Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22 ini, menerangkan tentang orang-orang yang menentang Allah, mereka tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, tidak mematuhi larangan-larangan-Nya, dan enggan mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah bagi mereka. Mereka termasuk orang-orang yang hina karena kaum Muslimin akan mengalahkan mereka dengan memerangi dan menawan mereka. Bahkan ada di antara mereka yang diusir dari negeri mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah mengingatkan manusia tentang sunah-Nya yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudh dan berlaku di sepanjang masa dan di semua tempat. Sunah-Nya itu ialah mengenai ketetapan Allah dan rasul-Nya yang pasti akan mengalahkan setiap orang yang ingkar kepada-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22

Surah Al-Mujadalah Ayat 20
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡأَذَلِّينَ

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.

Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ (Sesungguhnya orang-orang yang menentang) melawan ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡأَذَلِّينَ (Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina) yang dikalahkan.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya menceritakan tentang orang-orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang-orang yang berada di satu batas, sedangkan syariat Allah berada di batas yang lain. Artinya mereka menjauhi kebenaran dan melakukan pembangkangan terhadapnya. Mereka berada di satu sisi sedangkan petunjuk berada di sisi yang lain.

أُوْلَٰٓئِكَ فِى ٱلۡأَذَلِّينَ (“Mereka termasuk orang-orang yang sangat hina”) maksudnya mereka berada dalam kesengsaraan, terjauhkan dan terusir dari kebenaran, serta terhinakan di dunia dan akhirat.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan tentang orang-orang yang menentang Allah, mereka tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, tidak mematuhi larangan-larangan-Nya, dan enggan mengerjakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah bagi mereka.

Mereka termasuk orang-orang yang hina karena kaum Muslimin akan mengalahkan mereka dengan memerangi dan menawan mereka. Bahkan ada di antara mereka yang diusir dari negeri mereka.

Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin akan azab Allah yang ditimpakan kepada orang-orang musyrik Mekah berupa kekalahan pada fath Makkah. Akibat Perang Ahzab orang-orang Yahudi diusir dari kota Medinah karena melanggar perjanjian damai dengan Rasulullah saw. Orang-orang yang telah dinyatakan Allah sebagai orang yang hina, tidak dapat dimuliakan oleh siapa pun, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim. (?’li ‘Imran/3: 192)

Ayat ke-20 ini merupakan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang sedang menerima cobaan-cobaan yang sangat berat bahwa mereka akan dapat mengalahkan musuh-musuh mereka dan agama Islam akan berkembang di mana-mana dalam waktu dekat.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya adalah bagian dari golongan yang mencapai puncak kehinaan itu.

Surah Al-Mujadalah Ayat 21
كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغۡلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ

Terjemahan: Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Tafsir Jalalain: كَتَبَ ٱللَّهُ (Allah telah menetapkan) di Lohmahfuz, atau Allah telah memastikan: لَأَغۡلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ (“Aku dan Rasul-Ku pasti menang.”) Dalam berhujah atau berdebat atau menggunakan senjata. إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa).

Tafsir Ibnu Katsir: كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغۡلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ (“Allah telah menetapkan: ‘Aku dan Rasul-Ku pasti menang.’”) maksudnya Allah telah menetapkan, menuliskan di Lauhul Mahfudz, serta menentukan takdir yang tidak dapat dicegah dan ditentang serta diganti, bahwa kemenganan hanya untuk-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat. Artinya Rabb Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa telah menetapkan bahwa Dia pasti menang atas musuh-musuh-Nya. yang demikian itu sudah merupakan keputusan pasti dan tidak dapat dirubah, bahwa akhir yangbaik dan kemenangan itu hanya untuk orang-orang yang beriman di dunia dan akhirat.

Tafsir Kemenag: Allah mengingatkan manusia tentang sunah-Nya yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudh dan berlaku di sepanjang masa dan di semua tempat. Sunah-Nya itu ialah mengenai ketetapan Allah dan rasul-Nya yang pasti akan mengalahkan setiap orang yang ingkar kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Mujadalah Ayat 5-7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Di antaranya Allah telah menghancurkan kaum Nuh, kaum Lut, kaum Saleh, Fir’aun serta pengikutnya dengan bermacam-macam cara. Kemenangan seperti itu akan diperoleh pula oleh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya, dan juga setiap orang yang benar-benar melaksanakan agama Islam dengan sebaik-baiknya. Ini adalah sunatullah yang berlaku bagi hamba-Nya. Allah berfirman:

Dan sungguh, janji Kami telah tetap bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) mereka itu pasti akan mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang. (as-saffat/37: 171-173)

Pada akhir ayat ini ditegaskan lagi bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak, kuasa menolong rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, dan mengalahkan orang-orang kafir. Tidak seorang pun di langit maupun di bumi yang sanggup melawan kehendak-Nya. Dia sangat mudah melaksanakan kehendak-Nya. Allah berfirman:

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Yasin/36: 82).

