Surah Al-Muddatstsir Ayat 11-30; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Muddatstsir Ayat 11-30

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Muddatstsir Ayat 11-30 ini, Allah mengungkapkan bahwa Dialah yang akan berbuat sesuatu terhadap orang yang telah diciptakan-Nya sendiri. Dia telah menciptakan dan mengeluarkannya dari perut ibunya, tanpa harta bahkan tanpa anak. Lalu Dia menganugerahkan rezeki kepadanya, dan kepandaian memimpin kaumnya. Akan tetapi, dia membangkang kepada-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ayat ini menyebutkan kata-kata “wahid” (satu-satunya), sebagai sindiran kepada al-Walid yang bergelar wahid, sebab dialah yang paling menonjol di kalangan kaumnya karena kekayaan, pangkat, dan harta yang dimilikinya.

Lalu diungkapkan bahwa al-Walid berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri dengan memalingkan muka dari menatap kebenaran tersebut. Sambil menunjukkan keangkuhannya, ia sama sekali tidak mau tunduk dan patuh kepada kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Muddatstsir Ayat 11-30

Surah Al-Muddatstsir Ayat 11
ذَرۡنِى وَمَنۡ خَلَقۡتُ وَحِيدًا

Terjemahan: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.

Tafsir Jalalain: ذَرۡنِى (Biarkanlah Aku) artinya, serahkanlah kepada-Ku وَمَنۡ خَلَقۡتُ (untuk menindak orang yang Aku ciptakan) lafal Waman di’athafkan kepada Maf’ul atau kepada Maf’ul Ma’ah وَحِيدًا (dalam keadaan sendirian) menjadi Haal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Man, atau bagi Dhamirnya yang tidak disebutkan. Maksudnya, orang yang diciptakan-Nya hanya dia sendiri, tanpa keluarga, tanpa harta benda, dia adalah Walid bin Mughirah Al-Makhzumi.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya mengancam orang jahat yang telah dikaruniai berbagai nikmat dunia, lalu dia ingkar terhadap nikmat-nikmat tersebut dan bahkan menggantinya dengan kekufuran serta membalasnya dengan keingkaran terhadap ayat-ayat Allah serta mengada-ada terhadapnya dan menganggap ayat-ayat tersebut hanya ungkapan manusia. Dan Allah telah menghitung berbagai nikmat yang Dia berikan kepadanya, dimana dia berfirman:

ذَرۡنِى وَمَنۡ خَلَقۡتُ وَحِيدًا (“Biarkanlah aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendiri.”) maksudnya dia lahir dari perut ibunya seorang diri tanpa membawa harta dan juga anak.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa Dialah yang akan berbuat sesuatu terhadap orang yang telah diciptakan-Nya sendiri. Dia telah menciptakan dan mengeluarkannya dari perut ibunya, tanpa harta bahkan tanpa anak. Lalu Dia menganugerahkan rezeki kepadanya, dan kepandaian memimpin kaumnya. Akan tetapi, dia membangkang kepada-Nya.

Ayat ini menyebutkan kata-kata “wahid” (satu-satunya), sebagai sindiran kepada al-Walid yang bergelar wahid, sebab dialah yang paling menonjol di kalangan kaumnya karena kekayaan, pangkat, dan harta yang dimilikinya. Al-Walid memiliki kebun ladang serta areal peternakan yang luas antara Mekah dan tha’if. Ia mempunyai unta, kuda, kambing, dan budak belian. Mempunyai tujuh orang anak yang perkasa (tiga di antaranya masuk Islam, yaitu Khalid, Hisyam, dan ‘Imarah). Menurut Mujahid, putranya 10 orang. Lebih dari itu, Allah telah menganugerahkan usia panjang dengan kekayaan yang cukup kepada al-Walid itu (wafat dalam usia 90 tahun), dihormati dan disegani kaumnya.

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan menindak orang yang telah Aku ciptakan. Sesungguhnya Aku telah memberikan kecukupan baginya dengan harta yang berlimpah dan tak putus-putusnya, serta anak keturunan yang selalu menyertainya. Aku berikan ia kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Tetapi ia tak merasa puas dan memohon kepada-Ku untuk menambah lagi hartanya, keturunannya dan kedudukannya tanpa rasa syukur sedikit pun.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 12
وَجَعَلۡتُ لَهُۥ مَالًا مَّمۡدُودًا

Terjemahan: Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,

Tafsir Jalalain: وَجَعَلۡتُ لَهُۥ مَالًا مَّمۡدُودًا (Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak) harta yang luas dan berlimpah, berupa tanam-tanaman, susu perahan, dan perniagaan.

