Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18 ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya sabar dan menahan diri menghadapi orang-orang musyrik yang melontarkan kata-kata yang tidak senonoh terhadap dirinya dan Tuhannya, karena kesabaran membawa kepada tercapainya cita-cita.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah juga memerintahkan supaya Muhammad saw memutuskan pergaulan dengan orang-orang yang seperti itu dengan bijaksana tanpa melontarkan cercaan terhadap mereka. Oleh karenanya, hendaklah Muhammad saw membiarkan mereka bermegah-megahan dengan kekayaan mereka dalam waktu sementara, karena Allah pasti akan memenuhi janji-Nya mengazab mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18

Surah Al-Muzzammil Ayat 10
وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرًا جَمِيلًا

Terjemahan: Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.

Tafsir Jalalain: وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ (Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan) bersabarlah kamu di dalam menghadapi gangguan orang-orang kafir Mekah وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرًا جَمِيلًا (dan jauhilah mereka dengan cara yang baik) tanpa keluh-kesah; ayat ini diturunkan sebelum ada perintah memerangi mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya untuk senantiasa bersabar atas apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh dari kaumnya yang mendustakannya. Dan hendaklah beliau menjauhkan diri mereka dengan cara yang baik, yaitu upaya penjauhan diri yang tidak disertai dengan cacian.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya sabar dan menahan diri menghadapi orang-orang musyrik yang melontarkan kata-kata yang tidak senonoh terhadap dirinya dan Tuhannya, karena kesabaran membawa kepada tercapainya cita-cita. Allah juga memerintahkan supaya Muhammad saw memutuskan pergaulan dengan orang-orang yang seperti itu dengan bijaksana tanpa melontarkan cercaan terhadap mereka. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. (al-An’am/6: 68)

Dan firman-Nya: Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia hanya menginginkan kehidupan dunia. (an-Najm/53: 29)

Allah juga berfirman: Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya. (an-Nisa’/4: 63)

Tafsir Quraish Shihab: Dan bersabarlah atas segala kebatilan yang mereka ucapkan. Palingkanlah hatimu dari mereka dan janganlah kamu mengikuti perilaku-perilaku mereka. Biarkanlah mereka, dan janganlah berniat membalas perlakuan buruk mereka kepadamu.

Surah Al-Muzzammil Ayat 11
وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا

Terjemahan: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.

Tafsir Jalalain: وَذَرۡنِى (Dan biarkanlah Aku) maksudnya biar Aku saja yang bertindak وَٱلۡمُكَذِّبِينَ (terhadap orang-orang yang mendustakan itu) lafal al-mukadzdzibiin diathafkan kepada maful atau kepada maf’ul maah. Maknanya Akulah yang akan bertindak terhadap mereka; mereka adalah pemimpin-pemimpin kaum Quraisy أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ (orang-orang yang mempunyai kemewahan) kemewahan hidup وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا (dan beri tangguhlah mereka barang sebentar) dalam jangka waktu yang tidak lama, dan ternyata selang beberapa waktu kemudian, akhirnya mereka mati terbunuh dalam perang Badar.

Tafsir Ibnu Katsir: وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ (“dan biarkanlah Aku [saja] bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan.”) maksudnya, biarkan Aku mengambil tindakan terhadap orang-orang yang berdusta dan orang-orang yang melampaui batas dari kalangan orang-orang yang memiliki harta, karena mereka lebih mampu membuat ketaatan daripada yang lainnya. Mereka dituntut untuk memberikan hak-hak yang tidak dimiliki orang lain.

وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا (“Dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.”) yaitu barang sejenak.

Tafsir Kemenag: Ayat ini memerintahkan supaya Muhammad saw mengembalikan urusannya kepada Allah dalam menghadapi pendusta-pendusta agama yang kaya raya dan bermegah-megahan dengan kekayaan itu. Allah-lah yang akan menyiksa mereka dengan azab yang telah disiapkan-Nya untuk mereka.

