Surah Al-Qashash Ayat 52-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Qashash Ayat 52-55

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Qashash Ayat 52-55 ini, menerangkan bahwa Ahli Kitab yang percaya kepada Taurat dan Injil, dan bertemu dengan masa kenabian Muhammad saw, juga percaya kepada Al-Qur’an. apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka mengakui bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Qashash Ayat 52-55

Surah Al-Qashash Ayat 52
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِن قَبْلِهِ هُم بِهِ يُؤْمِنُونَ

Terjemahan: Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu.

Tafsir Jalalain: الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِن قَبْلِهِ (Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Alkitab sebelumnya) sebelum Alquran هُم بِهِ يُؤْمِنُونَ (mereka beriman pula kepada Alquran itu). Ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi yang masuk Islam; antara lain; Abdullah ibnu Salam.

Ayat ini diturunkan pula berkenaan dengan segolongan orang-orang Anshar yang baru datang dari negeri Habsyah/Abesinia dan negeri Syam, kemudian mereka beriman kepada Nabi saw.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman tentang para ulama ahlil kitab yang menjadi wali, bahwa mereka beriman dengan al-Qur’an, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:

“Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani”. yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).” (al-Maidah: 82-83)

Said bin Jubair berkata: “Ayat ini turun kepada 70 orang pendeta yang diutus oleh raja Najasy. Ketika mereka menghadap Nabi saw. beliau membacakan kepada mereka: yaasiin, wal qur-aanil hakiim…. hingga selesai. Maka mereka tampak menangis, lalu masuk Islam. Maka turunlah ayat tentang mereka:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِن قَبْلِهِ هُم بِهِ يُؤْمِنُونَ (“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka al-Kitab sebelum al-Qur’an, mereka beriman [pula] dengan al-Qur’an itu.)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Ahli Kitab yang percaya kepada Taurat dan Injil, dan bertemu dengan masa kenabian Muhammad saw, juga percaya kepada Al-Qur’an. Mereka menemukan dalam kitab suci mereka berita yang menggembirakan tentang Al-Qur’an dan kecocokan sifat-sifat Al-Qur’an dengan sifat-sifat yang dijelaskan di dalam kitab mereka. Hal ini dijelaskan pula di dalam ayat yang lain:

Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah. (ali ‘Imran/3: 199)

Dan firman-Nya: Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. (al-Baqarah/2: 121)

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang telah Kami berikan Tawrât dan Injîl sebelum datangnya al-Qur’ân, kemudian beriman kepadanya dan membenarkan apa yang ada di dalamnya tentang Muhammad dan kitab sucinya, maka sesungguhnya mereka telah beriman kepada Muhammad dan kitab sucinya itu.

Surah Al-Qashash Ayat 53
وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ

Terjemahan: Dan apabila dibacakan (Al Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: “Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).

Tafsir Jalalain: وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ (Dan apabila dibacakan kepada mereka) Alquran قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ (mereka berkata, “Kami beriman kepadanya; sesungguhnya Alquran itu adalah suatu kebenaran dari Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman sebelumnya.”) orang-orang yang mengesakan Allah.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 6-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ (Dan apabila dibacakan [al-Qur’an itu] kepada mereka, mereka berkata, ‘Kami beriman kepadanya; sesungguhnya al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Rabb kami,

sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yangmembenarkan[nya].’”) yakni sebelum al-Qur’an ini turun, dahulu kami pun termasuk orang-orang muslim. Yaitu orang-orang yang bertauhid, ikhlas kepada Allah dan memperkenankan-Nya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka mengakui bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah. Bahkan, mereka telah membenarkannya sebelum diturunkan karena mereka telah menemukan sifat-sifat Muhammad dan sifat-sifat Al-Qur’an dalam kitab suci mereka.

Kepercayaan Ahli Kitab kepada Al-Qur’an sudah sejak dulu karena nenek moyang mereka membaca uraian tentang sifat-sifat Al-Qur’an dalam kitab suci mereka. Kebiasaan ini berlaku turun-temurun sampai ke anak cucunya jauh sebelum Al-Qur’an itu diturunkan.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila al-Qur’ân dibacakan kepada mereka, dengan bergegas menyatakan keimanan, mereka berkata, “Kami telah beriman kepadanya, karena ini adalah kebenaran dari Tuhan kami. Dan kami telah mengetahui Muhammad dan kitab sucinya sebelum kitab itu diturunkan. Maka keislaman kami lebih dahulu daripada dibacakannya kitab itu.”

Surah Al-Qashash Ayat 54
أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

Terjemahan: Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.