Tafsir Ibnu Katsir: وَجَعَلۡتُ لَهُۥ مَالًا مَّمۡدُودًا (Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,) kemudian setelah itu Allah memberinya rizky, مَالًا مَّمۡدُودًا (“harta benda yang banyak.”) yakni yang luas lagi banyak.

Tafsir Kemenag: Allah mengungkapkan bahwa Dia memberikan kepada al-Walid harta yang banyak. Allah telah menganugerahinya berbagai macam harta, sehingga menjadi satu-satunya orang terkaya di kalangan kaumnya. Tidaklah mengherankan kalau sampai terlontar ucapan dari mulut al-Walid perkataan:

Sayalah satu-satunya anak dari satu-satunya di negeri ini, tiada seorang pun di kalangan Arab yang sepertiku atau seperti ayahku, al-Mugirah. (Riwayat al-Qurthubi).

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan menindak orang yang telah Aku ciptakan. Sesungguhnya Aku telah memberikan kecukupan baginya dengan harta yang berlimpah dan tak putus-putusnya, serta anak keturunan yang selalu menyertainya. Aku berikan ia kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Tetapi ia tak merasa puas dan memohon kepada-Ku untuk menambah lagi hartanya, keturunannya dan kedudukannya tanpa rasa syukur sedikit pun.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 13
وَبَنِينَ شُهُودًا

Terjemahan: dan anak-anak yang selalu bersama dia,

Tafsir Jalalain: وَبَنِينَ (Dan anak-anak) yang jumlahnya sepuluh orang atau lebih شُهُودًا (yang selalu bersama dia) di kala menyaksikan perayaan-perayaan dan kamu pun mendengar tentang persaksian mereka itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Selain itu Dia juga mengaruniakan kepadanya: وَبَنِينَ شُهُودًا (“dan anak-anak yang selalu bersamanya.”) Mujahid mengatakan: “Maksudnya, anak-anak itu selalu hadir bersamanya, tidak bepergian untuk berdagang, tetapi ururan tersebut ditangani oleh budak-budak dan orang-orang bayaran mereka, sedang mereka sendiri duduk-duduk di dekat ayah mereka untuk bersenang-senang bersamanya.”

Yang disebut oleh as-Suddi Abu Malik, Ashim bin ‘Umar bin Qatadah, mereka ini berjumlah tiga belas orang. Ibnu ‘Abbas dan Mujahid mengatakan: “Mereka berjumlah sepuluh orang.” Dan itu merupakan nikmat yang sangat besar dan luar biasa menyenangkan, yaitu kebersamaan mereka di dekatnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa Allah pun menganugerahkan kepada hartawan dan bangsawan Quraisy ini putra yang selalu ikut serta bersamanya. Sebab dia orang kaya dan tidak memerlukan bantuan orang lain mengurus anaknya, maka anaknya tidak perlu mengembara ke negeri lain untuk mencari rezeki karena semuanya harus berdekatan dengan ayahnya sendiri.

Ada pula yang mengartikan bahwa anak-anak al-Walid selalu mendampinginya apabila ia menghadiri pertemuan atau perayaan-perayaan, sehingga menimbulkan kesan akan kebesaran dan kemuliaannya. Putra-putra yang dibanggakan itu ada 7 orang (al-Walid, Khalid, ‘Imarah Hisyam, ‘As, Qais, dan ‘Abdussyam). Tiga orang di antaranya (Khalid, Hisyam, dan ‘Imarah) telah masuk Islam, memenuhi seruan Nabi Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan menindak orang yang telah Aku ciptakan. Sesungguhnya Aku telah memberikan kecukupan baginya dengan harta yang berlimpah dan tak putus-putusnya, serta anak keturunan yang selalu menyertainya. Aku berikan ia kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Tetapi ia tak merasa puas dan memohon kepada-Ku untuk menambah lagi hartanya, keturunannya dan kedudukannya tanpa rasa syukur sedikit pun.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 14
وَمَهَّدتُّ لَهُۥ تَمۡهِيدًا

Terjemahan: dan Ku-lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,

Tafsir Jalalain: وَمَهَّدتُّ (Dan Kulapangkan) Kuluaskan لَهُۥ (baginya) kehidupan, umurnya dan anak-anak yang dimilikinya تَمۡهِيدًا (dengan selapang-lapangnya.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَهَّدتُّ لَهُۥ تَمۡهِيدًا (“Dan Ku-lapangkan baginya [rizky dan kekuasaan] dengan selapang-lapangnya.”) maksudnya Aku telah berikan kepadanya berbagai macam harta, perkakas rumah tangga, dan lain-lain.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengutarakan bahwa Allah mencurahkan rezeki sebanyak-banyaknya kepada al-Walid berupa harta, anak, dan umur panjang. Ditambah lagi karunia berupa kedudukan yang tinggi di kalangan Quraisy, sehingga mendapat gelar terhormat sebagai “Raihanah Quraisy”.