Oleh karenanya, hendaklah Muhammad saw membiarkan mereka bermegah-megahan dengan kekayaan mereka dalam waktu sementara, karena Allah pasti akan memenuhi janji-Nya mengazab mereka sebagaimana telah diperlihatkan-Nya kepada orang-orang mukmin pada hari peperangan Badar yang peristiwanya terjadi tidak lama setelah turun ayat ini. Allah berfirman:

Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras. (Luqman/31: 24).

Tafsir Quraish Shihab: Biarlah Aku yang akan membalas perbuatan para pendusta yang telah mendapatkan kesenangan itu. Sesungguhnya Aku memberi mereka masa tangguhan yang sangat singkat.

Surah Al-Muzzammil Ayat 12
إِنَّ لَدَيۡنَآ أَنكَالًا وَجَحِيمًا

Terjemahan: Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.

Tafsir Jalalain: إِنَّ لَدَيۡنَآ أَنكَالًا (Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu) merupakan bentuk jamak dari lafal niklun, artinya belenggu-belenggu yang berat وَجَحِيمًا (dan neraka Jahim) yaitu neraka yang apinya sangat membakar.

Baca Juga:  Surah Al Ashr; Asbabun Nuzul, Tafsir dan Artinya

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّ لَدَيۡنَآ أَنكَالًا (“Karena sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat.”) yaitu tali kekang. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas dan selainnya. وَجَحِيمًا (“dan Neraka yang menyala-nyala.”) yaitu yang menyala dengan berkobar-kobar.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan tentang berbagai macam azab Tuhan di akhirat nanti terhadap pendusta-pendusta tersebut. Allah berkuasa mengazab mereka karena Dia mempunyai belenggu untuk mengikat kaki mereka sebagai penghinaan terhadap mereka dan tidak ada kekhawatiran kalau-kalau mereka melarikan diri.

Allah mempunyai api neraka yang menyala-nyala dan dapat menghanguskan serta merusak kulit muka dan badan serta melemahkan sendi-sendi tulang mereka. Allah mempunyai makanan-makanan dalam api neraka yang sifatnya mencekik kerongkongan yang tidak dapat dikeluarkan dan tidak dapat pula ditelan. Hal ini merupakan azab Tuhan yang memedihkan seluruh bagian tubuh mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya di sisi Kami, para pendusta itu di akhirat nanti akan digelantungi dengan belenggu- belenggu yang berat. Mereka akan mendapatkan api neraka yang berkobar-kobar, makanan yang tak tertelan dan menyumbat tenggorokan serta azab yang kepedihannya tak tertahankan.

Surah Al-Muzzammil Ayat 13
وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا

Terjemahan: Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.

Tafsir Jalalain: وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ (Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan) mengganjal di kerongkongan, itu adalah buah pohon zaqum atau buah pohon dhari’ atau buah pohon ghislin atau berupa duri api, apabila dimakan tidak dapat dikeluarkan dan pula tidak dapat masuk ke dalam perut وَعَذَابًا أَلِيمًا (dan azab yang pedih) di samping azab yang telah disebutkan tadi, hal ini disediakan bagi orang-orang yang mendustakan Nabi saw.

Tafsir Ibnu Katsir: وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ (“Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yang menyumbat di kerongkongan sehingga tidak ada yang bisa masuk atau keluar.”
وَعَذَابًا أَلِيمًا (dan azab yang pedih.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan tentang berbagai macam azab Tuhan di akhirat nanti terhadap pendusta-pendusta tersebut. Allah berkuasa mengazab mereka karena Dia mempunyai belenggu untuk mengikat kaki mereka sebagai penghinaan terhadap mereka dan tidak ada kekhawatiran kalau-kalau mereka melarikan diri.

Allah mempunyai api neraka yang menyala-nyala dan dapat menghanguskan serta merusak kulit muka dan badan serta melemahkan sendi-sendi tulang mereka. Allah mempunyai makanan-makanan dalam api neraka yang sifatnya mencekik kerongkongan yang tidak dapat dikeluarkan dan tidak dapat pula ditelan. Hal ini merupakan azab Tuhan yang memedihkan seluruh bagian tubuh mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya di sisi Kami, para pendusta itu di akhirat nanti akan digelantungi dengan belenggu- belenggu yang berat. Mereka akan mendapatkan api neraka yang berkobar-kobar, makanan yang tak tertelan dan menyumbat tenggorokan serta azab yang kepedihannya tak tertahankan.

