Surah Al-Muddatstsir Ayat 31-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Muddatstsir Ayat 31-37

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Muddatstsir Ayat 31-37 ini, Allah menegaskan bahwa petugas yang diangkat oleh Allah untuk mengurus urusan neraka dan memberikan siksaan kepada penghuninya adalah para malaikat. Mereka diberi kepercayaan mengatur dan mengawasinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Muddatstsir Ayat 31-37

Surah Al-Muddatstsir Ayat 31
وَمَا جَعَلۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً وَمَا جَعَلۡنَا عِدَّتَهُمۡ إِلَّا فِتۡنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ لِيَسۡتَيۡقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنًا وَلَا يَرۡتَابَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَلِيَقُولَ ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَٱلۡكَٰفِرُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُ وَمَا يَعۡلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِىَ إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡبَشَرِ

Terjemahan: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan):

“Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

Tafsir Jalalain: وَمَا جَعَلۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً (Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan malaikat) yakni mereka tidak akan dapat dilawan, tidak sebagaimana yang diduga oleh orang-orang kafir وَمَا جَعَلۡنَا عِدَّتَهُمۡ (dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka) yang sembilan belas itu إِلَّا فِتۡنَةً (melainkan untuk jadi cobaan) atau membawa kepada kesesatan لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ (bagi orang-orang kafir) seumpamanya mereka mengatakan, mengapa jumlah malaikat-malaikat penjaga neraka itu hanya sembilan belas? لِيَسۡتَيۡقِنَ (supaya menjadi yakin) menjadi tambah jelas ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ (orang-orang yang diberi Alkitab) artinya, supaya orang-orang Yahudi yakin akan kebenaran Nabi saw. yang telah menyatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas malaikat, dan ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab mereka,

وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ (dan supaya orang-orang yang beriman bertambah) yaitu, orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab إِيمَٰنًا (imannya) kepercayaannya, karena apa yang dijelaskan oleh Nabi saw. itu sesuai dan cocok dengan keterangan yang terdapat di dalam Kitab mereka وَلَا يَرۡتَابَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ (dan supaya orang-orang yang diberi Alkitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu) yaitu orang-orang yang beriman bukan dari kalangan mereka; tentang bilangan malaikat-malaikat penjaga neraka itu,

وَلِيَقُولَ ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ (dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit) berupa keragu-raguan; mereka berada di Madinah وَٱلۡكَٰفِرُونَ (dan orang-orang kafir mengatakan) yaitu orang-orang kafir Mekah: مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا (“Apakah yang dikehendaki Allah dengan hal ini) yakni bilangan ini مَثَلًا (sebagai suatu perumpamaan?”) mereka menamakannya sebagai perumpamaan, karena hal itu amat aneh didengar oleh mereka. Lafal Matsalan berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan.

كَذَٰلِكَ (Demikianlah) sebagaimana disesatkan-Nya orang yang tidak mempercayai bilangan ini, dan diberi-Nya petunjuk orang yang percaya kepada-Nya يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُ وَمَا يَعۡلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ (Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu) yaitu malaikat-malaikat tentang kekuatan dan kemampuan mereka إِلَّا هُوَ وَمَا هِىَ إِلَّا (melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain) neraka itu ذِكۡرَىٰ لِلۡبَشَرِ (hanyalah peringatan bagi manusia.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَا جَعَلۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ (“Dan tidaklah Kami jadikan penjaga neraka itu.”) yakni penjaganya, إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً (“melainkan dari malaikat.”) yakni malaikat Zabaniyah yang tampak bengis lagi kasar. Hal tersebut sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrik Quraisy ketika mereka menyebutkan jumlah penjaga neraka tersebut, dimana Abu Jahal mengatakan:

“Wahai sekalian kaum Quraisy, tidak mampukah setiap sepuluh orang di antara kalian melawan satu malaikat dan mengalahkannya?” maka Allah berfirman: وَمَا جَعَلۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً (“Dan tidaklah Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat.”) yakni berpenampilan sangar , tidak ada yang berani melawan dan mengalahkannya.