Seharusnya al-Walid bersyukur kepada Allah atas segenap nikmat dan kesenangan yang diterimanya. Akan tetapi, justru sebaliknya dia berpaling dari kebenaran dan bersikap keras kepala. Sifat seperti ini disebutkan dalam Al-Qur’an:

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu. (al-An’am/6: 1).

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan menindak orang yang telah Aku ciptakan. Sesungguhnya Aku telah memberikan kecukupan baginya dengan harta yang berlimpah dan tak putus-putusnya, serta anak keturunan yang selalu menyertainya. Aku berikan ia kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Tetapi ia tak merasa puas dan memohon kepada-Ku untuk menambah lagi hartanya, keturunannya dan kedudukannya tanpa rasa syukur sedikit pun.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 199-200; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Surah Al-Muddatstsir Ayat 15
ثُمَّ يَطۡمَعُ أَنۡ أَزِيدَ

Terjemahan: kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ يَطۡمَعُ أَنۡ أَزِيدَ (Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahkannya.).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ يَطۡمَعُ أَنۡ أَزِيدَ (kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menyatakan bahwa al-Walid ingin sekali supaya Allah menambah kekayaannya, walaupun sudah demikian kaya dalam segala-galanya. Dia masih mengharapkan tambahan dari apa yang sudah ada. Begitulah watak manusia yang tidak kenal puas, tidak pernah terbatas angan-angan dan keinginannya. Watak ini akan selalu muncul sepanjang zaman. Rasulullah saw telah memperingatkan dalam sabdanya yang berbunyi:

Andaikata anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari harta, pastilah ia menginginkan yang kedua dan jika ia memiliki dua lembah, pastilah ia menginginkan yang ketiga. (Riwayat al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidhi, dan Ahmad dari Anas)

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda: Dua orang yang banyak makan yang tidak pernah kenyang (yakni) penuntut ilmu dan pencari harta benda. (Riwayat ad-Darimi dari Ibnu ‘Abbas).

Kesombongan al-Walid memang keterlaluan sekali. Al-Qurthubi mengatakan bahwa al-hasan dan lainnya berkata, “Al-Walid pernah melontarkan ucapan: Kalau memang Muhammad itu seorang yang benar, tentulah surga itu tidak diciptakan melainkan untuk saya. (Riwayat al-Qurthubi dan al-Alusi)

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan menindak orang yang telah Aku ciptakan. Sesungguhnya Aku telah memberikan kecukupan baginya dengan harta yang berlimpah dan tak putus-putusnya, serta anak keturunan yang selalu menyertainya. Aku berikan ia kedudukan dan kekuasaan yang tinggi. Tetapi ia tak merasa puas dan memohon kepada-Ku untuk menambah lagi hartanya, keturunannya dan kedudukannya tanpa rasa syukur sedikit pun.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 16
كَلَّآ إِنَّهُۥ كَانَ لِءَايَٰتِنَا عَنِيدًا

Terjemahan: Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran).

Tafsir Jalalain: كَلَّآ (Sekali-kali tidak) Aku tidak akan memberikan tambahan lagi kepadanya selain dari hal tersebut إِنَّهُۥ كَانَ لِءَايَٰتِنَا (karena sesungguhnya dia terhadap ayat-ayat Kami) yakni terhadap Alquran عَنِيدًا (selalu menentang) selalu melawan dan ingkar.

Tafsir Ibnu Katsir: كَلَّآ إِنَّهُۥ كَانَ لِءَايَٰتِنَا عَنِيدًا (Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran). yaitu orang yang ingkar, yaitu kufur atas nikmat-nikmat-Nya setelah dia mengetahuinya.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan bahwa sikap al-Walid itu tidak akan menambah apa yang diinginkannya, karena sesungguhnya ia menentang ayat-ayat-Nya. Allah sekali-kali tidak akan mengabulkan kehendaknya. Bahkan menurut riwayat, semenjak turunnya pernyataan Allah ini, harta dan kekayaan al-Walid semakin berkurang. Anak pun begitu, meninggal satu persatu sehingga habis semua. Akhirnya al-Walid tinggal sebatang kara.