Tafsir Quraish Shihab: Allah telah menentukan bahwa Dia dan rasul-rasul-Nya benar-benar akan menang. Allah benar-benar sempurna kekuatan-Nya dan tidak akan terkalahkan.

Surah Al-Mujadalah Ayat 22
لَّا تَجِدُ قَوۡمًا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنۡهُ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا رَضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Terjemahan: Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.

Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.

Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.

Tafsir Jalalain: لَّا تَجِدُ قَوۡمًا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ يُوَآدُّونَ (Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang) artinya berteman مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ (dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu) yakni orang-orang yang menentang itu ءَابَآءَهُمۡ (bapak-bapak mereka) yakni bapak-bapak orang-orang yang beriman أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡ (atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau pun keluarga mereka) bahkan orang-orang yang beriman itu pasti memusuhi mereka dan memerangi mereka demi keimanannya, sebagaimana yang dialami oleh sebagian para sahabat.

أُوْلَٰٓئِكَ (Mereka itulah) orang-orang yang tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya كَتَبَ (yang Allah telah menanamkan) yakni meneguhkan فِى قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ (keimanan dalam kalbu mereka dan menguatkan mereka dengan cahaya) yakni nur مِّنۡهُ (dari-Nya) dari Allah swt.

وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا رَضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ (Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya وَرَضُواْ عَنۡهُ (dan mereka pun merasa puas terhadap-Nya) atas pahala.

أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِ (Mereka itulah golongan Allah) artinya yang mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung) yang memperoleh keberuntungan.

Tafsir Ibnu Katsir: Lalu firman Allah: لَّا تَجِدُ قَوۡمًا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡ (“kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”) maksudnya, orang-orang yang beriman tidak akan menjalin cinta kasih dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun itu berasal dari keluarga sendiri.

Baca Juga:  Surah Al-Mujadalah Ayat 11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sa’id bin ‘Abdil ‘Aziz dan juga yang lainnya mengatakan: “Ayat ini: لَّا تَجِدُ قَوۡمًا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ (“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”) sampai akhir ayat, diturunkan berkenaan dengan Abu ‘Ubaidah ‘Amir bin ‘Abdillah al-Jarrah ketika ia membunuh ayahnya pada peristiwa perang Badar.

Oleh karena itu ‘Umar bin al-Khaththab berkata ketika urusannya dimusyawarahkan berkenaan dengan keenam shahabat: “Andai saja Abu ‘Ubaidah masih hidup, niscaya aku akan mengangkatnya sebagai khalifah.”

Dan mengenai firman-Nya: وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ (“Sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak mereka.”) ada yang mengatakan: “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu ‘Ubaidilah yang membunuh ayahnya pada perang Badar.” أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ (“atau anak-anak mereka sendiri”) berkenaan dengan Abu Bakar yang berkeinginan membunuh puteranya, Abdurrahman, pada peristiwa yang sama. أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ (“Atau saudara-saudara mereka”) berkenaan dengan Mush’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya, ‘Ubaid bin ‘Umair pada hari yang sama. أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡ (“atau keluarga mereka.”) yakni berkenaan dengan ‘Umar yang membunuh salah satu kerabatnya pada hari itu juga. Dan juga berkenaan dengan Hamzah, ‘Ali, dan ‘Ubaidah bin al-Harits yang membunuh ‘Utbah, Syaibah, dan al-Walid bin ‘Utbah pada hari itu juga. wallaaHu a’lam.

Firman Allah: أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنۡهُ (“Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya.”) yakni orang yang tidak akan pernah menjalin cinta kasih dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang itu adalah ayah maupun saudara kandungnya sendiri. Mereka ini lah yang oleh Allah ditetapkan keimanan dalam hatinya. Maksudnya, Dia menetapkan kebahagiaan dan menghiasi hati mereka dengan keimanan.

Mengenai firman-Nya: أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنۡهُ (“Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya.”) as-Suddi mengatakan: “Maksudnya Allah menjadikan iman bersemayam dalam hati mereka.” Dan mengenai firman-Nya:

وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنۡهُ (“Dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Artinya Allah memperkuat mereka.”

Dan firman Allah: وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا رَضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ (“Dan Dia masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bahwanya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridla terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap [limpahan rahmat]-Nya.”) penafsirannya telah ada sebelumnya.

Dan firman-Nya: رَضِىَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ (“Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap [limpahan rahmat]-Nya”) terkandung rahasia yang sangat menakjubkan, yaitu bahwa ketika mereka murka terhadap kaum kerabat dan juga keluarga karena Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala memberi ganti berupa keridlaan kepada mereka dan merekapun merasa puas terhadap-Nya atas apa yang telah Dia berikan kepada mereka berupa kenikmatan abadi, kemenangan yang besar, serta keutamaan yang tiada taranya.

