Surah Al-Qashash Ayat 48-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 48-51

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 48-51 ini, menerangkan bahwa ketika Muhammad diutus kepada kaum Quraisy yang belum pernah didatangi oleh seorang rasul yang dibekali kitab suci Al-Qur’an, mereka menyombongkan diri, menentang, dan memperlihatkan kesesatan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 48-51

Surah Al-Qashash Ayat 48
فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِندِنَا قَالُوا لَوْلَا أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَى أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِن قَبْلُ قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ كَافِرُونَ

Terjemahan: Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: “Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?”. Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu?; mereka dahulu telah berkata: “Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu”. Dan mereka (juga) berkata: “Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu”.

Tafsir Jalalain: فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ (Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran) yang dibawa oleh Nabi Muhammad مِنْ عِندِنَا قَالُوا لَوْلَا (dari sisi Kami, mereka berkata, “Mengapa tidak) kenapa tidak أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَى (diberikan kepadanya seperti yang telah diberikan kepada Musa?”) yaitu mukjizat-mukjizat seperti tangan yang bersinar menyilaukan, tongkat dan lain sebagainya, atau kitab yang diturunkan sekali turun. Allah swt. menjawab perkataan mereka melalui firman-Nya,

أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِن قَبْلُ (“Dan bukankah mereka itu telah ingkar juga kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu?) di mana قَالُوا (mereka telah mengatakan) sehubungan dengan perihal Nabi Musa dan juga tentang diri Nabi Muhammad سِحْرَانِ (‘Dua orang ahli sihir). Menurut qiraat yang lain dibaca Sahirani, subjek yang mereka maksud adalah Alquran dan kitab Taurat تَظَاهَرَا (yang saling bantu membantu’.”) maksudnya mereka saling bahu membahu. وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ (Dan mereka juga berkata, “Sesungguhnya kami kepada masing-masing) dari kedua nabi, berikut kitab-kitabnya كَافِرُونَ (tidak mempercayai”).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang suatu kaum yang seandainya Dia mengadzab mereka sebelum ditegakkannya hujjah, niscaya mereka akan berdalih bahwa belum datang seorang rasulpun kepada mereka. sesungguhnya, tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Allah melalui lisan Muhammad saw, niscaya mereka berkata dengan cara menghina, membelakangi, kufur, jahil dan berpaling.

لَوْلَا أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَى (“Mengapakah tidak diberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu ?”) yang mereka maksudkan –wallaaHu a’lam- ialah berupa bukti-bukti yang banyak seperti tongkat, tangan, topan, belalang, semut, kodok, darah, berkurangnya tanaman dan buah-buahan yang dapat mempersulit musuh-musuh Allah.

Juga seperti terbelahnya laut, bayang-bayang awan, diturunkannya Manna dan salwa, serta ayat-ayat dan bukti-bukti melimpah lainnya yang diberikan Allah Ta’ala kepada tangan Musa as. sebagai bukti bagi Fir’aun, para pembesarnya dan Bani Israil.

Di balik semua itu, sama sekali tidak membuat Fir’aun dan para pembesarnya menjadi jera, bahkan mereka mengkufuri Musa dan saudaranya, Harun as. Allah berfirman: فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ (“Maka [tetaplah] mereka mendustakan keduanya. sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan.”) (al-Mu’minuun: 48).

Untuk itu di sini Dia berfirman: أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِن قَبْلُ (“Dan bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu?”) yaitu bukankah manusia pun telah ingkar dengan apa yang diberikan kepada Musa berupa ayat-ayat yang besar.

قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا (“Mereka dahulu telah berkata: ‘Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang saling membantu.’”) yaitu saling membantu. وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ كَافِرُونَ (“Dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu.’”) yakni mereka ingkar kepada keduanya. karena sangat kuatnya konsekuensi, persahabatan dan kedekatan di antara Musa dan Harun as. maka penyebutan salah satu keduanya itu juga menunjukkan yang lain.

Mujahid berkata: Yahudi memerintahkan Quraisy untuk mengatakan kepada Muhammad saw. tentang hal itu. Maka Allah Ta’ala berfirman: وَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِن قَبْلُ قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا (“Dan bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka dahulu telah berkata: ‘Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang saling membantu.’”) yaitu Musa dan Harun. tadhaaHaraa yaitu saling membantu dan menolong. Dan masing-masing keduanya membenarkan yang lainnya.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 21-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk itu Sa’id bin Jubair dan Abu Rizin berkata tentang firman-Nya: sihraani; yaitu Musaa dan Harun. Ini pendapat yang sangat baik dan kuat, wallaaHu a’lam.

Adapun yang membaca: سِحْرَانِ تَظَاهَرَا; Ali bin Abi Thalhah dan al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas, yang mereka maksudkan adalah Taurat dan al-Qur’an. Yang jelas dalam bacaan sihraani, yang mereka maksudkan adalah Taurat dan al-Qur’an

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa ketika Muhammad diutus kepada kaum Quraisy yang belum pernah didatangi oleh seorang rasul yang dibekali kitab suci Al-Qur’an, mereka menyombongkan diri, menentang, dan memperlihatkan kesesatan.

