Surah Al-Waqi’ah Ayat 13-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Waqi'ah Ayat 13-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Waqi’ah Ayat 13-26 ini, menerangkan bahwa prosentase umat dahulu yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” lebih besar dibanding dengan prosentase umat Nabi Muhammad. Namun karena jumlah umat Nabi Muhammad itu jauh lebih besar dari jumlah umat nabi-nabi sebelumnya, maka jumlah umat Nabi Muhammad yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” jauh lebih besar dibanding dengan jumlah umat-umat dahulu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Waqi’ah Ayat 13-26

Surah Al-Waqi’ah Ayat 13
ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ

Terjemahan: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

Tafsir Jalalain: ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ (Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu) menjadi Mubtada, artinya golongan mayoritas dari umat-umat terdahulu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya memberitahukan tentang orang-orang yang paling dulu masuk surga dan didekatkan kepada-Nya, bahwa mereka adalah sekelompok besar dari orang-orang terdahulu dan sebagian kecil dari orang-orang yang hidup terakhir.

Para ulama berbeda pendapat tentang maksud firman Allah al awwaliin dan al aakhiriin. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al awwaliin adalah umat-umat terdahulu, dan al aakhiriin adalah umat yang sekarang ini. Demikian riwayat dari Mujahid dan al-Hasan al-Bashri.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari keduanya, dan itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Banyak jalan hadits yang disebutkan berkenaan dengan sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya aku sangat berharap kalian menjadi seperempat penghuni surga.” Dan hadits selanjutnya. (Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim serta at-Tirmidzi dengan tambahan dan pengurangan). Hadits ini termasuk dalam bab sifat surga. alhamdulillaaHi.

Dan apa yang menjadi pilihan Ibnu Jarir disini masih perlu dipertanyakan, bahkan termasuk pendapat yang lemah, karena umat ini merupakan umat yang paling baik seperti yang ditegaskan melalui nash al-Qur’an, sehingga sangat jauh jika yang dimaksud dengan orang-orang yang didekatkan oleh Allah itu sebagian besar bukan dari umat Muhammad saw. ini. Kecuali jika yang dimaksudkan itu adalah perbandingan antara umat terdahulu dengan umat ini. Yang jelas, bahwa orang-orang yang didekatkan dari umat ini lebih banyak daripada umat-umat sebelumnya. wallaaHu a’lam.

Pendapat kedua mengenai hal tersebut di atas adalah lebih rajih [kuat], bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ (“Segolongan besar dari orang-orang terdahulu.”) yakni generasi pertama dari umat ini.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa prosentase umat dahulu yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” lebih besar dibanding dengan prosentase umat Nabi Muhammad. Namun karena jumlah umat Nabi Muhammad itu jauh lebih besar dari jumlah umat nabi-nabi sebelumnya, maka jumlah umat Nabi Muhammad yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” jauh lebih besar dibanding dengan jumlah umat-umat dahulu.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang terdekat itu adalah sekelompok besar umat-umat terdahulu bersama nabi mereka masing-masing dan sedikit dari umat Muhammad, jika dibandingkan dengan jumlah mereka.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 14
وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلۡءَاخِرِينَ

Terjemahan: dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian

Tafsir Jalalain: وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلۡءَاخِرِينَ (Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian) yakni dari kalangan umat Nabi Muhammad saw. Mereka terdiri dari bagian besar umat-umat terdahulu dan umat Nabi Muhammad adalah orang-orang yang paling dahulu masuk surga.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلۡءَاخِرِينَ (“Dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian.”) adalah dari kalangan uamt ini juga.

ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلۡءَاخِرِينَ (“Segolongan besar dari orang-orang terdahulu. Dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian.”) menurut al-Hasan dan Ibnu Sirin, bahwa semua itu berasal dari umat ini. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang pertama dari suatu umat selalu lebih baik daripada orang-orang yang terakhir dari umat yang sama.

Dengan demikian, ayat tersebut bersifat umum, meliputi seluruh umat manusia, yang masing-masing umat mempunyai kedudukan tersendiri. Oleh karena itu telah ditegaskan dalam kitab-kitab shahih dan kitab-kitab lainnya, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Sebaik-baik kurun adalah kurunku, kemudian kurun setelahnya, dan kemudian setelahnya.” Sampai hadits selengkapnya (HR Bukhari, at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah).