Tafsir Jalalain: أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ (Mereka itu diberi pahala dua kali) karena iman mereka kepada dua Kitab بِمَا صَبَرُوا (disebabkan kesabaran mereka) di dalam mengamalkan kandungan kedua Kitab itu وَيَدْرَءُونَ (dan mereka menolak) menutup بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ (kejahatan dengan kebaikan) yaitu kejahatan yang mereka lakukan ditutup dengan kebaikan mereka وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan) mereka menyedekahkannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا (“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka.”) yaitu orang-orang yang bersifat dengan sifat seperti itu adalah orang-orang yang beriman dengan kitab yang pertama, kemudian kitab yang kedua.

Untuk itu Dia berfirman: بِمَا صَبَرُوا (“disebabkan kesabaran merek.”) dalam mengikuti kebenaran. Karena bersikap seperti itu amat berat bagi jiwa.

Dalam hadits shahih dinyatakan dari hadits ‘Amir asy-Sya’bi, dari Abu Burdah, bahwa Abu Musa al-Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiga golongan yang diberi pahala dua kali lipat; seorang ahli kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepadaku. Hamba budak yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya; serta seorang laki-laki yang memiliki budak perempuan, lalu mendidiknya dan memperbaiki pendidikannya, kemudian memerdekakan dan menikahinya.”

Firman Allah: وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ (“Dan mereka menolah kejahatan dengan kebaikan.”) yaitu merek tidak menghadapi keburukan dengan hal serupa, akan tetapi mereka memaafkan dan mereka berlapang dada. وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (“Dan menafkahkan dari sebagian rizky yang Kami rizkykan kepada mereka.”) yaitu diantara barang halal yang telah dirizkykan kepada mereka, mereka nafkahkan untuk makhluk-makhluk Allah dalam bentuk nafkah wajib untuk keluarga-keluarga dan kerabat-kerabat mereka, serta zakat-zakat yang diwajibkan, yang dianjurkan dari yang sunnah dan shadaqah-shadaqah sunnah serta qurban.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang percaya kepada Al-Qur’an sesudah mereka percaya kepada kitab-kitab suci sebelumnya, akan diberikan pahala dua kali lipat. Pahala atas kepercayaan mereka kepada kitab-kitab suci mereka, dan pahala atas kepercayaan mereka kepada Al-Qur’an.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 6; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Diperlukan kesabaran dan ketabahan untuk mempertahankan kepercayaan mereka. Fitnah dan cobaan yang harus dihadapi tentu sangat berat, bahkan mereka mendapat perlakuan yang tidak wajar karena mereka mengikuti Muhammad dan menganut agamanya.

Ada tiga macam orang yang mendapat pahala dua kali lipat sebagaimana dijelaskan di dalam sabda Nabi Muhammad: Tiga golongan orang yang diberi pahala, masing-masing dua kali lipat. Seorang Ahli Kitab yang percaya kepada nabinya, kemudian ia mendapati masa (Muhammad saw) maka ia beriman pula kepadanya dan mengikutinya serta membenarkannya maka baginya dua pahala.

Hamba sahaya yang menunaikan hak Allah ‘Azza wa Jalla dan hak tuannya, maka baginya dua pahala. Dan seorang yang mempunyai hamba sahaya perempuan lalu ia memberi makan, dan memberinya pendidikan yang baik, kemudian ia memerdekakannya lalu menikahinya, maka baginya dua pahala.” (Riwayat al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ari).

Selain kesabaran dan ketabahan, mereka juga mempunyai beberapa sifat yang menjadikan mereka dekat kepada Allah, antara lain:

  1. Mereka menolak kejahatan dengan kebaikan. Apa yang mereka dengar yang menyakitkan hati, berupa cacian dan sebagainya, tidak dibalas tetapi disambut dengan tenang bahkan dimaafkan.
  2. Mereka menginfakkan rezeki yang diberikan Allah ke jalan yang benar. Mereka memperoleh rezeki juga dengan halal dan baik. Mereka mengeluarkan zakat, belanja rumah tangga, bederma untuk pembangunan masjid, madrasah, pengajian, pembinaan dan pemeliharaan anak yatim, dan lain sebagainya. Dalam firman-Nya:

Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah. (al-Baqarah/2: 195)

Dan firman-Nya: Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik. (al-Baqarah/2: 267)

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang beriman kepada al-Qur’ân dan apa yang diturunkan sebelumnya akan diberi pahala berlipat ganda karena kesabaran mereka atas penderitaan yang mereka terima di jalan keimanan, mengutamakan amal saleh, membalas kejahatan dengan memberi maaf dan perbuatan baik, dan menafkahkan harta yang diberikan Allah kepada mereka di jalan kebaikan.