Al-Walid selalu menunjukkan secara terang-terangan sikap menentang terhadap apa yang disampaikan Nabi Muhammad, berupa dalil-dalil tentang keesaan dan kekuasaan Allah, penjelasan tentang adanya hari kebangkitan, keterangan tentang risalah dan nubuat yang beliau bawa, dan lain-lain. Al-Walid menentang dengan keras wahyu Allah yang diturunkan melalui Muhammad saw. Oleh karena itu, ia berusaha pula hendak berbicara meniru gaya Al-Qur’an.

Dia menganggap kalau Allah tetap hendak mengutus seorang rasul di kalangan bangsa Arab, maka tidak ada yang lebih pantas untuk menerima tugas suci itu melainkan dia sendiri. Begitulah kesombongan dan sikap keras kepala menghilangkan segala kesenangan duniawinya.

Segi lain yang kita ambil dari ayat ini adalah keingkaran al-Walid terhadap Allah dikategorikan kufur ‘inad, maksudnya dia tahu betul dan mengakui dengan hati kecilnya bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad adalah benar, namun lidah (ucapan) tetap mengingkarinya. Inilah jenis kekafiran yang paling kotor dan keji. Seperti banyak terdapat pada masa sekarang. Hati kecil mengakui ajaran agama itu benar dan menguntungkan, namun lidah tetap menentang karena berbagai faktor.

Tafsir Quraish Shihab: Terjegallah ia dengan ketamakannya. Sesungguhnya ia adalah penentang dan pendusta kebenaran al-Qur’ân. Aku akan jegal ia dengan rintangan dan beban berat yang tidak mungkin dapat dilaluinya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 17
سَأُرۡهِقُهُۥ صَعُودًا

Terjemahan: Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.

Tafsir Jalalain: سَأُرۡهِقُهُۥ (Aku akan membebaninya) Aku akan memberatinya صَعُودًا (mendaki pendakian yang memayahkan) yaitu kepayahan karena azab; atau gunung api yang dia daki, kemudian dia jatuh, demikianlah untuk selama-lamanya.

Tafsir Ibnu Katsir: سَأُرۡهِقُهُۥ صَعُودًا (“Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.”) Mujahid mengatakan: “Yakni penderitaan yang diakibatkan oleh adzab.” Qatadah mengatakan: “Yakni adzab yang tiada henti-hentinya.” Demikian itu yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia akan memikulkan kepada al-Walid pendakian yang memayahkan. Maksudnya adalah Tuhan melemparkannya ke dalam neraka yang sangat dahsyat yang tidak ada sanggup ditahan sakitnya. Diibaratkan Allah bahwa kesukaran yang kelak dirasakan pada hari Kiamat diibaratkan seperti pendaki gunung yang disuruh memikul beban yang berat.

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa arti sa’ud (pendakian) dalam ayat ini adalah sebagai berikut:

Sa’ud adalah gunung api (di neraka) yang akan didaki oleh orang-orang kafir selama 70 tahun dan kemudian mereka (yang mendakinya) jatuh lagi ke bawah. Begitulah berulang-ulang untuk selama-lamanya. (Riwayat Ahmad dan at-Tirmidhi dari Abu Sa’id)

Ada yang mengartikan sa’ud itu dengan suatu azab yang kalau sudah menimpa seseorang, tidak akan pernah berhenti.

Tafsir Quraish Shihab: Terjegallah ia dengan ketamakannya. Sesungguhnya ia adalah penentang dan pendusta kebenaran al-Qur’ân. Aku akan jegal ia dengan rintangan dan beban berat yang tidak mungkin dapat dilaluinya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 18
إِنَّهُۥ فَكَّرَ وَقَدَّرَ

Terjemahan: Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya),

Tafsir Jalalain: إِنَّهُۥ فَكَّرَ (Sesungguhnya dia telah memikirkan) tentang apa yang dikatakannya mengenai Alquran yang ia dengar dari Nabi saw. وَقَدَّرَ (dan menetapkan) di dalam dirinya hal tersebut.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّهُۥ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan.”) yakni Kami bebani dia dengan pendakian. Dengan kata lain, Kami dekatkan dia dengan adzab yang sangat berat karena jaraknya yang sangat jauh dari keimanan, karena dia telah memikirkan dan menetapkannya. Yakni dia merenungkan apa yang akan dia katakan mengenai al-Qur’an ketika ditanyakan kepadanya, maka diapun berfikir, ungkapan apa yang bisa dia buat. وَقَدَّرَ (“dan menetapkan.”) merenung.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa sesungguhnya al-Walid memikirkan dan memahami wahyu Allah yang telah didengarnya. Akan tetapi, dia berusaha pula hendak menyusun kata-kata sendiri dengan maksud hendak mencela apa yang ada dalam Al-Qur’an. Dia mereka-reka perkataan lain yang bersifat menentang Al-Qur’an, sehingga orang Quraisy merasa senang dengannya, merasa cocok keinginan mereka dengan al-Walid.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya ia telah memikirkan dan mempersiapkan diri atas segala ucapannya untuk mencela al-Qur’ân. Ia berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari ketetapannya mencela al-Qur’ân. Lalu ia pun berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari persiapannya melakukan pencelaan ini.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 19
فَقُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ

