Surah Al-Kahfi Ayat 29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Kahfi aya 29

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Kahfi Ayat 29 ini, Allah Swt memerintahkan Rasul-Nya agar bersabar dan dapat menahan diri untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah swt semata.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 29

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Terjemahan: Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Tafsir Jalalain: وَقُلِ (Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Alquran ini الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka.

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir َنَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya.

وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih يَشْوِي الْوُجُوهَ (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya بِئْسَ الشَّرَابُ (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu

وَسَاءَتْ (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu مُرْتَفَقًا (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, “Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah” (Q. S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 66-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad saw: katakanlah hai Muhammad kepada umat manusia, apa yang aku bawa kepada kalian dari Rabb kalian adalah kebenaran yang tidak terdapat keraguan di dalamnya.

فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ (“Maka barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir.”) Penggalan ayat ini termasuk ancaman keras. Oleh karena itu, Dia berfirman:

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ (“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim
itu.”) Yakni, orang-orang yang kafir kepada Allah, Rasul-Nya, dan kepada Kitab-Nya.

نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا (“Neraka yang gejolaknya mengepung mereka.”) سُرَادِقُهَا berarti pagarnya. Mengenai firman-Nya: أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا (“Yang gejolaknya mengepung mereka,”) Ibnu Juraij menceritakan, Ibnu ‘Abbas berkata: “Yakni, dinding yang berasal dari api.”

Firman-Nya: وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ (“Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah.”)

Pendapat-pendapat di atas tidak saling menafikan satu dengan yang lainnya, karena kata al-muhlu menyatukan sifat-sifat yang menjijikkan secara keseluruhan. Yang ia berwarna hitam, berbau busuk dan kental serta sangat panas.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Yang menghanguskan wajah. “Yakni, karena panasnya. Jika orang kafir bermaksud akan meminumnya dan mendekatkan air itu ke wajahnya, maka wajahnya itu menjadi hangus hingga kulit wajahnya mengelupas.

Lebih lanjut, Allah Ta’ala berfirman: بِئْسَ الشَّرَابُ (“Itulah seburuk-buruk minuman.”) Maksudnya, minuman seperti itu benar-benar sangat buruk. Sebagaimana Dia telah berfirman dalam ayat lain: “Dan mereka diberi minum dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” (QS. Muhammad: 15)

Firman-Nya: وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (“Dan sejelek jelek tempat istirahat.”) Maksudnya, neraka itu merupakan tempat tinggal dan tempat berkumpul serta tempat beristirahat yang paling buruk. Sebagaimana yang Dia firmankan dalam ayat yang lain: “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al-Furqaan: 66).

Baca Juga:  Surah Al-Mujadalah Ayat 14-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan bahwa ‘Uyainah bin Hishn al-Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir berada di sampingnya, di antaranya adalah Salman al-Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya mengeluarkan keringat, karena sedang menganyam daun korma.

‘Uyainah berkata kepada Rasul saw, “Apakah bau mereka (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka bangsawan suku Mudar. Jika kami masuk Islam, maka semua suku Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka.

Oleh karena itu, jauhkanlah mereka agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula.” Kemudian turunlah ayat ini.

Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya agar bersabar dan dapat menahan diri untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah swt semata. Para sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Ammar bin Yasir, Bilal, shuhaib, Ibnu Mas’ud, dan sahabat-sahabat lainnya.

Di surah yang lain, Allah berfirman: Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim. (al-An’am/6: 52)

Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh a.s. sebagaimana difirmankan Allah swt:

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 42-43; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Mereka berkata, “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?” (asy-Syu’ara’/26: 111)

Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Allah swt memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin.

Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup sederhana dan rela meninggalkan segala kelezatan duniawi semata-mata untuk mencari rida Allah. Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya. Katanya:

Segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan di kalangan umatku orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari, Ath-thabrani, dan Ibnu Mardawaih)

Dengan demikian, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidak dibenarkan oleh agama Islam, terutama bila mereka orang ahli ibadah dan takwa. Allah dengan tegas melarang Muhammad saw menuruti keinginan para pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang fakir dari majelisnya.

Orang yang meng-ajukan permintaan seperti itu adalah orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, dan memiliki tabiat yang buruk. Perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan, dan kemaksiatan menambah gelap hati mereka, sehingga akhirnya mereka bergelimang dalam dosa.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al- Isra’ ayat 29 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S