Surah An Nisa Ayat 75-79; Seri Tadabbur Al Qur’an

An Nisa Ayat 75-79

Pecihitam.org – Surah An Nisa Ayat 75-79 masih berhubungan dengan sebab dan tujuan berperang dalam Islam dan hubungannya dengan kematian. Di antara sebab peperangan di dalam Islam adalah karena adanya penindasan oleh kaum kafir terhadap kaum Muslimin sehingga terjadi kezhaliman terhadap manusia di mana-mana.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir
Surah An Nisa Ayat 75-79

Surah An Nisa Ayat 75
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا

Terjemahan: Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan-perempuan maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zhalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu!”.

Penjelasan: Allah SWT mendorong hambanya yang beriman untuk berjihad di jalan-Nya, serta berusaha menyelamatkan orang-orang yang tertindas di kota Mekkah, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang sudah sangat jenuh untuk tinggal di sana. Untuk itu Allah berfirman: الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ (“Yang semuanya berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini.”) Yaitu Mekkah, seperti firman Allah dalam QS. Muhammad: 13.

Lalu disifati dengan firman-Nya: الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا Yaitu, jadikanlah untuk kami pelindung dan penolong dari sisi-Mu.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ubaidillah, ia berkata: “Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: ‘Dahulu aku dan ibuku termasuk orang-orang yang tertindas.'”

Surah An Nisa Ayat 76
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Terjemahan: Orang-orang mukmin berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thagut, sebab itu perangilah teman-teman syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah.

Penjelasan: Allah SWT berfirman: الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ Yakni orang-orang yang beriman, mereka berperang dalam taat kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya. Sedangkan orang-orang yang kafir berperang dalam rangka mengikuti dan taat pada syetan.

Sehingga Allah mendorong orang-orang beriman untuk memerangi musuh dengan firman-Nya: فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (“Sebab itu perangilah teman-teman syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah.”)

Surah An Nisa Ayat 77
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Terjemahan: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.

Penjelasan: Dulu orang-orang beriman di awal-awal Islam saat di kota Mekkah, diperintahkan untuk shalat dan zakat, walaupun tanpa batasan tertentu. Mereka diperintahkan untuk melindungi orang-orang fakir, diperintahkan untuk memaafkan dan membiarkan kaum musyrikin, dan sabar hingga batas waktu yang ditentukan.

Baca Juga:  Surah An Nisa Ayat 59; Seri Tadabbur Al Qur'an

Padahal semangat mereka sangat membara dan sangat senang andaikan mereka diperintahkan berperang melawan musuh-musuh mereka. Namun, situasi saat itu tidak memungkinkan dikarenakan banyak faktor. Di antaranya adalah, minimnya jumlah mereka dibandingkan jumlah musuh-musuh mereka, serta keberadaan mereka yang masih berada di kota mereka sendiri, yaitu tanah haram dan tempat yang paling mulia.

Sehingga belum pernah terjadi peperangan sebelumnya di tempat itu, sebagaimana dikatakan: “Oleh karena itu tidak diperintahkan jihad kecuali di Madinah ketika mereka telah memiliki negeri, benteng dan dukungan. Tapi meskipun begitu, ketika mereka diperintahkan melakukan hal yang mereka inginkan (untuk berperang), sebagian mereka ada yang kaget dan takut sekali berhadapan dengan musuh,

وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ (“Mereka berkata; mengapa tidak Engkau tunda kewajibannya hingga waktu lain, karena akan terjadi pertumpahan darah, anak-anak yang menjadi yatim dan isteri-isteri yang menjadi janda.”)

Ibnu Abi Hakim mengatakan, dari Ibnu Abbas bahwa Abdurahman bin Auf dan para sahabatnya mendatangi Rasulullah SAW di Mekkah, mereka berkata: “Yaa Nabi Allah! Dahulu kami berada dalam kemuliaan, padahal kami orang-orang musyrik. Akan tetapi tatkala kami telah beriman kami menjadi orang-orang hina.” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memaafkan, maka janganlah kalian memerangi kaum itu.”

Lalu tatkala Allah memindahkan beliau ke kota Madinah, lalu beliau diperintahkan untuk berperang, tetapi mereka enggan untuk berangkat. Maka turunlah ayat: أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ (Diriwayatkan pula oleh Nasai, Hakim dan Ibnu Mardawaih).