Surah Al-Muzzammil Ayat 14
يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبًا مَّهِيلًا

Terjemahan: Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.

Tafsir Jalalain: يَوۡمَ تَرۡجُفُ (Pada hari berguncang) karena gempa yang dahsyat ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبًا (bumi dan gunung-gunung, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan) tumpukan-tumpukan pasir مَّهِيلًا (yang beterbangan) menjadi debu yang beterbangan yang pada sebelumnya kokoh bersatu.

Lafal mahiilan berasal dari lafal haala, yahiilu; bentuk asalnya adalah mahyuulun, kemudian karena mengingat harakat dhammah dianggap berat atas huruf ya, maka dipindahkan kepada huruf ha, sehingga jadilah mahuwylun. Kemudian huruf wawu dibuang karena mengingat kedudukannya yang zaidah, sehingga jadilah mahuylun, selanjutnya harakat damah diganti menjadi kasrah untuk menyesuaikannya dengan huruf ya, sehingga jadilah mahiilun.

Tafsir Ibnu Katsir: يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبًا مَّهِيلًا (“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncang, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan.”) yakni menjadi seperti gundukan pasir setelah sebelumnya adalah batu yang keras.

Kemudian tumpukan pasir itu diterbangkan sehingga tidak ada sedikitpun yang tersisa. Dan akhirnya bumi menjadi tempat yang datar, dimana engkau tidak dapat melihat lagi lembah dan bukit. Artinya, tidak ada yanag menjorok dan tidak ada pula yang menjulang.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa azab tersebut terjadi pada hari di mana bumi dan gunung berguncang sekeras-kerasnya sehingga gunung dan bukit menjadi berserakan, bercerai-berai seperti tumpukan pasir yang beterbangan. Firman Allah dalam ayat lain:

Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (al-Qari’ah/101: 5).

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari ketika bumi dan gunung-gunung bergoncang dengan amat kerasnya, sehingga gunung- gunung yang sebelumnya terdiri atas batu-batu yang kuat dan kokoh menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 23-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Muzzammil Ayat 15
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ رَسُولًا شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولًا

Terjemahan: Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun.

Tafsir Jalalain: إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ (Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian) hai penduduk Mekah رَسُولًا (seorang rasul) yakni Nabi Muhammad saw. شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ (yang menjadi saksi terhadap kalian) kelak di hari kiamat, tentang kedurhakaan-kedurhakaan yang telah kalian kerjakan كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولًا (sebagaimana Kami telah mengutus, dahulu, seorang rasul kepada Firaun) yakni Nabi Musa a.s.

Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya, firman-Nya: إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ رَسُولًا شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ (“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu [hai orang kafir Makkah] seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu,”) yaitu terhadap amal perbuatan kalian. كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولًا ( sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus kepada penduduk Mekah seorang rasul yaitu Muhammad saw untuk membawa mereka ke jalan yang benar dan menjadi saksi bagi mereka pada hari Kiamat tentang sikap mereka terhadap ajakan Rasul, apakah mereka menerima atau menolaknya, sebagaimana Allah mengutus seorang rasul kepada Fir’aun dan kaumnya.

Akan tetapi, Fir’aun menentang kerasulan Musa sehingga Allah membinasakannya beserta pengikut-pengikutnya dengan menenggelamkan mereka ke dalam lautan. Oleh sebab itu, hendaklah penduduk Mekah mengambil pelajaran dari peristiwa ini.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami mengutus Muhammad kepada kalian, wahai penduduk Mekah, sebagai seorang Rasul yang akan menjadi saksi atas kalian di hari kiamat nanti untuk diterima atau ditolak. Begitu pula, Kami pun telah mengutus Mûsâ, sebagai seorang Rasul, kepada Fir’aun. Tetapi kemudian Fir’aun menentang dan memusuhi rasul yang Kami utus itu. Maka Kami pun menyiksa Fir’aun dengan azab yang berat dan menyakitkan.