Ada yang mengatakan bahwa Abul Asydain, namanya adalah Kildah bin Usaid bin Khalaf, ia berkata: “Wahai sekalian kaum Quraisy kalian lawan dua dari mereka untuk menjagaku, dan aku akan melawan tujuh belas dari mereka untuk menjaga kalian.” Hal itu sebagai bentuk ke’ujubannya [kesombongannya] atas dirinya sendiri.

Menurut mereka orang ini mempunyai kekuatan yang luar biasa, dimana dia berdiri di atas kulit sapi, lalu kulit tersebut ditarik oleh sepuluh orang untuk melepaskannya dari bawah kakinya, dan ternyata kulit sapi itu robek sedang dia tidak bergeming dari tempatnya.

As-Suhaili mengatakan bahwa orang itulah yang pernah mengajak Rasulullah saw. bertarung dengannya seraya berkata: “Jika kamu bisa mengalahkanku maka aku akan beriman kepadamu.” Maka Nabi pun berhasil mengalahkannya namun dia tetap tidak beriman. Dia mengatakan, Ibnu Ishaq telah menisbatkan kabar itu kepada Rakanah bin ‘Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib. Dapat dikatakan bahwa tidak ada pertentangan antara apa yang disebutkan oleh keduanya. wallaaHu a’lam.

Firman Allah Ta’ala: وَمَا جَعَلۡنَا عِدَّتَهُمۡ إِلَّا فِتۡنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ (“Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka ituj melainkan agar menjadi cobaan bagi orang-orang kafir.”) maksudnya Kami menyebutkan jumlah mereka, yakni sembilan belas orang, sebagai ujian dari Kami untuk manusia.

لِيَسۡتَيۡقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ (“Supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin.”) yakni mengetahui bahwa Rasul itu benar, dan bahwasannya ia berbicara sesuai dengan kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya, yang ada di tangan mereka.

Firman Allah: وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنًا (“Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.”) yakni disamping keimanan mereka atas apa yang mereka saksikan, berupa kebenaran berita nabi mereka, Muhammad saw.

وَلَا يَرۡتَابَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَلِيَقُولَ ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ (“Dan agar orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang yang di dalam hatinya ada penyakit.”) yakni dari kalangan orang-orang munafik.

وَٱلۡكَٰفِرُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا (“Dan orang-orang kafir [mengatakan]: ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?’”) yakni mereka mengatakan: “Apa hikmah dari penyebutan ini?”

Baca Juga:  Surah Al-Mulk Ayat 6-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُ (“Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”) yakni perumpamaan seperti ini dan juga yang semisalnya akan mempertebal keimanan dalam hati sebagian orang dan menurunkan keimanan sebagian yang lainnya. Dan dalam hal ini, Dia memiliki hikmah yang besar dan hujjah yang pasti.

Firman Allah: وَمَا يَعۡلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ (“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri.”) maksudnya, tidak ada yang mengetahui jumlah dan banyaknya kecuali hanya Dia Yang Mahatinggi. Yang demikian itu dimaksudkan agar tidak ada orang yang mengira bahwa jumlah mereka hanya sembilan belas, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh kelompok orang-orang sesat lagi bodoh.

Dan telah ditetapkan pula di dalam hadist isra’ yang diriwayatkan dalam kitab ash-Shahihain dan juga yang lainnya, dari Rasulullah saw., bahwa beliau pernahbersabda berkenaan dengan sifat Baitul Ma’mur di langit tingkat ketujuh: “Ternyata setiap harinya ia dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat dan mereka tidak kembali [keluar] lagi.”

Firman Allah: وَمَا هِىَ إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡبَشَرِ (“Dan neraka saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.”) Mujahid dan lain-lainnya mengatakan: wa maa Hiya; yaitu neraka yang disifati, إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡبَشَرِ (“tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.”)

Tafsir Kemenag: Pada permulaan ayat ini, Allah menegaskan bahwa petugas yang diangkat oleh Allah untuk mengurus urusan neraka dan memberikan siksaan kepada penghuninya adalah para malaikat. Mereka diberi kepercayaan mengatur dan mengawasinya.

