Surah Al-Qashash Ayat 44-47; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 44-47

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 44-47 ini, menerangkan bahwa Muhammad saw tidak pernah berada di sisi sebelah barat Lembah Suci thuwa, tempat Allah mewahyukan lembaran-lembaran Taurat kepada Musa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah telah menciptakan generasi demi generasi sejak Nabi Musa sampai kepada Nabi Muhammad dalam waktu yang panjang dan merupakan masa kekosongan, sehingga pengetahuan mereka berkurang, akhlak mereka menurun dan telah menjurus kepada kehancuran dan dekadensi moral.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 44-47

Surah Al-Qashash Ayat 44
وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الْأَمْرَ وَمَا كُنتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ

Terjemahan: Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan.

Tafsir Jalalain: وَمَا كُنتَ (Dan tidaklah kamu) hai Muhammad بِجَانِبِ (berada di sisi) bukit, atau lembah atau suatu tempat الْغَرْبِيِّ (yang sebelah barat) dari Musa ketika ia bermunajat إِذْ قَضَيْنَا (ketika Kami menyampaikan) mewahyukan إِلَى مُوسَى الْأَمْرَ (perintah ke pada Musa) supaya menyampaikannya kepada Firaun dan kaumnya,

وَمَا كُنتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ (dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan) kejadian tersebut, lalu kamu mengetahuinya dan menceritakan tentangnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman menyadarkan tentang bukti nyata kenabian Muhammad saw. dimana Dia mengabarkan tentang berita-berita ghaib masa lalu seakan-akan ia menyaksikan langsung dibalik masa lalu peristiwa tersebut. Padahal ia adalah seorang laki-laki ummi yang tidak mampu membaca satu kitab pun, serta tumbuh dewasa di suatu kaum yang tidak mengenal ilmu pengetahuan sedikitpun.

Firman Allah: وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (“Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka [untuk mengundi] siapa diantara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.” (Ali ‘Imraan: 44)

وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الْأَمْرَ (“Dan tidaklah kamu Muhammad, berada di sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa.”) yaitu tidaklah kamu wahai Muhammad, berada di sisi barat tempat dimana Allah berbicara kepada Musa dari pohon sebelah timur pantai wadi tersebut.

وَمَا كُنتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ (“Dan tidak pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan”) peristiwa tersebut. Akan tetapi Allah telah mewahyukan kepadamu agar hal tersebut menjadi dalil dan bukti yang kuat tentang sebuah masa yang telah lama waktunya, serta merekapun telah melupakan hujjah-hujjah Allah dan wahyu yang diberikan-Nya kepada para Nabi terdahulu tersebut.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menciptakan generasi demi generasi sejak Nabi Musa sampai kepada Nabi Muhammad dalam waktu yang panjang dan merupakan masa kekosongan, sehingga pengetahuan mereka berkurang, akhlak mereka menurun dan telah menjurus kepada kehancuran dan dekadensi moral.

Pada waktu itu terasa benar perlunya diutus seorang rasul untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang benar. Maka diutuslah Nabi Muhammad saw dan dia diberitahu oleh Allah keadaan dan ihwal nabi-nabi terdahulu, begitu juga keadaan dan hal ikhwal Nabi Musa.

Allah juga menerangkan pada ayat ini bahwa Muhammad tidak tinggal bersama-sama penduduk Madyan untuk menanyakan dan mempelajari kisah Nabi Musa dari orang-orang yang menyaksikan kisah itu sendiri. Semua itu diketahui oleh Nabi Muhammad dengan perantaraan wahyu yang diturunkan kepadanya.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, kamu tidak bersama Mûsâ pada bagian barat gunung, saat Allah memberitahukan ihwal misi kenabian yang hendak diembankan kepadanya. Kamu juga tidak hidup sezaman dan menyaksikannya dalam menyampaikan pesan-pesan suci. Maka, bagaimana kaummu mendustakan risalahmu sedangkan kamu membacakan kabar orang-orang terdahulu pada mereka?

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 71-73; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Al-Qashash Ayat 45
وَلَكِنَّا أَنشَأْنَا قُرُونًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ وَمَا كُنتَ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

Terjemahan: Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi, dan berlalulah atas mereka masa yang panjang, dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Mad-yan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul.

Tafsir Jalalain: وَلَكِنَّا أَنشَأْنَا قُرُونًا (Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi) yakni umat-umat sesudah Nabi Musa فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ (dan berlalulah atas mereka masa yang panjang) waktu yang berabad-abad sehingga mereka lupa akan perjanjian-perjanjian, dan ilmu-ilmu agama pun telah terhapus pula, serta wahyu terputus. Maka Kami datangkan kamu sebagai seorang Rasul dan Kami turunkan wahyu kepadamu mengenai berita Musa dan berita nabi-nabi lainnya.