Selain itu Rasulullah saw. juga bersabda: “Masih akan terus ada sekelompok orang dari umatku yang menegakkan kebenaran, mereka tidak akan dicelakakan oleh orang yang menghinakan mereka, dan tidak juga orang yang menentang mereka sampai hari kiamat.” Dalam lafadz yang lain disebutkan: “Sehingga datang perintah Allah [hari kiamat], sedang mereka [tetap] dalam keadaan seperti itu.”) (Muttafaq ‘alaiHi)

Maksudnya umat ini lebih mulia daripada umat-umat lainnya, dan orang-orang yang didekatkan dari kalangan umat ini lebih banyak dibanding dari kalangan umat-umat lainnya. Dan mereka lebih tinggi kedudukannya karena kemuliaan agama dan keagungan Nabi-Nya.

Oleh karena itu, ditegaskan dalam hadits mutawathir dari Rasulullah saw. dimana beliau memberitahukan bahwa di dalam umat ini terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Dan dalam lafadz yang lain disebutkan:

“Bersama setiap seribu orang terdapat tujuh puluh ribu orang.” Dan dalam lafadz yang lain disebutkan: “Bersama setiap orang terdapat tujuh puluh ribu orang.”

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menerangkan bahwa prosentase umat dahulu yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” lebih besar dibanding dengan prosentase umat Nabi Muhammad. Namun karena jumlah umat Nabi Muhammad itu jauh lebih besar dari jumlah umat nabi-nabi sebelumnya, maka jumlah umat Nabi Muhammad yang termasuk “as-Sabiqun al-Muqarrabun” jauh lebih besar dibanding dengan jumlah umat-umat dahulu.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang terdekat itu adalah sekelompok besar umat-umat terdahulu bersama nabi mereka masing-masing dan sedikit dari umat Muhammad, jika dibandingkan dengan jumlah mereka.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 15
عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوۡضُونَةٍ

Terjemahan: Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,

Tafsir Jalalain: عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوۡضُونَةٍ (Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata) yaitu singgasana-singgasana yang terbuat dari emas dan permata.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوۡضُونَةٍ (“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata.”) Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Yakni yang ditenun dengan emas.” Demikian pula yang dinyatakan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam, Qatadah, adh Dhahhak dan lain-lain.

Baca Juga:  Surah Al Baqarah Ayat 256-257; Tafsir dan Terjemahannya

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa mereka duduk santai berhadap-hadapan di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata. Mereka dalam keadaan rukun, damai, hidup berbahagia dan bergaul dengan baik; tidak terdapat pada hati mereka perasaan permusuhan atau kebencian yang akan memisahkan seseorang dengan yang lain.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka berada di atas dipan yang dihiasi dengan permata-permata yang indah sambil bertelekan dengan tenang. Wajah mereka berhadap-hadapan sebagai tanda bertambahnya kecintaan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 16
مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ

Terjemahan: seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.

Tafsir Jalalain: مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ (Seraya bersandarkan di atasnya berhadap-hadapan) kedua lafal ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam Khabar.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ (“Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.”) maksudnya, wajah mereka masing-masing saling berhadapan, tidak ada satupun yang membelakangi.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa mereka duduk santai berhadap-hadapan di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata. Mereka dalam keadaan rukun, damai, hidup berbahagia dan bergaul dengan baik; tidak terdapat pada hati mereka perasaan permusuhan atau kebencian yang akan memisahkan seseorang dengan yang lain.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka berada di atas dipan yang dihiasi dengan permata-permata yang indah sambil bertelekan dengan tenang. Wajah mereka berhadap-hadapan sebagai tanda bertambahnya kecintaan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 17
يَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ

Terjemahan: Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

Tafsir Jalalain: يَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ (Mereka dikelilingi) oleh para pelayan وِلۡدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ (yang terdiri dari anak-anak muda yang tetap muda) maksudnya, mereka tetap muda untuk selama-lamanya.

Tafsir Ibnu Katsir: يَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ (“Mereka dikelilingin oleh anak-anak muda yang tetap muda.”) yakni hanya dalam satu sifat saja, tidak sombong karena tidak menjadi beruban, dan tidak pula berubah.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan bahwa mereka dikelilingi oleh anakanak muda yang tetap muda serta menyenangkan bila dipandang. Mereka ini bertindak selaku pelayan yang melayani penghunipenghuni surga di waktu makan, minum, dan lain-lainnya

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dikelilingi oleh dua anak yang selalu muda yang siap melayani mereka dengan membawa ceret dan sloki yang dipenuhi dengan minuman surga. Mereka juga membawa gelas yang penuh dengan khamar dari mata air yang mengalir.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 18
بِأَكۡوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأۡسٍ مِّن مَّعِينٍ

Terjemahan: dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,

Tafsir Jalalain: بِأَكۡوَابٍ (Dengan membawa gelas-gelas) atau tempat-tempat minum yang tidak ada ikatan atau pegangannya وَأَبَارِيقَ (dan cerek) yakni tempat untuk menuangkan minuman yang mempunyai pegangan dan ada pipa penuangannya وَكَأۡسٍ (dan guci) yaitu, tempat untuk meminum khamar مِّن مَّعِينٍ (yang isinya diambil dari air yang mengalir) yaitu dari khamar yang mengalir dari sumbernya yang tidak pernah kering untuk selama-lamanya.