Mereka adalah makhluk Allah yang hebat dan perkasa serta bertindak atas perintah-Nya. Mereka bukan manusia dan bukan pula jin, sebab yang disiksa di sana adalah kedua makhluk itu. Andaikata penjaga neraka itu dari jenis manusia atau jin, tentu mereka akan kasihan dan lemah lembut kepada makhluk yang sejenis dengan mereka.

Adapun jumlah mereka yang sedikit itu (19 malaikat) dibandingkan dengan begitu luas neraka yang tiada bertepi yang harus diawasi serta puluhan miliar jin dan manusia yang mengisinya, hanyalah sekadar ujian dan cobaan bagi golongan yang tidak percaya. Sehingga mereka berkata seenaknya bahwa mereka sanggup berkelahi dengan malaikat, seperti ucapan Ibnu Kaladah di atas. Allah dengan sengaja menyebutkan jumlah yang sedikit itu agar orang kafir itu semakin congkak, sehingga berlipat-ganda pula pembalasan yang harus mereka derita.

Fitnah (cobaan) yang dimaksudkan di sini tentulah karena jumlah mereka yang terlalu sedikit. Hal itu bagi orang yang tidak percaya akan menimbulkan tanda tanya, “Bagaimana pula malaikat yang tidak sampai 20 itu sanggup mengendalikan jutaan bahkan ribuan juta jin dan manusia yang menghuni neraka?

Padahal kalau mereka menyadari, sesungguhnya malaikat itu hanyalah sekadar alat belaka (atribut) yang bekerja atas perintah dan kekuasaan Allah. Biar pun hanya dua atau tiga malaikat, akan tetapi kalau Zat Yang Mahakuasa di belakangnya, pasti pekerjaan itu berjalan lancar.

Sebaliknya untuk orang yang telah diturunkan kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) keterangan ayat ini seharusnya menambahkan keyakinan mereka akan kebenaran yang diucapkan oleh Nabi Muhammad. Sebab, jumlah yang 19 itu sesuai dengan keterangan yang mereka peroleh dalam kitab-kitab suci mereka (Taurat dan Injil).

Allah sekaligus menegaskan bahwa antara kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya itu tidak mungkin ada pertentangan satu sama lain. Orang beriman pasti akan bertambah yakin dengan keimanannya, sebab mereka melihat bagaimana orang ahli kitab membenarkan dan mengakui ayat Al-Qur’an, karena sesuai isinya dengan Taurat dan Injil.

Dengan demikian, orang-orang beriman dan golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang bersifat jujur tidak meragukan lagi pengertian kalimat 19 malaikat itu. Mereka (ahli kitab) juga tidak ragu lagi bagaimana hakikat iman seorang muslim, bahkan mereka diharapkan pula dapat menjelaskan hal demikian kepada orang yang masih ragu-ragu, seperti kepada golongan munafik dan lain-lain.

Di sini disebutkan tentang ahli kitab dan munafik, padahal ayatnya diturunkan di Mekah, dan orang ahli Kitab dan munafik baru muncul setelah Rasulullah saw berada di Medinah. Oleh karena itu, ayat ini harus dipandang sebagai berita gaib yang pasti akan terjadi yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad. Menceritakan yang masih gaib atau belum terwujud termasuk salah satu bentuk mukjizat Nabi seperti disebutkan dalam kitab-kitab hadis.

Bagi orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran yang dibawa Nabi saw akan mempertanyakan kembali soal malaikat yang 19 itu. Apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dengan menyebutkan bilangan terlalu sedikit ini, dan kenapa tidak disebutkan 20 saja? Karena kebiasaan yang berlaku menyebut contoh/misal selalu menggunakan bilangan genap, maka perumpamaan Allah ini dipandang ganjil.

Lalu Allah menjelaskan, “Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dari golongan munafik dan musyrik yang selalu mempersoalkan jumlah bilangan malaikat itu. Akan tetapi, Dia pula yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar bagi orang yang dikehendaki-Nya sehingga mereka paham dengan maksud ayat ini.

