Surah An-Nahl Ayat 75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Nahl Ayat 75

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Nahl Ayat 75 ini, Allah mengadakan perumpamaan, Dia menjelasakan melalui perumpaan itu kerusakan keyakinan orang-orang musyrik yaitu: ada seorang lelaki yang berstatus budak belian, tidak berdaya untuk bertindak bagi dirinya sendiri, tidak memiliki apa-apa dan seorang lelaki lain yang merdeka, ia mempunyai harta yang halal yang Allah rizkikan kepadanya, kendali pengaturan keuangannya di tangannya, ia menginfakan dari uangnya secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Apakah akan ada orang yang berakal yang mengatakan sama antara keadaan dua orang lelaki tersebut? Demikian pula Allah yang maha pencipta maha memiliki , yang maha berbuat apa saja, Dia tidak sama dengan makhluk dan hamba-hambaNya, bagiamana bisa kalian menyetarakan antara Allah dan makhlukNya? segala puji bagi Allah semata.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 75

Surah An-Nahl Ayat 75
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَّمْلُوكًا لَّا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَمَن رَّزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Terjemahan: Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 118-119; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلً (Allah membuat perumpamaan) lafal مَثَلًا ini kemudian dijelaskan oleh badalnya yaitu عَبْدًا مَّمْلُوكًا (dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki) lafal مَّمْلُوكًا ini berkedudukan menjadi sifat dari lafal عَبْدًا, dimaksud untuk membedakannya dari manusia yang merdeka, karena manusia yang merdeka disebutkan dengan istilah Abdullaah atau hamba Allah,

لَّا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ (yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu) karena ia tidak memiliki apa pun وَمَن (dan seorang) lafal مَن di sini nakirah maushufah, artinya seorang yang merdeka, bukan hamba sahaya

رَّزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا (yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan) artinya dia menafkahkannya sekehendak hatinya. Misal yang pertama untuk menggambarkan tentang berhala dan misal yang kedua untuk menggambarkan tentang Allah swt.

هَلْ يَسْتَوُونَ (adakah mereka itu sama?) antara hamba sahaya dan orang merdeka yang bebas dalam bertindak; tentu saja tidak.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 43-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

الْحَمْدُ لِلَّهِ (Segala puji bagi Allah) semata بَلْ أَكْثَرُهُمْ (tetapi kebanyakan mereka) yakni penduduk kota Mekah لَا يَعْلَمُونَ (tidak mengetahui) apa yang bakal menimpa mereka kelak yaitu berupa azab, yang karena ketidaktahuan mereka itu akhirnya mereka menyekutukan Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Al-‘Aufi berkata dari Ibnu Abbas, ini adalah perumpamaan orang kafir dan orang mukmin yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Demikian pula yang dikemukakan oleh Qatadah dan menjadi pilihan Ibnu Jarir.

Dengan demikian, hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun merupakan perumpamaan orang kafir, sedangkan orang yang diberi rizki yang baik yang dapat menafkahkan rizki itu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan merupakan perumpamaan orang mukmin.

Ketika perbedaan antara keduanya tampak jelas dan nyata, Allah Ta’ala berfirman: الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُو (Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui).

Tafsir Kemenag: Setiap orang dengan mudah mengetahui bahwa keduanya jauh berbeda, baik dalam kemuliaan, kekuasaan, ataupun keluhurannya. Demikian pula halnya orang-orang musyrik. Mereka jadikan benda-benda mati sebagai tumpuan dan tujuan ketika memanjatkan doa dan menggantungkan harapan. Alangkah jauhnya kesesatan mereka yang menyamakan Tuhan pencipta alam semesta dengan makhluk yang punya keterbatasan.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 61-62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Segala puji hanya milik Allah swt. Dialah yang paling berhak untuk menerima segala macam pujian karena Dialah yang agung dan sempurna. Segala sifat-sifat terpuji terkumpul pada-Nya. Segala pujian hanya ditujukan kepada-Nya, tidak kepada patung-patung, berhala-berhala, ataupun sesuatu lainnya.

Sembahan-sembahan selain Allah, tidak ada yang patut menerima pujian. Akan tetapi, manusia banyak yang tidak mengetahui atau sadar bahwa segala sifat kesempurnaan hanya milik Allah swt. Karena kejahilan, mereka memandang sifat kesempurnaan juga ada pada selain Allah. Mereka menjadikan makhluk itu sebagai tujuan dari pujaan atau sembahan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Nahl Ayat 75 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S