وَمَا كُنتَ ثَاوِيًا (dan tiadalah kamu tinggal) bermukim تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا (bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka) lafal Tatlu dan seterusnya merupakan Khabar yang kedua dari lafal Kunta, maksudnya, sehingga penduduk Madyan itu mengetahui kisah umat-umat terdahulu lalu mereka mengisahkannya وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (tetapi Kami telah mengangkat menjadi Rasul) kamu, dan Kami mengutus utusan-utusan Kami kepadamu dengan membawa berita orang-orang dahulu.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَا كُنتَ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا (“Dan tidaklah kamu tinggal bersama-sama penduduk Mardyan dengan membacakan ayat-ayat Kami.”) yaitu tidaklah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang mengabarkan tentang Nabinya, Syu’aib as. dan apa yang dikatakannya kepada mereka, serta jawaban yang mereka kemukakan kepadanya.

وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (“Akan tetapi Kami telah mengutus para Rasul.”) yaitu akan tetapi Kami telah memberikan wahyu kepadamu tentang peristiwa itu dan Kami telah mengutusmu sebagai Rasul kepada manusia.

Tafsir Kemenag: Rupanya orang tua itu tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu. Oleh sebab itu, yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terpikir oleh salah seorang putri itu untuk meminta tolong kepada Musa yang tampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya menjadi pembantu di rumah ini.

Putri itu mengusulkan kepada bapaknya agar mengangkat Musa sebagai pembantu mereka untuk menggembala kambing, mengambil air, dan sebagainya karena dia seorang yang jujur, dapat dipercaya, dan kuat tenaganya. Usul itu berkenan di hati bapaknya, bahkan bukan hanya ingin mengangkatnya sebagai pembantu, malah ia hendak mengawinkan salah satu putrinya dengan Musa.

Tafsir Quraish Shihab: Tetapi Kami telah menciptakan umat yang banyak dalam berbagai generasi yang telah melewati rentang waktu yang amat panjang, sehingga mereka lupa dengan perjanjian yang telah mereka ambil. Demikian pula, kamu pun, wahai Muhammad, tidak bermukim di Madyan sehingga dapat memberitahu penduduk Mekkah tentang kabar mereka. Akan tetapi Kami telah mengutusmu dan memberitahumu tentang kisah- kisah mereka melalui wahyu.

Surah Al-Qashash Ayat 46
وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَكِن رَّحْمَةً مِّن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Terjemahan: Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat.

Tafsir Jalalain: وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الطُّورِ (Dan tiadalah kamu berada di dekat bukit Thur) nama sebuah bukit إِذْ (ketika) sewaktu نَادَيْنَا (Kami menyeru) Musa, “Ambillah Alkitab ini dengan sepenuh kekuatanmu”, yakni amalkanlah sekemampuanmu وَلَكِن (tetapi) Kami utus kamu رَّحْمَةً مِّن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (sebagai rahmat dari Rabbmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu supaya mereka ingat) supaya mengambil pelajaran.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 102-104; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا (“Dan tidaklah kamu berada di dekat gunung Thuur ketika Kami menyeru.”) Musa. Ini –wallaaHu ‘alam- mendekati firman Allah: وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الْأَمْرَ (“Dan tidaklah kamu, [Muhammad] berada di sisi sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa.”) kemudian di sini Dia mengabarkan dengan gaya bahasa lain yang lebih khusus yaitu berupa kalimat seruan. Sebagaimana Allah swt. berfirman: وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى (“Ketika Rabbmu memanggil Musa”)(asy-Syu’araa: 10)

Firman Allah: وَلَكِن رَّحْمَةً مِّن رَّبِّكَ (“akan tetapi sebagai rahmat dari Rabbmu”) yaitu tidaklah kamu menyaksikan langsung peristiwa itu sedikitpun. Akan tetapi Allah telah memberikan wahyu dan memberitahukan kepadamu sebagai rahmat-Nya untukmu serta untuk hamba-hamba-Nya dengan mengutusnya kepada mereka.

لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (“Supaya kamu memberikan peringatan kepada kaum yang sekali-sekali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelummu agar mereka ingat.”) yaitu agar mereka mengambil petunjuk dengan apa yang engkau bawa kepada mereka dari Allah swt.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad tidak berada di dekat Gunung Tur pada waktu Allah menyeru Nabi Musa dan ketika terjadi munajat antara keduanya. Peristiwa itu diketahui oleh Muhammad dengan perantaraan kitab suci Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya sebagai rahmat Allah yang di dalamnya dibentangkan kisah tersebut. Juga terdapat hal-hal yang mendatangkan maslahat dan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan di akhirat, agar Muhammad memberi peringatan kepada kaum Quraisy yang belum pernah memperoleh peringatan sebelumnya.