Dan firman-Nya: أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (“Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung”) maksudnya adalah golongan Allah, yakni hamba-hamba Allah dan orang-orang yang berhak mendapatkan kemuliaan-Nya.

Firman-Nya: إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (“Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.”) merupakan pujian terhadap kemenangan yang telah mereka peroleh di dunia dan akhirat, kebalikan dari golongan syaitan yang telah diceritakan. Kemudian Dia berfirman: (“Ketahuilah, sesungguhnya golongan syaitan itu adalah golongan yang merugi.”)

Tafsir Kemenag: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim, ath-thabrani, Abu Nu’aim, dan al-Baihaqi dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata, “Ayat ini turun berhubungan dengan Abu Ubaidah bin ‘Abdillah al-Jarrah, yang mana dalam Perang Badar, selalu ditantang berperang tanding oleh ayahnya, ‘Abdullah al-Jarrah. Akan tetapi, ia selalu berusaha menghindarkan diri dari perang tanding itu. Karena terus-menerus dicari dan diburu oleh ayahnya, ia terpaksa melayaninya, sehingga Abu Ubaidah membunuh ayahnya. Maka turunlah ayat ini.

Ayat ini menerangkan bahwa sebenarnya orang munafik itu benar-benar kafir, bahkan lebih berbahaya dari orang yang terang-terangan menyatakan kekafirannya. Orang-orang munafik yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang selalu berusaha dan mengadakan tipu daya dalam mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan agama Islam dan kaum Muslimin. Orang-orang kafir yang tidak memusuhi kaum Muslimin atau orang yang tidak berusaha menghancurkan agama Islam dan kaum Muslimin tidak termasuk dalam ayat ini.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 52-54; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Kaum Muslimin dilarang berteman dengan orang-orang kafir yang menjadi musuh Islam karena hal itu berarti ikut berusaha menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Sedangkan terhadap orang-orang kafir yang tidak memusuhi kaum Muslimin dan tidak berusaha menghancurkan agama Islam, kaum Muslimin dibolehkan berteman dan bergaul dengan mereka, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw sendiri dan para sahabat. Sesuai dengan firman Allah:

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (al-Mumtahanah/60: 8)

Kemudian ditegaskan, seandainya ada kaum Muslimin yang berteman erat dengan orang kafir yang memusuhi Islam maka hal itu adalah sikap yang tidak wajar. Sebab, tidak mungkin ada orang-orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah berteman dengan orang kafir yang ingin menghancurkan Islam.

Dengan demikian, kaum Muslimin diminta agar selalu waspada setiap terjadi permusuhan dan pertempuran dengan orang-orang kafir. Sekali-kali tidak boleh berteman erat dengan mereka, karena akan membahayakan kaum Muslimin.

Allah menerangkan bahwa orang-orang yang telah diterangkan kekuatan iman dan keikhlasan hati mereka, seperti Abu Ubaidah, adalah orang yang telah tertanam keimanan dalam hatinya. Sehingga mereka tidak tahan mendengar Allah dan Rasul-Nya dicaci-maki orang, atau agama Islam direndahkan.

Di samping mempunyai keimanan yang kuat, Allah juga telah menguatkan hati dan jiwa mereka sehingga menimbulkan ketenangan jiwa dan ketetapan hati dalam menegakkan agama Allah. Oleh karena itu, mereka tidak dapat melakukan kerja sama dengan orang-orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin.

Pada akhir ayat ini diterangkan balasan yang akan mereka peroleh dari Allah, yaitu:

  1. Di akhirat mereka akan ditempatkan di dalam surga yang penuh kenikmatan, dan di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya.
  2. Allah rida dan menyukai perbuatan-perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia dan keadaan mereka di akhirat. Mereka pun rida dan senang terhadap balasan yang dianugerahkan Allah kepada mereka cepat atau lambat.
  3. Mereka termasuk orang-orang yang dimuliakan Allah karena telah bersedia menjadi tentara Allah dan mengorbankan segala yang ada pada mereka untuk meninggikan kalimat-Nya.
  4. Mereka termasuk orang-orang yang beruntung, karena dirinya telah berhasil melaksanakan tugas hidupnya sebagai hamba Allah di dunia dan di akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang percaya kepada Allah dan hari kiamat saling mencinta dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan para utusan-Nya, kendati mereka itu adalah bapak, anak, saudara, atau kerabat mereka sendiri. Mereka yang tidak menjadikan orang-orang yang memusuhi Allah sebagai teman, telah ditetapkan imannya oleh Allah di dalam hati mereka.

Allah mendukung mereka, dengan kekuatan dari-Nya, dan akhirnya memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang dialiri sungai- sungai. Di situ mereka akan kekal, dan akan mendapatkan kesenangan yang tiada putus-putusnya. Mereka dicintai dan mencintai Allah. Mereka itulah kelompok Allah, dan hanya kelompok Allah yang akan menang.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Mujadalah Ayat 20-22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S