Tafsir Ibnu Katsir: بِأَكۡوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأۡسٍ مِّن مَّعِينٍ (“Dengan membawa gelas, cerek dan sloki [piala] berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir.”)

Yang dimaksud dengan al akwaabu adalah gelas, suatu perkakas yang tidak mempunyai pegangan dan tidak juga tempat keluarnya air [seperti yang ada pada cerek]. Sedang al abaariqu adalah yang mempunyai keduanya. dan benda itu diisi dengan khamr dan air yang mengalir, tidak dari wadah-wadah yang akan habis dan kosong, tetapi dari air mata air yang mengalir.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa anak-anak muda tersebut melayani penghuni surga dengan membawa gelas, piala, cerek, dan minuman khamar yang diambil dari air yang mengalir dari mata airnya, tidak diperas, bening dan bersih yang tidak habis-habisnya. Mereka dapat mengambil dan minum semaunya dan hal itu tidak membuat mereka pening dan mabuk.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka dikelilingi oleh dua anak yang selalu muda yang siap melayani mereka dengan membawa ceret dan sloki yang dipenuhi dengan minuman surga. Mereka juga membawa gelas yang penuh dengan khamar dari mata air yang mengalir.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 19
لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ

Terjemahan: mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

Tafsir Jalalain: لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ (Mereka tidak pernah merasa pening karenanya dan tidak pula mabuk) dapat dibaca Yanzafuuna atau Yanzifuuna, berasal dari lafal Nazafasy Syaaribu, dan Anzafasy Syaaribu. Artinya mereka tidak merasa pening dan tidak pula merasa mabuk karena meminumnya, berbeda dengan khamar di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ (“Mereka tidak pening dan tidak pula mabuk.”) maksudnya kepala mereka tidak menjadi pusing dan akal fikiran mereka juga tidak menjadi kacau, bahkan semua itu dalam kondisi stabil dan normal meskipun disertai dengan kenikmatan yang menyenangkan serta kelezatan yang sangat memuaskan. Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:

“Di dalam minuman khamr itu terdapat empat hal, yaitu mabuk, pusing, muntah dan kencing. Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan khamr surga dan membersihkannya dari unsur-unsur tersebut.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa anak-anak muda tersebut melayani penghuni surga dengan membawa gelas, piala, cerek, dan minuman khamar yang diambil dari air yang mengalir dari mata airnya, tidak diperas, bening dan bersih yang tidak habis-habisnya. Mereka dapat mengambil dan minum semaunya dan hal itu tidak membuat mereka pening dan mabuk.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka yang meminumnya tidak akan merasa pusing dan mabuk, dan tidak akan hilang akal.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 20
وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ

Terjemahan: dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,

Tafsir Jalalain: وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ (Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ (“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih.”) maksudnya anak-anak muda itu mengelilingi mereka dengan membawa buah-buahan yang mereka inginkan. Dan ayat ini menunjukkan dibolehkannya memakan buah-buahan dengan cara memilihnya.

Baca Juga:  Al-Quran Sebagai Petunjuk dan Alat untuk Mencapai Kebenaran bagi Manusia

Tafsir Kemenag: Allah Ayat ini mengungkapkan jenis minuman dan makanan di dalam surga yaitu berupa buah-buahan yang mereka kehendaki dan daging burung yang mereka sukai, yang membangkitkan selera karena lezat rasanya, sebagaimana firman Allah:

Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungaisungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. (Muhammad/47: 15)

Firman dalam ayat lain: Dan Kami berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. (ath-thur/52: 22).