Dari keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa perbedaan pendapat di kalangan manusia bahkan antara orang muslim adalah wajar, dan itu merupakan sunatullah. Hanya orang yang mendapat bimbingan akan memperoleh hakikat yang sebenarnya dari masalah yang dipersoalkan.

Allah kembali menegaskan kekuasaan-Nya bahwa hanya Dia yang tahu hakikat malaikat yang diperintahkan untuk mengawasi orang-orang kafir di neraka. Hanya Dia saja yang mengerti bagaimana sesungguhnya malaikat yang bertugas itu. Tidak ada seorang pun manusia yang mengerti hikmah menjadikan jumlah 19 itu.

Ada yang menerangkan bahwa ayat ini turun sebagai jawaban dari ucapan Abu Jahal ketika mendengar ayat tentang penjaga neraka 19 orang itu, “Tahukah engkau bahwa Tuhan Muhammad itu cuma 19 malaikat saja penolong-Nya?” Yang jelas 19 malaikat itu dibantu oleh tentara Allah yang lain yang banyaknya tiada yang tahu melainkan Dia saja.

Ayat ini menegaskan bahwa neraka Saqar yang disertai dengan gambaran seperti diturunkan ayat di atas, merupakan peringatan bagi sekalian manusia.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Kami pun tidak menjadikan jumlah penjaga neraka sebanyak sembilan belas malaikat melainkan untuk menguji orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi al-Kitab meyakini bahwa apa yang dikatakan al-Qur’ân mengenai penjaga neraka jahanam adalah benar dari sisi Allah sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab suci mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Anbiya Ayat 36-37 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Demikian juga, agar para pengikut Muhammad semakin bertambah imannya, dan mereka yang telah diberikan al-Kitab beserta orang-orang Mukmin tidak lagi meragukan kebenaran hal ini. Sebaliknya, orang-orang munafik dan orang-orang kafir akan bertanya-tanya,

“Perumpamaan apakah yang Allah inginkan dari jumlah yang aneh ini?” Sesuai dengan kadar kesesatan atau petunjuk seperti disebutkan di atas, Allah akan membuat sesat orang-orang kafir dan memberi petunjuk kepada orang-orang Mukmin.

Demikian banyaknya balatentara Allah sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia yang Mahasuci dan Mahaagung. Neraka Saqar tidak lain hanyalah suatu peringatan kepada manusia dan ancaman yang menakutkan bagi mereka.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 32
كَلَّا وَٱلۡقَمَرِ

Terjemahan: Sekali-kali tidak, demi bulan,

Tafsir Jalalain: كَلَّا (Ingatlah) lafal Kallaa pada ayat ini merupakan lafal yang mengandung makna Istiftah atau kata pembuka, artinya, ingatlah وَٱلۡقَمَرِ (demi bulan.).

Tafsir Ibnu Katsir: كَلَّا وَٱلۡقَمَرِ (Sekali-kali tidak, demi bulan,)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Kata-kata “kalla” (sekali-kali tidak) juga merupakan bantahan terhadap ucapan-ucapan orang musyrik di atas. Untuk menguatkan hal itu, Allah bersumpah dengan bulan, malam bila ia telah berlalu, dan bila subuh mulai bersinar. Dengan bulan, malam, dan subuh itu Allah menegaskan bahwa neraka Saqar itu merupakan suatu bencana yang amat dahsyat bagi umat manusia.

Ada yang menerangkan bahwa maksud ihda al-kubar (salah satu bencana yang sangat besar) adalah salah satu dari tujuh neraka yang dahsyat. Ketujuh lembah neraka (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lain) itu adalah: Jahanam, Ladha, Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan Hawiyah.

Hal tersebut adalah sebagai ancaman bagi manusia. Adanya tujuh neraka itu (satu di antaranya Saqar) merupakan ancaman bagi yang masih tidak mau tunduk kepada kehendak Allah.