Surah Al-Muzzammil Ayat 16
فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذًا وَبِيلًا

Terjemahan: Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.

Tafsir Jalalain: فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذًا وَبِيلًا (Maka Firaun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat) atau azab yang keras.

Tafsir Ibnu Katsir: فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذًا وَبِيلًا (“Maka Firaun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, as-Suddi, dan ats-Tsauri berkata: أَخۡذًا وَبِيلًا ’ yakni sangat berat.” Dengan kata lain, janganlah sekali-sekali mendustakan Rasul ini jika kalian tidak ingin ditimpa dengan apa yang menimpa Fir’aun, dimana Allah telah menimpakan siksaan Rabb Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa, sebagaimana Dia telah berfirman:

فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡءَاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰٓ (“Maka Allah mengadzabnya dengan adzab di akhirat dan adzab di dunia.”) (an-Naazi’aat: 25). Dan kalian lebih pantas untuk hancur binasa jika kalian mendustakan Rasul kalian, karena Rasul kalian lebih mulia dan lebih agung daripada Musa bin ‘Imran. Dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus kepada penduduk Mekah seorang rasul yaitu Muhammad saw untuk membawa mereka ke jalan yang benar dan menjadi saksi bagi mereka pada hari Kiamat tentang sikap mereka terhadap ajakan Rasul, apakah mereka menerima atau menolaknya, sebagaimana Allah mengutus seorang rasul kepada Fir’aun dan kaumnya.

Akan tetapi, Fir’aun menentang kerasulan Musa sehingga Allah membinasakannya beserta pengikut-pengikutnya dengan menenggelamkan mereka ke dalam lautan. Oleh sebab itu, hendaklah penduduk Mekah mengambil pelajaran dari peristiwa ini.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami mengutus Muhammad kepada kalian, wahai penduduk Mekah, sebagai seorang Rasul yang akan menjadi saksi atas kalian di hari kiamat nanti untuk diterima atau ditolak. Begitu pula, Kami pun telah mengutus Mûsâ, sebagai seorang Rasul, kepada Fir’aun. Tetapi kemudian Fir’aun menentang dan memusuhi rasul yang Kami utus itu. Maka Kami pun menyiksa Fir’aun dengan azab yang berat dan menyakitkan.

Surah Al-Muzzammil Ayat 17
فَكَيۡفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرۡتُمۡ يَوۡمًا يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا

Terjemahan: Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.

Tafsir Jalalain: فَكَيۡفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرۡتُمۡ (Maka bagaimanakah kalian dapat memelihara diri kalian jika tetap kafir) di dunia يَوۡمًا (kepada hari) lafal yauman menjadi maf’ul kedua dari lafal tattaquuna. Yakni memelihara diri dari azab hari itu. Atau dengan kata lain, dengan benteng apakah kalian memelihara diri dari azab pada hari itu يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا (yang menjadikan anak-anak beruban) lafal syiiban bentuk jamak dari lafal asyyab; dikatakan anak-anak beruban, sebagai gambaran tentang hari itu yang penuh dengan kengerian yang sangat mencekam; hari yang dimaksud adalah hari kiamat.

Baca Juga:  Surah Al-Kahfi Ayat 32-36; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Bentuk asal lafal syiiban adalah syuyban, dengan memakai harakat damah pada huruf syin. Kemudian harakat itu diganti menjadi kasrah demi untuk menyelaraskannya dengan huruf ya yang jatuh sesudahnya, sehingga jadilah syiiban.