Terjemahan: maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?,

Tafsir Jalalain: فَقُتِلَ (Maka celakalah dia) dikutuk dan diazablah dia. كَيۡفَ قَدَّرَ (Bagaimanakah dia menetapkan?) maksudnya, keadaan apakah yang telah ditetapkannya itu?.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ (maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?,)

Tafsir Kemenag: Allah mengutuk al-Walid dengan kata-kata “celakalah dia, bagaimana dia menetapkan?” Terkutuklah al-Walid dan orang Quraisy yang berbuat seperti itu. Sehubungan dengan hal ini, Allah berfirman:

Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah/9: 30).

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 1-3; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya ia telah memikirkan dan mempersiapkan diri atas segala ucapannya untuk mencela al-Qur’ân. Ia berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari ketetapannya mencela al-Qur’ân. Lalu ia pun berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari persiapannya melakukan pencelaan ini.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 20
ثُمَّ قُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ

Terjemahan: kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ قُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ (Kemudian celakalah dia. Bagaimanakah dia menetapkan?).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ قُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ (kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?,)

Tafsir Kemenag: Maka celakalah al-Walid bagaimana dia menetapkan. Kata-kata ini diulang lagi oleh Allah. Begitu kerasnya kutukan Allah kepada al-Walid, karena dia telah menetapkan begitu saja bahwa apa yang diucapkan oleh Nabi Muhammad adalah sihir dan menuduh beliau sebagai tukang sihir, seperti disebutkan dalam ayat ke-24 di depan.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya ia telah memikirkan dan mempersiapkan diri atas segala ucapannya untuk mencela al-Qur’ân. Ia berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari ketetapannya mencela al-Qur’ân. Lalu ia pun berhak mendapatkan kebinasaan sebagai akibat dari persiapannya melakukan pencelaan ini.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 21
ثُمَّ نَظَرَ

Terjemahan: kemudian dia memikirkan,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ نَظَرَ (Kemudian ia memikirkan) rencana yang ditekuninya itu, atau dia melayangkan pandangannya ke muka kaumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ نَظَرَ (“Kemudian dia memikirkan”) yakni melakukan pandangan ulang dan perenungan.

Tafsir Kemenag: Kemudian al-Walid memikirkan berulang-ulang kalau-kalau ada suatu kesalahan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Ia juga berharap kalau-kalau ada ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan keinginannya. Lalu dia teliti kembali boleh jadi ada titik kelemahan ayat yang dapat dijadikan senjata untuk mengkritik dan mencela Nabi Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu ia menatapi wajah-wajah manusia. Ia pun mengerutkan wajahnya sehingga tampak semakin suram. Kemudian ia berpaling dari kebenaran dan merasa sombong untuk mengakui kebenaran. Ia pun berkata, “Ini tidak lain hanyalah suatu sihir yang didapatkannya dari orang-orang terdahulu.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 22
ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ

Terjemahan: sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ عَبَسَ (Sesudah itu dia bermasam muka) mukanya cemberut dan suram karena merasa sempit dengan apa yang dikatakannya وَبَسَرَ (dan merengut) makin bertambah masam mukanya.

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ عَبَسَ (“Sesudah itu dia bermasam muka”) yakni menarik kedua matanya dan mengerutkan dahi, وَبَسَرَ (“dan merengut.”) yakni sinis, dan tampak benci. Dari kata itu pula muncul ungkapan Taubah bin Humair: “Dan aku dibuat ragu oleh beberapa rintangan yang aku temukan, dan penghalang serta kesinisannya terhadap kepentinganku.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa al-Walid bermasam muka dan cemberut karena gagal mencari kelemahan Al-Qur’an, dan tidak tahu lagi apa yang harus diucapkan untuk mencelanya. Hal ini merupakan isyarat bahwa al-Walid dan orang-orang yang ahli seperti dia sebenarnya dalam hati kecilnya telah mengakui kebenaran Nabi Muhammad. Hanya saja sikap keras kepalanya (kufur ‘inad) mendorongnya untuk mencaci dan mencela Nabi. Andaikata ia mantap pada keyakinannya akan kebenaran tersebut, tentu dia mendapat yang ia inginkan. Tidak mungkin dia berwajah cemberut yang melambangkan perasaan yang tidak puas.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu ia menatapi wajah-wajah manusia. Ia pun mengerutkan wajahnya sehingga tampak semakin suram. Kemudian ia berpaling dari kebenaran dan merasa sombong untuk mengakui kebenaran. Ia pun berkata, “Ini tidak lain hanyalah suatu sihir yang didapatkannya dari orang-orang terdahulu.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 23
ثُمَّ أَدۡبَرَ وَٱسۡتَكۡبَرَ

