Surah An-Naml Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 41-44

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 41-44, Awal Ayat ini menerangkan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada pemimpin-pemimpin kaumnya, agar mengubah bentuk dari singgasana Balqis yang telah sampai di hadapannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia ingin melihat, apakah Ratu Balqis mengetahui, atau tidak, bahwa yang didudukinya itu adalah singgasananya. Di ayat berikutnya menjelaskan tentang keislaman Balqis kepada agama yang dibawa Sulaiman as.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 41-44

Surah An-Naml Ayat 41
قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ

Terjemahan: Dia berkata: “Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”.

Tafsir Jalalain: قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا (Dia berkata, “Ubahlah baginya singgasananya) yaitu bentuknya sehingga bila kelak ia melihatnya tidak yakin bahwa singgasana itu miliknya sendiri, نَنظُرْ أَتَهْتَدِي (maka kita akan melihat apakah dia mengenal) yakni dapat mengetahuinya أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ (ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya”) tidak mengetahuinya karena telah mengalami perubahan.

Nabi Sulaiman sengaja melakukan hal ini untuk menguji kecerdasan akalnya, karena menurut kata orang-orang dia berakal cerdas. Maka mereka segera mengubah singgasana itu dengan cara menambahi dan mengurangi serta memoles bagian-bagiannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Tatkala singgasana Balqis didatangkan kepada Sulaiman sebelum kedatangan sang ratu, maka ia memerintahkan untuk merubah sebagian sifatnya agar ia dapat menguji pengetahuan dan kemantapan sang ratu saat melihatnya. Apakah ia dapat mengenalnya sebagai singgasananya sendir atau bukan singgasananya. Dia berkata:

قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ (“Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal[nya]?”) Ibnu ‘Abbas berkata: “Ia mencabut untaian permata dan perhiasannya.” Qatadah berkata: “Yang ada di bawah dijadikan di atas dan yang ada di depan dijadikan di belakang. Mereka menambah dan menguranginya.”

Tafsir Kemenag: Sulaiman memerintahkan kepada pemimpin-pemimpin kaumnya, agar mengubah bentuk dari singgasana Balqis yang telah sampai di hadapannya. Ia ingin melihat, apakah Ratu Balqis mengetahui, atau tidak, bahwa yang didudukinya itu adalah singgasananya.

Dengan cara yang demikian itu, diharapkan agar Ratu Balqis bertambah yakin bahwa Sulaiman adalah rasul Allah. Ia tidak mengharapkan sesuatu selain keimanan Ratu Balqis dan kaumnya.

Tafsir Quraish Shihab: Sulayman berkata kepada para pembantunya, “Tutupilah singgasana Balqis itu dengan sedikit mengubah ornamen luarnya. Akan kita lihat nanti apakah ia mengenali singgasananya atau tidak.”

Surah An-Naml Ayat 42
فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ

Terjemahan: Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.

Tafsir Jalalain: فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ (Dan ketika Balqis datang, ditanyakan) kepadanya, أَهَكَذَا عَرْشُكِ (“Serupa inikah singgasanamu?”) apakah singgasanamu mirip seperti ini. قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ (Dia menjawab, “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku”) ternyata dia masih mengetahuinya dan di dalam jawabannya ini Balqis mengungkapkannya dengan memakai kata seakan-akan, sebagaimana apa yang telah mereka perbuat terhadap dirinya. Karena jika ditanyakan, “Inikah singgasanamu?”, maka niscaya dia akan menjawab. “Ya”. Maka Nabi Sulaiman berkata setelah mengetahui bahwa Balqis mempunyai makrifat dan ilmu وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (“Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”) kepada Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ (“ketika Balqis datang, ditanyakan kepadanya, ‘Serupa inikah singgasanamu?’”) singgasana diperlihatkan kepadanya, padahal telah dirubah, dihapus, ditambah dan dikurangi. Sang ratu tetap kokoh dan berakal serta memiliki kecerdasan, kepandaian dan kekuatan.