Ada yang mengartikan nadhir (yang memberi ancaman) itu adalah sifat Allah, sehingga arti ayat ini adalah: “Aku ini memberikan ancaman kepadamu, karena itu hendaklah kamu takut kepada ancaman itu”. Ada yang mengartikan nadhir sebagai sifat Nabi Muhammad seperti disebutkan dalam ayat kedua di atas tadi.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai penolakan bagi orang yang diancam dengan neraka tapi tidak membuatnya takut dan waspada, Aku bersumpah demi bulan dan demi malam apabila telah berlalu serta demi waktu subuh apabila telah bersinar dan mulai terang, bahwa sesungguhnya neraka Saqar itu benar-benar merupakan salah satu malapetaka terdahsyat yang mengancam dan menakutkan.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 33
وَٱلَّيۡلِ إِذۡ أَدۡبَرَ

Terjemahan: dan malam ketika telah berlalu,

Tafsir Jalalain: وَٱلَّيۡلِ إِذۡ (Dan malam ketika) dibaca Idzaa bukan Idz أَدۡبَرَ (datang) sesudah siang hari habis. Akan tetapi menurut suatu qiraat dibaca Adbara, yakni telah berlalu.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱلَّيۡلِ إِذۡ أَدۡبَرَ (dan malam ketika telah berlalu,) yakni telah lewat.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Kata-kata “kalla” (sekali-kali tidak) juga merupakan bantahan terhadap ucapan-ucapan orang musyrik di atas. Untuk menguatkan hal itu, Allah bersumpah dengan bulan, malam bila ia telah berlalu, dan bila subuh mulai bersinar. Dengan bulan, malam, dan subuh itu Allah menegaskan bahwa neraka Saqar itu merupakan suatu bencana yang amat dahsyat bagi umat manusia.

Ada yang menerangkan bahwa maksud ihda al-kubar (salah satu bencana yang sangat besar) adalah salah satu dari tujuh neraka yang dahsyat. Ketujuh lembah neraka (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lain) itu adalah: Jahanam, Ladha, Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan Hawiyah.

Hal tersebut adalah sebagai ancaman bagi manusia. Adanya tujuh neraka itu (satu di antaranya Saqar) merupakan ancaman bagi yang masih tidak mau tunduk kepada kehendak Allah.

Ada yang mengartikan nadhir (yang memberi ancaman) itu adalah sifat Allah, sehingga arti ayat ini adalah: “Aku ini memberikan ancaman kepadamu, karena itu hendaklah kamu takut kepada ancaman itu”. Ada yang mengartikan nadhir sebagai sifat Nabi Muhammad seperti disebutkan dalam ayat kedua di atas tadi.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai penolakan bagi orang yang diancam dengan neraka tapi tidak membuatnya takut dan waspada, Aku bersumpah demi bulan dan demi malam apabila telah berlalu serta demi waktu subuh apabila telah bersinar dan mulai terang, bahwa sesungguhnya neraka Saqar itu benar-benar merupakan salah satu malapetaka terdahsyat yang mengancam dan menakutkan.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 34
وَٱلصُّبۡحِ إِذَآ أَسۡفَرَ

Terjemahan: dan subuh apabila mulai terang.

Tafsir Jalalain: وَٱلصُّبۡحِ إِذَآ أَسۡفَرَ (Dan subuh apabila mulai terang) mulai menampakkan sinarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱلصُّبۡحِ إِذَآ أَسۡفَرَ (“Dan shubuh apabila mulai terang.”) yakni telah muncul.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Kata-kata “kalla” (sekali-kali tidak) juga merupakan bantahan terhadap ucapan-ucapan orang musyrik di atas. Untuk menguatkan hal itu, Allah bersumpah dengan bulan, malam bila ia telah berlalu, dan bila subuh mulai bersinar. Dengan bulan, malam, dan subuh itu Allah menegaskan bahwa neraka Saqar itu merupakan suatu bencana yang amat dahsyat bagi umat manusia.

Ada yang menerangkan bahwa maksud ihda al-kubar (salah satu bencana yang sangat besar) adalah salah satu dari tujuh neraka yang dahsyat. Ketujuh lembah neraka (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lain) itu adalah: Jahanam, Ladha, Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan Hawiyah.

Hal tersebut adalah sebagai ancaman bagi manusia. Adanya tujuh neraka itu (satu di antaranya Saqar) merupakan ancaman bagi yang masih tidak mau tunduk kepada kehendak Allah.