Tafsir Quraish Shihab: Para pelayan itu juga membawakan buah-buahan, dengan berbagai macam jenis yang dapat mereka pilih dan lihat, dan daging burung yang mereka inginkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 21
وَلَحۡمِ طَيۡرٍ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ

Terjemahan: dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

Tafsir Jalalain: وَلَحۡمِ طَيۡرٍ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ (Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan) untuk mereka nikmati sepuas-puasnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya lebih lanjut: وَلَحۡمِ طَيۡرٍ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ (“dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”) Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya burung surga itu seperti unta yang berkeliaran di pepohonan surga.” Kemudian Abu Bakar berkata:

“Ya Rasulallah, sesungguhnya burung seperti itu sangat lezat.” Rasulullah saw. menjawab: “Memakannya lebih lezat darinya –beliau mengucapkannya tiga kali–. Dan sesungguhnya aku sangat berharap engkau termasuk orang yang memakannya.” Demikian hadits yang diriwayatkan sendiri oleh Imam Ahmad.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan jenis minuman dan makanan di dalam surga yaitu berupa buah-buahan yang mereka kehendaki dan daging burung yang mereka sukai, yang membangkitkan selera karena lezat rasanya, sebagaimana firman Allah:

Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungaisungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. (Muhammad/47: 15)

Firman dalam ayat lain: Dan Kami berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. (ath-thur/52: 22).

Tafsir Quraish Shihab: Para pelayan itu juga membawakan buah-buahan, dengan berbagai macam jenis yang dapat mereka pilih dan lihat, dan daging burung yang mereka inginkan.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 22
وَحُورٌ عِينٌ

Terjemahan: Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,

Tafsir Jalalain: وَحُورٌ (Dan bidadari-bidadari) yakni wanita-wanita yang memiliki mata hitam pekat pada bagian yang hitamnya dan putih bersih pada bagian yang putihnya عِينٌ (yang bermata jeli) artinya, matanya lebar tetapi cantik. Harakat huruf ‘Ainnya dikasrahkan sebagai pengganti dari harakat fatahnya demi untuk menyesuaikan diri dengan huruf Ya sesudahnya. Bentuk tunggalnya adalah ‘Ainaa wazannya sama dengan Hamraa. Tetapi menurut suatu qiraat dibaca Huurin ‘Inin yakni dibaca Jarr.

Tafsir Ibnu Katsir: وَحُورٌ عِينٌ (Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,) sebagian ulama membaca dengan rafa’ [memberi harakat dlamah], dengan arti mereka di dalamnya memperoleh bidadari. Sedangkan bacaan dengan harakat kasrah mencakup dua makna, salah satunya, i’rab mengikuti kata sebelumnya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: wamsahuu bi ru-uusikum wa arjulikum (“Dan usaplah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kakimu.”) (al-Maa-idah: 6)

Dan kemungkinan kedua adalah dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, di atas mereka terdapat bidadari. Tetapi hal itu terbatas di istana saja dan tidak di antara sebagian dengan sebagian lainnya. Bahkan di dalam rumah, mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan disertai dengan para bidadari. wallaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan di dalam surga itu ada bidadaribidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. Bidadari bagaikan mutiara yang belum tersentuh tangan dan bersih dari debu sangat cantik dan memesona. Pada umumnya para mufasir menafsirkan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan hawariyyun adalah perempuan yang putih, matanya sangat jelas warna putih dan hitamnya. Firman Allah:

Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin sebelumnya. (arRahman/55: 72-74)

Firman Allah dalam ayat lain: Mereka bersandar di atas dipan-dipan yang tersusun dan Kami berikan kepada mereka pasangan bidadari yang bermata indah. (ath-thur/52: 20).

Tafsir Quraish Shihab: Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 23
كَأَمۡثَٰلِ ٱللُّؤۡلُؤِ ٱلۡمَكۡنُونِ

Terjemahan: laksana mutiara yang tersimpan baik.

Tafsir Jalalain: كَأَمۡثَٰلِ ٱللُّؤۡلُؤِ ٱلۡمَكۡنُونِ (Laksana mutiara yang tersimpan) yang disimpan dan terpelihara.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah selanjutnya: كَأَمۡثَٰلِ ٱللُّؤۡلُؤِ ٱلۡمَكۡنُونِ (“Laksana mutiara yang tersimpan baik.”) maksdunya seolah-olah mereka itu seperti mutiara yang masih basah karena warna putih dan beningnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah ash-Shaffaat sebelumnya: كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٌ مَّكۡنُونٌ (“Seolah-olah mereka itu putih telur yang tersimpan.”) (ash-Shaaffaat: 49)

Dan telah dipaparkan pula sifat mereka itu dalam surah ar-Rahmaan.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan di dalam surga itu ada bidadaribidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. Bidadari bagaikan mutiara yang belum tersentuh tangan dan bersih dari debu sangat cantik dan memesona. Pada umumnya para mufasir menafsirkan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan hawariyyun adalah perempuan yang putih, matanya sangat jelas warna putih dan hitamnya. Firman Allah:

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 27-28; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin sebelumnya. (arRahman/55: 72-74)

Firman Allah dalam ayat lain: Mereka bersandar di atas dipan-dipan yang tersusun dan Kami berikan kepada mereka pasangan bidadari yang bermata indah. (ath-thur/52: 20).