Dikatakan di dalam menggambarkan hari yang penuh dengan malapetaka, yaumun yusyiibu nawaashial athfaali, yakni hari yang dapat membuat ubun-ubun anak-anak beruban. Ungkapan ini adalah ungkapan majaz atau kata kiasan. Akan tetapi boleh juga makna yang terkandung di dalam ayat ini dimaksud adalah makna hakiki bukan majazi.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَكَيۡفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرۡتُمۡ يَوۡمًا يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا (“Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.”) bisa jadi, kata yauman itu dipakai untuk kata tattaquun, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ibnu Jarir mengenai bacaan Ibnu Mas’ud:

“Bagaimanakah kalian ini –hai sekalian manusia- takut pada suatu hari yang anak-anak menjadi beruban, jika kalian kafir kepada Allah dan tidak mempercayai-Nya?” dan mungkin juga kata itu dipakai bagi kata kafartum. Untuk pengertian pertama, bagaimana akan tercapai rasa aman bagi kalian di hari yang menakutkan ini jika kalian kafir? Dan pengertian kedua, bagaimana akan tercapai ketakwaan pada kalian jika kalian kufur dan mengingkari hari kiamat? Keduanya adalah pengertian yang baik, tetapi yang pertama adalah lebih baik. wallaaHu a’lam.

Dan makna firman Allah: يَوۡمًا يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا (“Pada hari yang menjadikan anak-anak beruban.”) yaitu karena guncangannya yang sangat yang sangat hebat, kemusnahan dan kedahsyatannya, dan itu berlangsung saat Allah Ta’ala berkata kepada Adam: “Bangkitlah seperti bangkitnya api.” Lalu Adam bertanya: “Dari berapa?” dia menjawab: “Dari setiap seribu, sembilanratus sembilanpuluh sembilan ke neraka dan satu ke surga.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak takut kepada datangnya hari Kiamat. Padahal pada hari itu, mereka tidak akan merasa aman karena kekufuran mereka. Mereka tidak sanggup menolak azab Tuhan pada hari yang sangat dahsyat yang menjadikan anak-anak muda beruban. Langit pun pada hari itu terpecah-belah.

Hal itu menunjukkan sangat dahsyatnya hari tersebut. Kedatangan hari tersebut, yaitu turunnya azab Tuhan kepada orang kafir dan pahala Tuhan berupa nikmat kepada orang mukmin, adalah janji Tuhan yang pasti dipenuhi-Nya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Bagaimana kalian dapat membela diri jika kalian tetap tidak mempercayai adanya azab yang pada hari itu anak-anak muda–karena ketakutannya–berubah menjadi tua dan lemah?

Surah Al-Muzzammil Ayat 18
ٱلسَّمَآءُ مُنفَطِرٌۢ بِهِۦ كَانَ وَعۡدُهُۥ مَفۡعُولًا

Terjemahan: Langit(pun) menjadi pecah belah pada hari itu. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana.

Tafsir Jalalain: ٱلسَّمَآءُ مُنفَطِرٌۢ (Langit pun menjadi pecah belah) menjadi retak dan pecah-pecah بِهِۦ (pada hari itu) mengingat beratnya hari itu. كَانَ وَعۡدُهُۥ (Adalah janji Dia) janji Allah swt. mengenai kedatangan hari itu مَفۡعُولًا (pasti terlaksana) pasti terjadi.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: ٱلسَّمَآءُ مُنفَطِرٌۢ بِهِۦ (“Langitpun menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah.”) al-Hasan dan Qatadah mengatakan: “Yaitu disebabkan oleh keras dan kedahsyatannya.” Dan firman-Nya: كَانَ وَعۡدُهُۥ مَفۡعُولًا (“Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana.”) yakni janji hari ini pasti akan terlaksana dan terjadi, tidak mungkin tidak.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang kafir tidak takut kepada datangnya hari Kiamat. Padahal pada hari itu, mereka tidak akan merasa aman karena kekufuran mereka. Mereka tidak sanggup menolak azab Tuhan pada hari yang sangat dahsyat yang menjadikan anak-anak muda beruban. Langit pun pada hari itu terpecah-belah.

Hal itu menunjukkan sangat dahsyatnya hari tersebut. Kedatangan hari tersebut, yaitu turunnya azab Tuhan kepada orang kafir dan pahala Tuhan berupa nikmat kepada orang mukmin, adalah janji Tuhan yang pasti dipenuhi-Nya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Karena begitu dahsyatnya hari itu, langit yang besar dan kuat akan terpecah-pecah. Sesungguhnya janji Allah pasti terjadi.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Muzzammil Ayat 10-18 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S