Selain ayat ini sebagai dalil yang jelas atas kerasulan Muhammad saw, juga sebagai dalil atas kemukjizatan Al-Qur’an, karena ia menceritakan peristiwa yang telah terjadi beratus-ratus tahun. Padahal Rasulullah tidak menyaksikan peristiwa tersebut apalagi hadir di tengah-tengah mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Rasul, kamu tidak berada di samping bukit Thûr ketika Allah memanggil Mûsâ dan memilihnya untuk menyampaikan pesan-pesan suci-Nya. Tetapi Allah telah meberitahumu tentang hal ini dengan jalan wahyu sebagai rahmat bagimu dan umatmu, agar kamu menyampaikannya kepada kaum yang belum datang kepada mereka seorang rasul pun sebelum kamu, agar supaya mereka ingat.

Surah Al-Qashash Ayat 47
وَلَوْلَا أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Terjemahan: Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin”.

Tafsir Jalalain: وَلَوْلَا أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةٌ (Dan agar mereka sewaktu ditimpa musibah) azab بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ (disebabkan apa yang telah di kerjakan oleh tangan-tangan mereka) berupa kekafiran dan selainnya فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا (mereka tidak akan mengatakan, “Ya Rabb kami! Mengapa tidak) yakni kenapa tidak أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ (Engkau utus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau) yang dibawa oleh Rasul Engkau.

وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (dan jadilah kami termasuk orang-orang yang beriman”) Jawab dari lafal Laula dibuang, dan lafal yang sesudahnya merupakan Mubtada. Maksudnya, seandainya tidak karena azab yang menimpa mereka sebagai penyebab dari perkataannya. Atau maksudnya, seandainya tidak ada perkataan mereka yang menyebabkan turunnya azab, niscaya akan Kami segerakan kepada mereka azab itu, dan niscaya pula Kami tidak akan mengutusmu kepada mereka sebagai seorang Rasul.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 44; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَوْلَا أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا (“dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang Rasul kepada Kami,”) yaitu Kami telah mengutusmu kepada mereka untuk menegakkan hujjah dan mematahkan alasan mereka, jika adzab dari Allah datang kepada mereka dengan sebab kekufuran mereka, lalu mereka berdalih bahwa belum datang seorang rasul atau seorang pemberi peringatan sedikitpun kepada mereka.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa salah satu hikmah pengutusan Muhammad kepada mereka adalah untuk menolak alasan-alasan mereka, ketika kelak mendapat azab yang pedih atas kekafiran mereka terhadap Allah dan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Seandainya Muhammad belum diutus sedangkan azab menimpa mereka, tentu mereka akan mengemukakan alasan dan hujah.

Mereka akan berkata, “Wahai Tuhan kami! Kenapa tidak diutus seorang rasul kepada kami sebelum kemurkaan-Mu menimpa kami, dan azab-Mu diturunkan kepada kami, agar kami dapat mengikuti petunjuk-petunjuk-Mu, mengamalkan ayat-ayat yang ada di dalam kitab-Mu yang diturunkan kepada rasul itu, sehingga kami percaya atas ketuhanan-Mu dan membenarkan rasul yang Engkau utus itu?”

Oleh sebab itu, jauh sebelum mereka dimurkai dan diazab oleh Allah, Muhammad telah diutus kepada mereka untuk memberi peringatan dan ancaman dengan kemurkaan dan azab yang akan ditimpakan kalau mereka tetap dalam agama nenek moyang mereka, menyembah berhala, mempersekutukan Allah. Dengan demikian, tidak ada jalan bagi mereka untuk mengemukakan alasan-alasan dan hujah. Itulah sunatullah yang berlaku pada tiap-tiap umat. Hal ini ditegaskan dalam ayat lain dalam Al-Qur’an seperti firman Allah:

Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (an-Nisa’/4: 165)

Dan firman-Nya: Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra’/17: 15)

Salah satu hikmat pengutusan para rasul adalah untuk membendung dan menolak alasan yang akan dikemukakan mereka. Hikmah diturunkannya kitab suci Al-Qur’an juga untuk menolak alasan mereka yang akan mengatakan bahwa mereka tidak beriman karena kitab samawi hanya diturunkan kepada dua golongan saja yaitu Yahudi dan Nasrani, sebagaimana firman Allah swt:

(Kami turunkan Al-Qur’an itu) agar kamu (tidak) mengatakan, “Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami (Yahudi dan Nasrani) dan sungguh, kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” (al-An’am/6: 156).

Tafsir Quraish Shihab: Kalau bukan karena ucapan orang-orang kafir–ketika mereka ditimpa hukuman karena kekufuran mereka–yang melontarkan alasan, “Ya Tuhan kami, Engkau belum mengutus seorang rasul kepada kami, sehingga kami percaya kepadanya dan tunduk dengan mukjizatnya serta menjadi golongan orang-orang Mukmin,” niscaya tidak akan pernah ada misi kerasulan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 44-47 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S