Tafsir Quraish Shihab: Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 24
جَزَآءًۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

Terjemahan: Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.

Tafsir Jalalain: جَزَآءًۢ (Sebagai balasan) menjadi Maf’ul Lah, atau Mashdar, sedangkan ‘Amilnya diperkirakan keberadaannya, yaitu, Kami jadikan hal-hal yang telah disebutkan itu buat mereka sebagai pembalasan. Atau, Kami memberikan balasan kepada mereka بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (bagi apa yang telah mereka kerjakan).

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu Allah berfirman: جَزَآءًۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.”) maksudnya apa yang telah Kami karuniakan kepada mereka adalah balasan baik bagi mereka, sebagai imbalan bagi mereka atas amal baik yang pernah mereka kerjakan di dunia.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan sebab mereka mendapat nikmat yang luar biasa itu, yang merupakan balasan bagi apa-apa yang telah mereka kerjakan di dunia, menunaikan kewajiban, mematuhi perintah Allah swt, dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya dengan sebaik-baiknya. Mereka bangun tengah malam, salat, memuji, berzikir, merenungkan kebesaran Allah dan memohon ampunan-Nya serta berpuasa siang harinya. Sebagaimana yang diutarakan dalam firman Allah:

Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta. (adh-dzariyat/51: 17-19).

Tafsir Quraish Shihab: Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.

Surah Al-Waqi’ah Ayat 25
لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوًا وَلَا تَأۡثِيمًا

Terjemahan: Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

Tafsir Jalalain: لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا (Mereka tidak mendengar di dalamnya) di dalam surga itu لَغۡوًا (perkataan yang tidak ada gunanya) yakni perkataan jorok وَلَا تَأۡثِيمًا (dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa) maksudnya perkataan yang berdosa.

Tafsir Ibnu Katsir: لَا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوًا وَلَا تَأۡثِيمًا (Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,) maksudnya di surga mereka tidak mendengar ucapan sia-sia yang tidak membawa manfaat dan tidap pula mengandung makna, atau hanya mengandung makna yang rendah dan hina. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam ayat lain: لَّا تَسۡمَعُ فِيهَا لَٰغِيَةً (“Tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.”)(al-Ghaasyiyah: 11)

وَلَا تَأۡثِيمًا (“dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa.”) yakni tidak pula ucapan yang mengandung keburukan.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa di dalam surga itu tidak akan terdengar kata-kata sia-sia, yang memuakkan, yang tidak layak diucapkan oleh orang baik-baik yang mempunyai akhlak tinggi dan mempunyai perasaan yang halus, terlebih kata-kata yang menimbulkan dosa. Di sana akan terdengar ucapan-ucapan salam dan kata-kata yang baik, yang enak didengar telinga. Demikian di ayat lain Allah berfirman:

Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam). (Yunus/10: 10).

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surga, mereka tidak mendengar ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat dan perbincangan yang menimbulkan dosa bagi pendengarnya, selain ucapan sesama mereka, “Kami sampaikan salam sejahtera.”

Surah Al-Waqi’ah Ayat 26
إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا

Terjemahan: akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.

Tafsir Jalalain: إِلَّا (Akan tetapi) قِيلًا (dikatakan) kepada mereka ucapan سَلَٰمًا سَلَٰمًا (Salam, Salam) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Qiilan; mereka benar-benar mendengarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا (“akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.”) maksudnya kecuali salam yang diucapkan oleh sebagian atas sebagian lainnya. Sebagaimana yang difirmankan Allah: tahiyyatuHum fiiHaa salaam (“Penghormatan mereka di dalamnya adalah salam.”)(Yunus: 10) Dan ucapan mereka juga terbebas dan jauh dari kesia-siaan dan dosa.

Tafsir Kemenag: Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa di dalam surga itu tidak akan terdengar kata-kata sia-sia, yang memuakkan, yang tidak layak diucapkan oleh orang baik-baik yang mempunyai akhlak tinggi dan mempunyai perasaan yang halus, terlebih kata-kata yang menimbulkan dosa. Di sana akan terdengar ucapan-ucapan salam dan kata-kata yang baik, yang enak didengar telinga. Demikian di ayat lain Allah berfirman:

Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam). (Yunus/10: 10).

Tafsir Quraish Shihab: Di dalam surga, mereka tidak mendengar ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat dan perbincangan yang menimbulkan dosa bagi pendengarnya, selain ucapan sesama mereka, “Kami sampaikan salam sejahtera.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Waqi’ah Ayat 13-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S