Dia tidak mengatakan itu sebagai singgasananya karena kejauhan jaraknya dan diapun mengatakan bahwa itu bukan singgasananya, karena ia melihat tanda-tanda dan sifat-sifatnya yang sama, sekalipun telah dirubah dan dihapus. Ia berkata: ka annaHuu Huwa (“Seakan-akan singgasana ini adalah singgasanaku.”) serupa dan hampir sama. Ini menunjukkan kecerdasan dan kepandaiannya yang sangat tajam.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 82; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Perkataannya: وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (“Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”)

Tafsir Kemenag: Setelah Ratu Balqis datang, Sulaiman bertanya kepadanya, “Apakah seperti ini singgasanamu?” Balqis menjawab, “Benar, singgasana ini mirip sekali dengan singgasanaku.” Menurut Mujahid, Ratu Balqis mengetahui bahwa singgasana itu adalah singgasananya, karena ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa singgasana itu kepunyaannya. Akan tetapi, dia merasa heran mengapa singgasana itu berada di istana Sulaiman.

Melihat kenyataan itu dan dihubungkan dengan pengetahuannya tentang burung hud-hud, maka Balqis berkata, “Sebenarnya telah diberikan kepada kami, sebelum terjadinya mukjizat ini, pengetahuan bahwa Tuhan yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Dia Mahakuasa, demikian pula tentang burung hud-hud, sebagai burung yang luar biasa yang dengan kekuasaan Tuhan telah dapat menghubungkan negeri kami dengan negerimu dan juga dengan memperhatikan berita-berita yang kami terima dari para utusan kami. Semua itu menunjukkan bahwa engkau, wahai Sulaiman, benar-benar seorang rasul Allah yang diutus kepada kami untuk menyampaikan agama-Nya.”

Selanjutnya Balqis berkata, “Kami bersama-sama dengan kaum kami menyatakan beriman kepada engkau. Kami akan meninggalkan agama kami yang selama ini kami anut. Engkau tidak perlu lagi mengemukakan kepada kami mukjizat yang lain, karena kami telah beriman.”.

Tafsir Quraish Shihab: Ketika Balqis tiba, ia segera mengarahkan pandangan ke arah singgasana yang mirip singgasananya. Ia pun ditanya, “Seperti inikah singgasanamu?” Kemiripan singgasana yang luar biasa itu membuatnya berkata,

“Sepertinya ya.” Sulayman bersama pengikutnya lalu berkata,
“Kami telah diberi ilmu oleh Allah, dengan kekuasan-Nya dan dengan kebenaran yang datang dari sisi-Nya. Dan kami adalah kaum yang tunduk pada Allah dan ikhlas beribadah hanya kepada-Nya.”

Surah An-Naml Ayat 43
وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ

Terjemahan: Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Tafsir Jalalain: وَصَدَّهَا (Dan telah mencegahnya) dari menyembah Allah مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ اللَّهِ (apa yang selama ini ia sembah selain Allah) إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ (karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir).

Tafsir Ibnu Katsir: dan firman Allah Ta’ala: وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ (“Dan apakah yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya [untuk melahirkan keislamanya] karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.”) ini merupakan kelengkapan kata-kata Sulaiman as. menurut pendapat Mujahid dan Sa’id bin Jubair, yaitu Sulaiman as. berkata: وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (“Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”) dan sungguh ia sudah shaddaHaa, yaitu telah mencegahnya untuk beribadah kepada Allah yang Esa.

مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ (“selama ini yang diibadahinya selain Allah, mencegahnya [untuk melahirkan keislamanya] karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.”) inilah yang dikatakan oleh Mujahid, Sa’id dan al-Hasan serta dikatakan pula oleh Ibnu Jarir.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Ratu Balqis belum mau menerima Islam sebelumnya karena pemuka-pemuka kaumnya yang kafir menyembah matahari. Dia khawatir kalau-kalau kaumnya akan mengucilkannya. Setelah berhadapan dengan Sulaiman, barulah ia berani menyatakan keislamannya dan berani pula menyatakan isi hatinya.