Surah Al-Qashash Ayat 55
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ

Terjemahan: Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ (Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat) berupa makian dan perlakuan yang menyakitkan dari pihak orang-orang kafir أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ (mereka berpaling daripadanya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian), yaitu salam selamat tinggal, yang dimaksud adalah kalian selamat dari cacian kami dan hal-hal lain لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ (kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.”) maksudnya tidak mau berteman dengan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ (“Dan apabila mereka mendengarkan perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya.”) yaitu mereka tidak bercampur dengan pelakunya, serta tidak bergaul dengan mereka. bahkan sebagaimana firman Allah:

وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (“Dan apabila mereka bertemu dengan [orang-orang] yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui [saja], dengan menjaga kehormatan dirinya.”)(al-Furqaan: 72).

وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ (“Dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’”) yaitu jika orang bodoh membodohi mereka dengan berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak layak mereka jawab, maka mereka berpaling dan tidak membalasnya dengan hal setimpal berupa pembicaraan kotor, serta tidak ada yang keluar dari mulut mereka melainkan kata-kata yang baik.

Baca Juga:  Surah Asy-Syu'ara Ayat 176-180; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk itu Allah berfirman tentang mereka bahwa mereka mengatakan: لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ (“Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.”) yaitu kami tidak menginginkan cara-cara orang bodoh dan tidak pula menyenanginnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan tentang sifat yang ketiga dari orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah yaitu apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, baik mengenai urusan dunia maupun akhirat, seperti cacian, cemoohan, dan sebagainya, mereka berpaling dan tidak melayaninya.

Apabila mereka diperlakukan kasar atau disakiti dengan kata-kata atau perbuatan, mereka tidak membalasnya dengan tindakan serupa. Akan tetapi, mereka menghadapinya dengan tenang dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami, kamu tidak akan diberi pahala dan tidak pula diganjar karenanya. Bagimu amal-amalmu, kami tidak akan menuntut sedikit pun dari perbuatan itu, dan tidak akan berusaha membalasnya. Kedamaian atasmu, kami tidak ingin berbuat sebagaimana kamu berbuat.” Firman Allah:

Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya. (al-Furqan/25: 72)

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishak bahwa telah berkunjung kepada Rasulullah di Mekah dua puluh orang lebih dari kaum Nasara Habasyah setelah mendengar berita tentang beliau. Mereka menemui Nabi di dalam masjid, kemudian mereka duduk bersama-sama. Di sekeliling Ka’bah pada waktu itu tokoh-tokoh kaum Quraisy sedang duduk berkumpul.

Rasulullah kemudian menyeru kaum Nasara Habasyah untuk beriman kepada Allah dan membacakan kepada mereka Al-Qur’an. Setelah mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, mereka menangis tersedu-sedu dan dengan spontan beriman kepada Allah serta percaya kepada beliau dan membenarkannya. Mereka mengetahui bahwa sifat-sifat yang mereka saksikan pada diri Rasulullah sama dengan sifat-sifat yang telah diterangkan di dalam kitab suci mereka.

Ketika meninggalkan Nabi Muhammad, mereka dicegat oleh Abu Jahal bin Hisyam dan beberapa orang Quraisy dan mereka mengatakan, “Semoga Allah menggagalkan niatmu, kalian diutus oleh teman-teman kalian hanya untuk mengetahui sifat-sifat pribadi Muhammad lalu memberitahukan kepada mereka. Akan tetapi, kenyataannya kalian sudah terpengaruh lalu meninggalkan agama kalian dan membenarkan apa yang dikatakan Muhammad. Kami tidak melihat ada rombongan yang lebih bodoh dari kalian.”

Mendengar kata-kata pedas dan tajam dari Abu Jahal bin Hisyam, mereka menjawab, “Selamat tinggal buat kamu, kami tidak akan membalas dan berbuat jahat kepadamu. Bagi kami amal-amal kami, dan bagimu amal-amalmu.”.

Tafsir Quraish Shihab: Dan apabila mereka mendengar kebatilan dari orang-orang bodoh, mereka menghindarinya untuk membersihkan diri, dan berkata, “Kami punya perbuatan-perbuatan kami yang benar dan tidak akan kami tinggalkan.

Dan kalian pun punya perbuatan-perbuatan kalian yang batil yang dosanya akan kalian tanggung sendiri. Kami akan membiarkan dan tidak mencampuri urusan kalian, karena kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang bodoh.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Qashash Ayat 52-55 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S