Mereka berkata, “Mengapa ia tidak memiliki mukjizat sebagaimana halnya Nabi Musa yang diberi mukjizat, seperti tongkat menjadi ular, lautan terbelah dengan pukulan tongkatnya, tangannya menjadi putih, dinaungi oleh awan, dan lain-lain. Firman Allah:

Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenanya, karena mereka akan mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang bersamanya malaikat?” Sungguh, engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu. (Hud/11: 12)

Ucapan kaum Quraisy itu dijawab bahwa orang-orang yang durhaka dan sombong pada masa Nabi Musa telah ingkar kepada mukjizat yang diberikan kepada Musa dahulu. Bahkan mereka menuduh Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang saling membantu. Apakah orang-orang kafir Mekah akan mengikuti apa yang telah diperbuat kaum Nabi Musa? Apakah mereka akan mengingkari apa yang didatangkan Muhammad, dan mengatakan bahwa Musa dan Muhammad adalah ahli sihir? Apakah mereka juga tidak akan mempercayai risalah dan mukjizat keduanya?

Mengenai tuduhan bahwa keduanya adalah ahli sihir pada ayat ini, Said bin Jubair, Mujahid, dan Ibnu Zaid berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “keduanya adalah ahli sihir” ialah Musa dan Harun. Ini adalah ucapan orang-orang Yahudi pada permulaan kerasulan. Sedangkan Ibnu ‘Abbas dan al-hasan al-Basri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan keduanya adalah ahli sihir yaitu Musa dan Muhammad saw, dan ini adalah ucapan orang-orang musyrikin bangsa Arab.

Tafsir Quraish Shihab: Maka ketika Rasulullah, Muhammad, datang dengan membawa al-Qur’ân yang berasal sisi Allah, orang-orang kafir berkata, “Andai saja dia diberi seperti yang diberikan kepada Mûsâ dalam bentuk mukjizat inderawi dan kitab suci yang diturunkan sekaligus seperti Tawrât, kami pasti akan beriman.”

Padahal sebelumnya mereka telah menentang Mûsâ dan menolak ayat-ayat Tawrât sebagaimana halnya mereka hari ini juga menentang Muhammad dan kitab suci yang dibawanya. Mereka berkata, “Kami tidak percaya kepada kedua-duanya.” Jelas, bahwa kedurhakaanlah yang menyebabkan mereka ingkar terhadap mukjizat.

Surah Al-Qashash Ayat 49
قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِّنْ عِندِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Terjemahan: Katakanlah: “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar”.

Tafsir Jalalain: قُلْ (Katakanlah) kepada mereka, فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِّنْ عِندِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا (“Datangkanlah oleh kalian sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya) yang dimaksud adalah Alquran dan Taurat أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (niscaya aku akan mengikutinya, jika kalian sungguh orang-orang yang benar.”) di dalam perkataannya.

Tafsir Ibnu Katsir: karena Dia berfirman sesudahnya: قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِّنْ عِندِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ (“Katakanlah: ‘Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih [dapat] memberi petunjuk daripada keduanya [Taurat dan al-Qur’an] niscaya aku mengikutinya.’”)

Allah banyak menggabungkan antara Taurat dan al-Qur’an, sebagaimana Dia berfirman: قُلْ مَنْ أَنزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِّلنَّاسِ ….. وَهَذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ (“Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan Kitab [Taurat] yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia…. Dan ini [al-Qur’an] adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi.”) (al-An’am: 91-92)

Waraqah bin Naufal berkata: “Ini adalah Namus yang datang kepada Musa.” Telah diketahui secara langsung dan pasti bagi orang-orang yang berakal, bahwa Allah tidak menurunkan satu buah kitab pun dari langit yang diturunkan begitu banyak kepada para Nabi, kitab yang lebih sempurna, lebih lengkap, lebih fasih, lebih besar dan mulia daripada kitab yang diturunkan kepada Muhammad saw. yaitu al-Qur’an.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'minun Ayat 93-98; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan setelah kitab yang menempati kehormatan dan kebesaran adalah kitab yang diturunkan kepada Musa bin ‘Imraan, yaitu sebuah kitab yang difirmankan Allah swt. yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.

dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (al-Maidah: 44)

Injil hanya diturunkan untuk melengkapi Taurat yang telah menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan kepada Bani Israil. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِّنْ عِندِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (“Katakanlah: ‘Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih [dapat] memberi petunjuk daripada keduanya [Taurat dan al-Qur’an] niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.’”)
Yakni tentang penolakan kalian terhadap kebenaran dan mempertentangkannya dengan kebatilan.

Tafsir Kemenag: Allah menyuruh Muhammad menantang orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Musa dan Muhammad adalah ahli sihir, dan Taurat dan Al-Qur’an adalah sihir belaka, untuk mendatangkan sebuah kitab dari sisi Allah yang lebih memberi petunjuk dan lebih mendatangkan kemaslahatan daripada kedua kitab itu.

Nabi menegaskan kepada mereka bahwa dia bersedia meninggalkan Al-Qur’an apabila mereka itu benar dalam pengakuan mereka, dan benar-benar dapat mendatangkan kitab yang dimaksud.