Tafsir Qurasih Shihab: Balqis telah dipalingkan oleh tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, seperti matahari dan sejenisnya, dari menyembah Allah. Ia adalah termasuk orang-orang kafir.

Surah An-Naml Ayat 44
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 71-75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ (Dan dikatakan pula kepadanya, “Masuklah ke dalam istana!”) yang lantainya terbuat dari kaca yang bening sekali, kemudian di bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada ikannya. Nabi Sulaiman sengaja melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita bahwa kedua betis ratu Balqis dan kedua telapak kakinya seperti keledai.

فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً (Maka tatkala dia melihat lantai istana itu dikiranya kolam air) yakni kolam yang penuh dengan air وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا (dan disingkapkannya kedua betisnya) untuk menyeberangi yang ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi Sulaiman pada saat itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu, maka ternyata ia melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. قَالَ (Sulaiman berkata) kepada Balqis,

إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ (“Sesungguhnya ia adalah istana licin) dan halus مِّن قَوَارِيرَ (yang terbuat dari kaca”) kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam. قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي (Balqis berkata, “Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku sendiri) dengan menyembah selain Engkau وَأَسْلَمْتُ (dan aku berserah diri) mulai saat ini مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.”) kemudian Nabi Sulaiman berkehendak untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada pada kedua betisnya. Maka setan-setan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya.

Nabi Sulaiman menikahinya serta mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman mengakui kerajaannya. Tersebutlah, bahwa Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan, kemudian ia tinggal bersamanya selama tiga hari untuk setiap giliran.

Disebutkan di dalam suatu riwayat, bahwa Nabi Sulaiman telah diangkat menjadi raja sejak ia berumur tiga belas tahun. Pada saat ia meninggal dunia umurnya mencapai lima puluh tiga tahun; Maha Suci Allah yang tiada habis bagi kerajaan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Perkataannya: قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا (“Dikatakan kepadanya: ‘Masuklah ke dalam istana.’ Maka tatkala ia meliahat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya.”) sesungguhnya Sulaiman as. memerintahkan syaitan-syaitan untuk membangunkannya istana besar dari kaca yang dialirkan air di bawahnya.

Orang yang tidak tahu hal itu, pasti menyangkanya sebagai air. Akan tetapi kaca tersebut menjadi dinding antara air tersebut dengan orang yang berjalan di atasnya. Ketika sang ratu menghadap Sulaiman, maka Sulaiman menyerunya untuk beribadah kepada Allah Yang Mahaesa serta mencela sikapnya yang menyembah matahari, sesembahan selain Allah.

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Ketika ratu tersebut melihat istana, ia mengetahui, demi Allah, bahwa ia melihat suatu kerajaan yang lebih besar daripada kerajaannya.” فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا (“Maka tatkala ia meliahat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya.”) ia tidak ragu lagi bahwa itu adalah air yang menggenanginya.

Dikatakan kepadanya: إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ (“Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.”) قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (“Berkatalah Bilqis: ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat dhalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.”) lalu ia masuk Islam dan keislamannya baik. Dan hanya milik Allah segala puji. Asal makna “ash-Sharh” dalam bahasa Arab adalah istana dan setiap bangunan yang tinggi.

Allah berfirman mengabarkan tentang Fir’aun –laknatullah- bahwa ia berkata kepada menterinya, Hamman: ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (“Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu”) (al-Mukmin: 36).

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 62; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ash-Sharh adalah suatu istana di Yaman yang gedung-gedungnya tinggi, sedangkan al-Mumarrad adalah sebuah bangunan yang kokoh dan licin, min qawaariir; yaitu dari kaca. Melicinkan bangunan adalah dengan menghaluskannya. Dan maarid adalah sebuah benteng di Daumatul Jandal.