Ada yang mengartikan nadhir (yang memberi ancaman) itu adalah sifat Allah, sehingga arti ayat ini adalah: “Aku ini memberikan ancaman kepadamu, karena itu hendaklah kamu takut kepada ancaman itu”. Ada yang mengartikan nadhir sebagai sifat Nabi Muhammad seperti disebutkan dalam ayat kedua di atas tadi.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai penolakan bagi orang yang diancam dengan neraka tapi tidak membuatnya takut dan waspada, Aku bersumpah demi bulan dan demi malam apabila telah berlalu serta demi waktu subuh apabila telah bersinar dan mulai terang, bahwa sesungguhnya neraka Saqar itu benar-benar merupakan salah satu malapetaka terdahsyat yang mengancam dan menakutkan.

Baca Juga:  Cetakan Al-Quran di Indonesia Pada Masa Awal Abad ke-20

Surah Al-Muddatstsir Ayat 35
إِنَّهَا لَإِحۡدَى ٱلۡكُبَرِ

Terjemahan: Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar,

Tafsir Jalalain: إِنَّهَا (Sesungguhnya Saqar itu) neraka Saqar itu لَإِحۡدَى ٱلۡكُبَرِ (adalah salah satu bencana yang amat besar) malapetaka yang paling besar.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّهَا لَإِحۡدَى ٱلۡكُبَرِ (“Sesungguhnya neraka saqar itu adalah salah satu benacana yang amat besar.”) yakni sangat besar, yaitu neraka. demikian yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas dan banyak ulama salaf.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Kata-kata “kalla” (sekali-kali tidak) juga merupakan bantahan terhadap ucapan-ucapan orang musyrik di atas. Untuk menguatkan hal itu, Allah bersumpah dengan bulan, malam bila ia telah berlalu, dan bila subuh mulai bersinar. Dengan bulan, malam, dan subuh itu Allah menegaskan bahwa neraka Saqar itu merupakan suatu bencana yang amat dahsyat bagi umat manusia.

Ada yang menerangkan bahwa maksud ihda al-kubar (salah satu bencana yang sangat besar) adalah salah satu dari tujuh neraka yang dahsyat. Ketujuh lembah neraka (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lain) itu adalah: Jahanam, Ladha, Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan Hawiyah.

Hal tersebut adalah sebagai ancaman bagi manusia. Adanya tujuh neraka itu (satu di antaranya Saqar) merupakan ancaman bagi yang masih tidak mau tunduk kepada kehendak Allah.

Ada yang mengartikan nadhir (yang memberi ancaman) itu adalah sifat Allah, sehingga arti ayat ini adalah: “Aku ini memberikan ancaman kepadamu, karena itu hendaklah kamu takut kepada ancaman itu”. Ada yang mengartikan nadhir sebagai sifat Nabi Muhammad seperti disebutkan dalam ayat kedua di atas tadi.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai penolakan bagi orang yang diancam dengan neraka tapi tidak membuatnya takut dan waspada, Aku bersumpah demi bulan dan demi malam apabila telah berlalu serta demi waktu subuh apabila telah bersinar dan mulai terang, bahwa sesungguhnya neraka Saqar itu benar-benar merupakan salah satu malapetaka terdahsyat yang mengancam dan menakutkan.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 36
نَذِيرًا لِّلۡبَشَرِ

Terjemahan: sebagai ancaman bagi manusia.

Tafsir Jalalain: نَذِيرًا (Sebagai ancaman) berkedudukan menjadi Haal dari lafal Ihdaa, disebutkan karena mengingat di dalamnya terkandung makna azab لِّلۡبَشَرِ (bagi manusia.).

Tafsir Ibnu Katsir: نَذِيرًا لِّلۡبَشَرِ (sebagai ancaman bagi manusia.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat-ayat ini, Allah memperingatkan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mengingkari kekuasaan-Nya yang nyata-nyata dapat mereka saksikan sendiri.