Terjemahan: kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَدۡبَرَ (Kemudian dia berpaling) dari iman وَٱسۡتَكۡبَرَ (dan menyombongkan diri) sombong tidak mau mengikut Nabi saw.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: ثُمَّ أَدۡبَرَ وَٱسۡتَكۡبَرَ (“Kemudian dia berpaling dan menyombongkan diri.”) yakni berpaling dari kebenaran dan kembali dengan sikap sombong lagi enggan untuk tunduk kepada al-Qur’an.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa al-Walid berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri dengan memalingkan muka dari menatap kebenaran tersebut. Sambil menunjukkan keangkuhannya, ia sama sekali tidak mau tunduk dan patuh kepada kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu ia menatapi wajah-wajah manusia. Ia pun mengerutkan wajahnya sehingga tampak semakin suram. Kemudian ia berpaling dari kebenaran dan merasa sombong untuk mengakui kebenaran. Ia pun berkata, “Ini tidak lain hanyalah suatu sihir yang didapatkannya dari orang-orang terdahulu.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 24
فَقَالَ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٌ يُؤۡثَرُ

Terjemahan: lalu dia berkata: “(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

Tafsir Jalalain: فَقَالَ (Lalu dia berkata) di dalam menanggapi apa yang didatangkan oleh Nabi saw. yakni Alquran إِنۡ هَٰذَآ (“Tiada lain) إِلَّا سِحۡرٌ يُؤۡثَرُ (Alquran ini hanyalah sihir yang dipelajari”) maksudnya, yang diambil dari tukang-tukang sihir.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقَالَ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٌ يُؤۡثَرُ (“seraya berkata: ‘[Al-Qur’an] ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari.’”) yakni sihir yang dinukil oleh Muhammad dari orang-orang sebelumnya dan dia menceritakannya dari mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa al-Walid lalu mengatakan bahwa Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Menurut dugaannya, Al-Qur’an adalah suatu ucapan yang disalin Muhammad dari orang lain yang lebih dahulu daripadanya, diterima dari orang yang bercerita kepadanya.

Al-Walid juga mengatakan bahwa Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. Maksudnya selain menuduh Al-Qur’an sebagai sihir yang bisa dipelajari, juga perkataan manusia biasa dan Muhammad mencurinya dari ucapan-ucapan orang lain. Secara ringkas, ia mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan kalamullah seperti yang didakwahkan oleh Muhammad.

Andaikata tuduhan al-Walid itu benar, bahwa Al-Qur’an itu perkataan manusia biasa, tentu orang lain selain Muhammad saw sanggup pula menyusun seperti itu atau membuat tantangan yang lebih bagus lagi. Padahal di kalangan bangsa Arab banyak sekali terdapat tokoh-tokoh sastrawan yang lidahnya fasih bersyair dan berpidato.

Di antara mereka, juga ada yang mendalam penguasaannya tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Namun demikian, tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi ucapan yang keluar dari mulut Muhammad itu.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu ia menatapi wajah-wajah manusia. Ia pun mengerutkan wajahnya sehingga tampak semakin suram. Kemudian ia berpaling dari kebenaran dan merasa sombong untuk mengakui kebenaran. Ia pun berkata, “Ini tidak lain hanyalah suatu sihir yang didapatkannya dari orang-orang terdahulu.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 25
إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا قَوۡلُ ٱلۡبَشَرِ

Terjemahan: ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”.

Tafsir Jalalain: إِنۡ (“Tiada lain) هَٰذَآ إِلَّا قَوۡلُ ٱلۡبَشَرِ (ini hanyalah perkataan manusia”) sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik lainnya, yaitu bahwasanya Alquran ini diajarkan kepadanya oleh manusia.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu dia berkata: إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا قَوۡلُ ٱلۡبَشَرِ (“Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.”) yakni bukan firman Allah. Dan orang yang disebutkan dalam redaksi ayat-ayat di atas adalah al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi, salah seorang pemimpin Quraisy semoga Allah melaknatnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa al-Walid lalu mengatakan bahwa Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Menurut dugaannya, Al-Qur’an adalah suatu ucapan yang disalin Muhammad dari orang lain yang lebih dahulu daripadanya, diterima dari orang yang bercerita kepadanya.

