga orang yang sedang kepanasan, bahkan sebaliknya, menghancurkan diri mereka. Neraka yang mereka tempati itu adalah tempat yang paling buruk dan penuh dengan siksaan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 27-28 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S