Kata-kata “kalla” (sekali-kali tidak) juga merupakan bantahan terhadap ucapan-ucapan orang musyrik di atas. Untuk menguatkan hal itu, Allah bersumpah dengan bulan, malam bila ia telah berlalu, dan bila subuh mulai bersinar. Dengan bulan, malam, dan subuh itu Allah menegaskan bahwa neraka Saqar itu merupakan suatu bencana yang amat dahsyat bagi umat manusia.

Ada yang menerangkan bahwa maksud ihda al-kubar (salah satu bencana yang sangat besar) adalah salah satu dari tujuh neraka yang dahsyat. Ketujuh lembah neraka (seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat lain) itu adalah: Jahanam, Ladha, Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim, dan Hawiyah.

Hal tersebut adalah sebagai ancaman bagi manusia. Adanya tujuh neraka itu (satu di antaranya Saqar) merupakan ancaman bagi yang masih tidak mau tunduk kepada kehendak Allah.

Ada yang mengartikan nadhir (yang memberi ancaman) itu adalah sifat Allah, sehingga arti ayat ini adalah: “Aku ini memberikan ancaman kepadamu, karena itu hendaklah kamu takut kepada ancaman itu”. Ada yang mengartikan nadhir sebagai sifat Nabi Muhammad seperti disebutkan dalam ayat kedua di atas tadi.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai penolakan bagi orang yang diancam dengan neraka tapi tidak membuatnya takut dan waspada, Aku bersumpah demi bulan dan demi malam apabila telah berlalu serta demi waktu subuh apabila telah bersinar dan mulai terang, bahwa sesungguhnya neraka Saqar itu benar-benar merupakan salah satu malapetaka terdahsyat yang mengancam dan menakutkan.

Surah Al-Muddatstsir Ayat 37
لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَتَقَدَّمَ أَوۡ يَتَأَخَّرَ

Terjemahan: (Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.

Tafsir Jalalain: لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ (Yaitu bagi siapa di antara kalian) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal dari lafal Al-Basyar أَن يَتَقَدَّمَ (yang berkehendak akan maju) kepada kebaikan atau surga dengan beriman أَوۡ يَتَأَخَّرَ (atau mundur) menuju kepada perbuatan dosa, atau neraka dengan melakukan kekafiran.

Tafsir Ibnu Katsir: لِمَن شَآءَ مِنكُمۡ أَن يَتَقَدَّمَ أَوۡ يَتَأَخَّرَ ((Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.) yakni bagi siapa saja yang hendak mundur, berpaling, dan menolaknya.

Tafsir Kemenag: Allah menegaskan bahwa ancaman tersebut ditujukan kepada siapa saja yang mau menerima atau menolaknya. Boleh saja ancaman itu ditolak, namun akan merasakan akibatnya, seperti halnya al-Walid yang disebut dalam ayat yang lalu. Yang berkehendak maju atau mundur dalam ayat ini berarti “bagi siapa yang ingin mencapai kebaikan dan perbuatan taat sebanyak-banyaknya atau menjauhi kebaikan dan ketaatan itu sehingga terjatuh ke dalam lembah dosa dan maksiat”.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa orang-orang kafir itu telah memahami tentang adanya neraka Saqar, siksaannya, dan para malaikat penjaganya. Terserah kepada mereka apakah akan segera menghindarinya dengan mengejar sebanyak mungkin perbuatan amal saleh dan taat, ataukah tetap menolak dan mengingkarinya, sehingga pada saat yang dijanjikan, mereka akan melihat sendiri buktinya.

Dari ayat ke-37 ini, Ibnu ‘Abbas menyimpulkan bahwa selain kalimat-kalimatnya bersifat ancaman (tahdid), juga merupakan suatu maklumat bahwa siapa yang beriman dan taat kepada Nabi Muhammad pasti dibalasi dengan pahala yang tiada putusnya, sebaliknya yang menolak kebenaran Muhammad saw serta mendustainya akan disiksa dengan azab yang tiada henti-hentinya.

Tafsir Quraish Shihab: Sebagai suatu peringatan bagi manusia, baik yang ingin berbuat baik maupun tidak.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Muddatstsir Ayat 31-37 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S