Al-Walid juga mengatakan bahwa Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. Maksudnya selain menuduh Al-Qur’an sebagai sihir yang bisa dipelajari, juga perkataan manusia biasa dan Muhammad mencurinya dari ucapan-ucapan orang lain. Secara ringkas, ia mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan kalamullah seperti yang didakwahkan oleh Muhammad.

Andaikata tuduhan al-Walid itu benar, bahwa Al-Qur’an itu perkataan manusia biasa, tentu orang lain selain Muhammad saw sanggup pula menyusun seperti itu atau membuat tantangan yang lebih bagus lagi.

Baca Juga:  Surat ad Dhuha; Profil, Tafsir dan Hukum Tajwid di Dalamnya

Padahal di kalangan bangsa Arab banyak sekali terdapat tokoh-tokoh sastrawan yang lidahnya fasih bersyair dan berpidato. Di antara mereka, juga ada yang mendalam penguasaannya tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Namun demikian, tidak ada seorang pun yang sanggup menandingi ucapan yang keluar dari mulut Muhammad itu.

Tafsir Quraish Shihab: Ini hanyalah perkataan manusia yang telah diketahui oleh Muhammad, tetapi kemudian dikatakannya dari sisi Allah.”

Surah Al-Muddatstsir Ayat 26
سَأُصۡلِيهِ سَقَرَ

Terjemahan: Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.

Tafsir Jalalain: سَأُصۡلِيهِ (Aku akan memasukkannya) akan menjerumuskannya سَقَرَ (ke dalam Saqar) yakni neraka Jahanam.

Tafsir Ibnu Katsir: سَأُصۡلِيهِ سَقَرَ (Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah menggambarkan balasan yang setimpal bagi orang yang begitu lancang menuduh Al-Qur’an sebagai ucapan manusia. Allah akan memasukkan al-Walid ke dalam neraka Saqar. Saqar adalah salah satu nama neraka.

Tafsir Quraish Shihab: Aku akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam untuk membakarnya. Tahukah kamu, apakah neraka jahanam itu? Neraka jahanam adalah neraka yang tidak membiarkan daging dan tulang tanpa terbakar. Yang akan menghanguskan sampai ke kulit luarnya. Di sana terdapat sembilan belas malaikat yang akan menjaga dan menyiksa penghuninya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 27
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سَقَرُ

Terjemahan: Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?

Tafsir Jalalain: وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سَقَرُ (Tahukah kamu, apakah Saqar itu?) ungkapan ini menggambarkan tentang kedahsyatannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سَقَرُ (“Tahukah kamu apa neraka saqar itu?”) hal itu untuk menggambarkan kengerian dan kedahsyatannya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan sifat neraka Saqar. Perkataan wa ma adra ka (dan tahukah engkau) dalam bahasa Arab menunjukkan besar dan sangat dahsyatnya masalah yang dipertanyakan. Apakah yang engkau ketahui tentang Saqar? Dan pasti tidak seorang pun mengetahuinya dan mencapai hakikatnya kecuali dengan keterangan yang diberikan oleh wahyu.

Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak mengembalikan. Artinya setiap tubuh manusia yang di bakarnya, tidak satu pun yang tersisa dari daging maupun tulang. Kemudian tubuh yang telah hangus itu dikembalikan lagi menjadi baru dan segar, tetapi dibakar lagi sampai hangus untuk kedua kali dan seterusnya. Keterangan seperti itu kita peroleh dari ayat yang lain berbunyi:

Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. (an-Nisa’/4: 56).

Tafsir Quraish Shihab: Aku akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam untuk membakarnya. Tahukah kamu, apakah neraka jahanam itu? Neraka jahanam adalah neraka yang tidak membiarkan daging dan tulang tanpa terbakar. Yang akan menghanguskan sampai ke kulit luarnya. Di sana terdapat sembilan belas malaikat yang akan menjaga dan menyiksa penghuninya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 28
لَا تُبۡقِى وَلَا تَذَرُ

