Surah An-Naml Ayat 67-70; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 67-70

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 67-70 ini, menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap hari Kebangkitan dari kubur. Pada ayat ini, Allah menerangkan alasan orang-orang kafir yang mengingkari hari Kebangkitan dengan ucapan mereka bahwa sesungguhnya mereka selalu diberi ancaman seperti itu sejak nenek moyang mereka dahulu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar memberi nasihat dan petunjuk kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan. Nabi saw menyuruh mereka untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana nasib orang-orang yang berdosa di antara umat-umat terdahulu yang mendustakan Allah dan para rasul yang diutus-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 67-70

Surah An-Naml Ayat 67
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَإِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ

Terjemahan: Berkatalah orang-orang yang kafir: “Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?

Tafsir Jalalain: وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا (Berkata pula orang-orang kafir) yang mengingkari adanya hari berbangkit أَإِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (“Apakah setelah kita menjadi tanah dan begitu pula bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan kembali?) dari kuburan kita, maksudnya akan dihidupkan kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang orang-orang musyrik yang mengingkari hari kebangkitan, dimana mereka menganggap mustahil akan kembalinya jasad setelah berubah menjadi tulang belulang yang hancur remuk dan menjadi debu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap hari Kebangkitan dari kubur. Mereka berkata, “Apakah setelah kita mati dan menjadi tanah, dan begitu pula nenek moyang kita, akan dikeluarkan kembali dalam keadaan hidup dari kubur?” Pertanyaan mereka itu diucapkan secara sinis yang menunjukkan seolah-olah peristiwa itu mustahil akan terjadi, seperti tercantum dalam firman Allah:

Dan mereka berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (al-Isra’/17: 49)

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan itu mengatakan, “Ketika kami telah menjadi debu, jasad kami dan jasad nenek moyang kami pun telah hancur lebur, apakah kami akan dihidupkan kembali?

Baca Juga:  Surah Al-Isra' ayat 94-95; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah An-Naml Ayat 68
لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِن قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala”.

Tafsir Jalalain: لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِن قَبْلُ إِنْ هَذَا (Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan juga bapak-bapak kami dahulu, tiada lain) yakni tidak lain إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (ini hanyalah dongeng-dongengan orang dahulu kala”) lafal Asathir bentuk jamak dari lafal Usthurah, artinya dongeng yang tidak ada kenyataannya, atau cerita dusta.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian dia berkata: لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِن قَبْلُ (“Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan [juga] bapak-bapak kami dahulu.”) yaitu kami senantiasa mendengar masalah ini, juga nenek moyang kami. Kami tidak pernah melihat hakekatnya akan terjadinya.

Perkataan mereka: إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (“Ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala.”) Yang mereka maksud adalah, janji tentang pengembalian badan mereka seperti semula. إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (“dongengan-dongengan orang dahulu kala.”) yaitu kitab yang diambil oleh satu kaum dari orang-orang sebelum mereka yang dibacakan secara turun-temurun dan beritanya tidak memiliki hakekat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan alasan orang-orang kafir yang mengingkari hari Kebangkitan dengan ucapan mereka bahwa sesungguhnya mereka selalu diberi ancaman seperti itu sejak nenek moyang mereka dahulu. Itu tidak lain hanya dongengan orang dahulu kala yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan.

Tafsir Quraish Shihab: Muhammad telah mengingatkan kami akan datangnya hari kebangkitan itu, persis seperti apa yang dikatakan oleh rasul-rasul sebelumnya kepada moyang-moyang kami. Jika benar apa yang dikatakannya itu, mestinya telah terbukti. Tapi kenyatannya itu hanya kebohongan orang-orang yang telah lalu.”

Surah An-Naml Ayat 69
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

Terjemahan: Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.

Baca Juga:  Surah Yusuf Ayat 70-72; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Jalalain: قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (Katakanlah!, “Berjalanlah kalian di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa) karena ingkar kepada adanya hari berbangkit, yaitu dibinasakan-Nya mereka oleh azab-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman menjawab apa yang mereka sangka tentang kekufuran dan tidak adanya tempat kembali. قُلْ (“katakanlah”) hai Muhammad kepada mereka: سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (“Berjalanlah kamu [di muka] bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.”) yaitu orang-orang yang mendustakan para Rasul dan apa yang disampaikan kepada mereka tentang hari kembali dan lain-lain.

Bagaimana kemurkaan, siksa dan hukuman Allah menimpa mereka dan bagaimana pula Allah menyelamatkan para Rasul mulia di antara mereka dan kaum mukminin yang mengikuti mereka. hal tersebut menunjukkan tentang kebenaran dan ketepatan risalah para Rasul.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar memberi nasihat dan petunjuk kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan. Nabi saw menyuruh mereka untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana nasib orang-orang yang berdosa di antara umat-umat terdahulu yang mendustakan Allah dan para rasul yang diutus-Nya.

Bagaimana umat-umat itu telah mengalami kehancuran sebagai akibat kekafiran mereka kepada Allah dan hari Kebangkitan. Hendaknya peristiwa-peristiwa itu menjadi pelajaran bagi mereka. Akan tetapi, mereka tetap saja dalam keingkaran, sehingga mereka akan mengalami kehancuran, berdasarkan sunatullah yang tetap berlaku.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, katakan kepada mereka,
“Berjalanlah sampai ke ujung dunia, lalu perhatikanlah bukti-bukti sejarah yang ditinggalkan oleh orang-orang pendusta yang diazab Allah, agar kalian dapat mengambil pelajaran yang membuat kalian takut akan azab-Nya!”

Surah An-Naml Ayat 70
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُن فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ

Terjemahan: Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan”.

Tafsir Jalalain: وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُن فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ (Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka dan janganlah dadamu merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan”) ayat ini merupakan hiburan dan penenang hati Nabi saw. Maksudnya, janganlah kamu hiraukan makar mereka terhadap dirimu, karena sesungguhnya Kami akan menolong kamu dari mereka.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala berfirman menghibur Rasul-Nya: وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ (“Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka”) yaitu terhadap orang-orang yang mendustakan apa yang engkau bawa.

وَلَا تَكُن فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ (“dan janganlah [dadamu] merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan.”) karena Allah akan menjadi Pendukung dan Penolongmu serta yang akan memenangkan agamamu terhadap orang-orang yang menentang dan menyelisihi, baik di timur maupun di barat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Nabi Muhammad diperintahkan Allah supaya berlaku sabar dan tenang menghadapi bermacam-macam tantangan dan cemoohan dari orang-orang kafir itu. Nabi dilarang bersedih hati dan putus asa menghadapi tipu daya mereka karena Allah pasti memberi pertolongan sehingga agama Islam akan tersebar luas ke seluruh pelosok bumi, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya, seperti tercantum dalam firman-Nya:

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (at-Taubah/9: 33)

Tafsir Qurasih Shihab: Kamu tidak perlu merasa duka dengan ulah orang-orang kafir yang enggan mengikuti agamamu, Muhammad. Tugasmu hanyalah menyampaikan pesan-pesan kerasulan Kami. Jangan merasa khawatir pada makar dan rencana-rencana jahat mereka, karena Kami benar-benar akan menolongmu atas mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Naml Ayat 67-70 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S