Tafsir Quraish Shihab: Katakanlah kepada mereka, wahai Rasul, “Apabila kalian tidak beriman kepada Tawrât dan al-Qur’ân, maka datangkanlah sebuah kitab yang lain dari sisi Allah yang berisi petunjuk dan lebih baik dari keduanya, atau yang semisal dengannya, niscaya aku akan mengikutinya bersama kalian, jika kalian memang benar dalam prasangka kalian bahwa apa yang kami datangkan itu adalah sihir.”

Surah Al-Qashash Ayat 50
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Terjemahan: Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Tafsir Jalalain: فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ (Maka jika mereka tidak menjawab kamu) maksudnya tantanganmu itu, yaitu supaya mereka mendatangkan Kitab dari sisi Allah فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ (ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka belaka) dalam kekafirannya itu وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ (Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun?) maksudnya, tidak ada yang lebih sesat daripadanya.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim) yaitu orang-orang kafir.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ (“Maka jika mereka tidak menjawabmu.”) yakni jika mereka tidak menjawab tentang apa yang engkau katakan kepada mereka serta tidak mengikuti kebenaran, فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ (“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsunya.”) tanpa dalil dan bukti.

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ (“Dan siapakah yan lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah sedikitpun.”) yakni tanpa dalil yang diambil dari kitab Allah. إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa kalau orang-orang musyrik itu tidak dapat memenuhi tantangan Nabi mendatangkan kitab dari sisi Allah yang lebih menjamin kebahagiaan daripada Taurat dan Al-Qur’an, maka itu berarti bahwa pembangkangan mereka sesungguhnya hanyalah dorongan hawa nafsu belaka, dan mengikuti ajakan setan yang tidak beralasan sama sekali.

Orang-orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya dan menuruti bujukan setan tanpa ada petunjuk dari Allah, adalah orang-orang yang sangat sesat bahkan paling sesat. Oleh sebab itu, Allah melarang mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan dari jalan yang benar. Orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, firman Allah:

Baca Juga:  Surah Ath-Thur Ayat 17-20; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

(Allah berfirman), “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (shad/38: 26)

Pada akhir ayat 50 ini ditegaskan bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang zalim dan selalu meninggalkan perintah Allah, melanggar larangan-Nya, mendustakan rasul-Nya, mengikuti kemauan hawa nafsu, dan lebih mengutamakan ketaatan kepada setan daripada ketaatan kepada Allah. Orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang amat pedih di akhirat. Firman Allah:

Maka sungguh, mereka (yang disembah itu) telah mengingkari apa yang kamu katakan, maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak dapat (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (al-Furqan/25: 19)

Dan firman-Nya: Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat). (az-Zukhruf43: 65).

Tafsir Quraish Shihab: Lalu jika mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu untuk mendatangkan kitab berisi petunjuk yang lebih baik, maka ketahuilah bahwa mereka telah dikenai ketentuan hukum, dan mereka tidak lagi memiliki alasan. Dan, dengan begitu, mereka telah mengikuti hawa nafsu.

Tidak ada seorang pun yang lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya di dalam urusan agama tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kemudahan bagi orang yang menzalimi dirinya dengan mengikuti kebatilan tanpa mempedulikan kebenaran.

Surah Al-Qashash Ayat 51
وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدْ وَصَّلْنَا (Dan sesungguhnya telah Kami jelaskan) telah Kami terangkan لَهُمُ الْقَوْلَ (perkataan ini kepada mereka) yaitu Alquran لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (agar mereka mendapat pelajaran) yakni mengambil pelajaran daripadanya, lalu mereka beriman.

Tafsir Ibnu Katsir: firman Allah: وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (“Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini [al-Qur’an] kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.”)

Mujahid berkata: “Kami merinci perkataan itu untuk mereka.”
As-Suddi berkata: “Kami jelaskan perkataan itu kepada mereka.”
Qatadah berkata: “Allah berfirman mengabarkan kepada mereka, bagaimana Dia memperlakukan orang yang telah lalu dan bagaimana Dia yang mencipta,لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ; agar mereka mendapat pelajaran.”
Mujahid dan lain-lain berkata: وَصَّلْنَا لَهُمُ; Kami turunkan berturut-turut kepada mereka.” yakni orang-orang Quraisy. Dan inilah yang nampak jelas.

Tafsir Kemenag: Ayat Ayat ini menerangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an secara bertahap, sebagian demi sebagian sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan-Nya, agar mudah dibaca, diingat, dipahami, dan bisa memantapkan hati dan menguatkan iman. Ini merupakan jawaban atas permintaan orang-orang kafir yang menghendaki Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus. Firman Allah:

Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar). (al-Furqan/25: 32).

Tafsir Quraish Shihab: Allah telah menurunkan al-Qur’ân kepada mereka secara berkesinambungan. Sebagian turun menyusul yang lain, sesuai kebutuhan. Al-Qur’ân juga diturunkan secara berturut-turut dalam bentuk janji, ancaman, kisah-kisah dan pelajaran-pelajaran, agar mereka merenungi dan mempercayai apa yang ada di dalamnya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 48-51 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S