Tujuan Sulaiman membuat istana besar yang megah dari kaca untuk kerajaannya ini agar ia perlihatkan kepada ratu tentang besar dan kokohnya kekuasaan yang ia miliki. Ketika ia melihat apa yang diberikan Allah Ta’ala kepada Sulaiman dan melihat sendiri perkaranya, ia mulai tunduk kepada perintah Allah Ta’ala dan mengetahui bahwa Sulaiman adalah seorang Nabi yang mulia dan raja yang agung serta iapun berserah diri kepada Allah swt.

Ia berkata: rabbi innii dhalamtu nafsii (“Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat dhalim terhadap diriku.”) dengan perlakuannya yang terdahulu, dimana ia dan kaumnya kufur, syirik dan menyembah matahari, sesembahan selain Allah.

وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (“dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.”) yaitu mengikuti agama Sulaiman dalam beribadah hanya kepada Allah Mahaesa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia yang menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukurannya.

Tafsir Kemenag: Menurut satu riwayat, setelah Nabi Sulaiman mengetahui dari Allah akan kedatangan Ratu Balqis ke negerinya, maka ia memerintahkan kaumnya membuat suatu istana yang besar dan indah. Lantainya terbuat dari kaca yang mengkilap yang mudah memantulkan cahaya. Di bawah lantai kaca itu, terdapat kolam yang berisikan macam-macam ikan, dan air kolam itu seakan-akan mengalir seperti sungai.

Pada waktu kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman menerimanya di istana yang baru itu dan mempersilakannya masuk. Ratu Balqis heran dan terkejut waktu memasuki istana Sulaiman itu. Menurut penglihatannya, ada sungai yang terbentang yang harus dilaluinya untuk menemui Sulaiman. Oleh karena itu, ia menyingkapkan kainnya, sehingga tampaklah kedua betisnya.

Melihat yang demikian itu Sulaiman berkata, “Apa yang kau lihat itu bukanlah air atau sungai, tetapi lantai kaca yang di bawahnya ada air mengalir.” Mendengar ucapan Sulaiman itu Ratu Balqis segera menurunkan kainnya dan mengakui dalam hati bahwa istana Sulaiman lebih besar dan lebih bagus dari istananya.

Kemudian Nabi Sulaiman mengajak Balqis agar menganut agama Islam, dan menerangkan kesesatan menyembah matahari. Seruan Sulaiman itu diterima dengan baik oleh Balqis. Ia menyesali kekafirannya selama ini karena dengan demikian berarti dia berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Balqis juga menyatakan bahwa dia bersedia berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Kepada-Nya dia beribadah dengan seikhlas-ikhlasnya.

Tafsir Quraish Shihab: Balqis kemudian dipersilakan memaski istana Sulayman. “Silakan masuk,” kata salah seorang pembantu Sulayman kepadanya. Lantai istana itu terbuat dari kaca dengan kolam berisikan ikan yang berenang- renang di bawahnya. Balqis pun mengangkat kain yang menutupi kedua betisnya, karena menyangka bahwa yang akan dilewatinya itu adalah air.

Sulayman mengingatkannya bahwa apa yang dikira air itu tidak lain adalah kemilau lantai yang terbuat dari kaca. Balqis terkesima oleh pemandangan di depan matanya itu. Seketika ia menyadari bahwa kerajaannya tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kerajaan Sulayman, sang nabi.

Balqis berkata, “Ya Tuhan, sungguh aku telah menganiaya diriku dengan sikap membanggakan kekuasaan dan durhaka. Kini aku tunduk pada Sulayman, aku beriman kepada Allah Yang Mahatinggi, Sang Pencipta, Pemelihara dan Penguasa alam semesta.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naml Ayat 41-44 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S