Terjemahan: Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

Tafsir Jalalain: لَا تُبۡقِى وَلَا تَذَرُ (Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan) sedikit pun dari daging dan otot melainkan dia melahapnya habis-habisan, kemudian daging dan otot itu kembali seperti semula, lalu dilahapnya lagi, demikianlah seterusnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Dia menafsirkan hal tersebut melalui firman-Nya: لَا تُبۡقِى وَلَا تَذَرُ (“Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.”) yakni yang memakan daging, keringat, urat-urat dan kulit-kulit mereka. Setelah itu akan diganti dengan yang lainnya. Pada saat itu mereka tidak mati dan tidak juga hidup. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Buraidah dan Abu Sinan serta yang lainnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan sifat neraka Saqar. Perkataan wa ma adra ka (dan tahukah engkau) dalam bahasa Arab menunjukkan besar dan sangat dahsyatnya masalah yang dipertanyakan. Apakah yang engkau ketahui tentang Saqar? Dan pasti tidak seorang pun mengetahuinya dan mencapai hakikatnya kecuali dengan keterangan yang diberikan oleh wahyu.

Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak mengembalikan. Artinya setiap tubuh manusia yang di bakarnya, tidak satu pun yang tersisa dari daging maupun tulang. Kemudian tubuh yang telah hangus itu dikembalikan lagi menjadi baru dan segar, tetapi dibakar lagi sampai hangus untuk kedua kali dan seterusnya. Keterangan seperti itu kita peroleh dari ayat yang lain berbunyi:

Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. (an-Nisa’/4: 56).

Tafsir Quraish Shihab: Aku akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam untuk membakarnya. Tahukah kamu, apakah neraka jahanam itu? Neraka jahanam adalah neraka yang tidak membiarkan daging dan tulang tanpa terbakar. Yang akan menghanguskan sampai ke kulit luarnya. Di sana terdapat sembilan belas malaikat yang akan menjaga dan menyiksa penghuninya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 29
لَوَّاحَةٌ لِّلۡبَشَرِ

Terjemahan: (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.

Tafsir Jalalain: لَوَّاحَةٌ لِّلۡبَشَرِ (Lagi sangat membakar kulit manusia) membakar permukaan kulit dengan cepat.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: لَوَّاحَةٌ لِّلۡبَشَرِ “[Neraka saqar] adalah pembakar kulit manusia.”) Mujahid mengatakan: “Yakni yang membakar kulit.” Abu Razin mengemukakan: “Membakar kulit sehingga menjadi hitam legam, lebih legam dari malam hari.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa neraka Saqar itu pembakar kulit manusia. Maksudnya, Saqar itu membakar hangus kulit manusia sampai hitam warnanya. Makna kata lawwahah dalam ayat ini sebenarnya adalah “yang mengubah kulit menjadi hitam”. Lebih hitam dari kegelapan malam.

Tafsir Quraish Shihab: Aku akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam untuk membakarnya. Tahukah kamu, apakah neraka jahanam itu? Neraka jahanam adalah neraka yang tidak membiarkan daging dan tulang tanpa terbakar. Yang akan menghanguskan sampai ke kulit luarnya. Di sana terdapat sembilan belas malaikat yang akan menjaga dan menyiksa penghuninya.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 30
عَلَيۡهَا تِسۡعَةَ عَشَرَ

Terjemahan: Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

Tafsir Jalalain: عَلَيۡهَا تِسۡعَةَ عَشَرَ (Di atasnya ada sembilan belas) malaikat yang bertugas menjaganya. Seorang di antara orang-orang kafir yang terkenal dengan kekuatan dan kekerasan tubuhnya mengatakan, “Aku menjamin kalian untuk dapat mengalahkan tujuh belas malaikat itu, dan kalian harus menjamin aku untuk dapat mengalahkan dua malaikat lainnya.” Maka Allah berfirman:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: عَلَيۡهَا تِسۡعَةَ عَشَرَ (“Di atasnya ada sembilanbelas.”) yakni dari para malaikat Zabaniyah terdepan, postur mereka tampak besar lagi kasar.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa Saqar itu dijaga oleh 19 malaikat yang dikepalai oleh Malik. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan Ibnu Mardawaih dari al-Bara’ bahwa serombongan orang Yahudi pernah bertanya kepada sebagian sahabat Nabi tentang penjaga-penjaga neraka Jahanam. Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Kemudian turunlah Jibril kepada Rasulullah menerangkan tentang apa yang mereka tanyakan itu, seperti dalam ayat ke-30 ini.

Tafsir Quraish Shihab: Aku akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam untuk membakarnya. Tahukah kamu, apakah neraka jahanam itu? Neraka jahanam adalah neraka yang tidak membiarkan daging dan tulang tanpa terbakar. Yang akan menghanguskan sampai ke kulit luarnya. Di sana terdapat sembilan belas malaikat yang akan menjaga dan menyiksa penghuninya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Muddatstsir Ayat 11-30 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S