Asbath mengatakan dari as-Suddi: “Mereka tidak memiliki kewajiban, kecuali shalat dan zakat. Lalu mereka meminta kepada Allah untuk diwajibkan perang. Tatkala perang telah diwajibkan kepada mereka,

إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ (“Tiba-tiba sebahagian dari mereka [golongan munafik] takut kepada manusia [musuh], seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya. Mereka berkata: ‘Ya Rabb kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami, mengapa tidak Engkau tangguhkan kepada kami beberapa waktu lagi?'”),yaitu kematian.”

Allah SWT berfirman: قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ (“Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.'”) Mujahid berkata: “Sesungguhnya ayat ini turun untuk orang-orang Yahudi.” (HR. Ibnu Jarir).

Firman-Nya: قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ (“Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.’”) Yaitu, akhir (kehidupan) orang-orang yang bertakwa lebih baik dari dunianya. وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا (“Kamu tidak dianiaya sedikitpun”) Yaitu dari amal-amal kalian, tapi kalian akan diberikan balasan yang paling sempurna.

Ini adalah suatu hiburan bagi mereka di dalam dunia, dorongan mereka untuk akhirat dan anjuran bagi mereka untuk berjihad.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, dari Hisyam, ia berkata: “Al-Hasan membaca tentang: قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ (“Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia hanya sebentar.'”) Ia berkata: “Semoga Allah memberi rahmat kepada hamba yang menyikapi dunia sesuai dengan hal itu. Dunia itu seluruhnya awal dan akhirnya tidak lain kecuali seperti seseorang yang tidur, lalu bermimpi yang dicintainya, akan tetapi tiba-tiba ia sadar.”

Ibnu Ma’in berkata, bahwa Abu Mish-har bersyair: “Tidak ada kebaikan di dunia bagi orang-orang yang tidak memiliki bagian di akhirat dari Allah.”
“Sekalipun dunia menakjubkan banyak orang. Akan tetapi ia merupakan harta benda yang sedikit dan akan cepat sirna.”

Surah An Nisa Ayat 78
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

Baca Juga:  Surah Qaf Ayat 23-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Di mana saja kalian berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan kalau mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan jika mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Penjelasan: أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ (“Di mana saja engkau berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun engkau berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”) Yaitu, kalian pasti akan menuju kematian, tidak ada seorang pun yang akan selamat darinya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.Rahmaan:26 yang artinya “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” Maksudnya, bahwa setiap orang pasti menghaapi kematian, hal yang pasti dan tidak ada sesuatu pun yang menyelamatkan darinya, baik ia berjihad ataupun tidak. Karena ia memiliki batas yang telah ditetapkan tempat yang telah dibagi-bagi.

Sebagaimana Khalid bin Walid saat datang kematian di pembaringannya, ia berkata: “Saya telah mengikuti perang ini dan perang itu, tidak ada satu anggota tubuhku, kecuali terdapat luka karena tusukan, atau anak panah. Kini saya mati dalam pembaringanku. Maka tidaklah dapat tidur mata para pengecut.”

وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ (“Sekalipun engkau berada di dalam benteng musyayyadah”) Yaitu, benteng yang kuat, kokoh, tinggi menjulang. Yang benar adalah benteng yang kuat.

Maksudnya, lari dan berlindung dari kematian tidaklah bermanfaat. Sebagaimana yang disyairkan oleh Zuhairbin Abi Sullami: Barangsiapa yang takut dari sebab-sebab kematian. la tetap akan diterkamnya, sekalipun ia naik ke atas langit dengan tangga.

Terdapat pendapat lain juga mengatakan bahwa “al musyayyadatu” adalah sama dengan “al masyiidatu” sebagaimana firman-Nya, “Dan istana yang tinggi.” (QS. Al Hajj: 45).

Namun ada pula pendapat yang menyebutkan bahwa ada perbedaan arti di antara kedua kata tersebut, kata musyayyadah dengan memakai tasydid, artinya yang ditinggikan, sedang masyidah dibaca dengan takhfif (tanpa tasydid), berarti yang dihiasi (dicat) dengan kapur.

وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ (“Jika mereka memperoleh kebaikan.”) Yaitu kesuburan, rezeki buah-buahan, tanam-tanaman, anak-anak dan yang sejenisnya. Inilah makna perkataan Ibnu Abbas, Abul Aliyah dan as-Suddi.

يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ (“Mereka berkata: ‘Ini adalah dari sisi Allah dan kalau mereka ditimpa bencana,'”) Yaitu kekeringan dan kekurangan buah-buahan, tanam-tanaman, kematian anak-anak, gagalnya panen, dan lain-lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Abul Aliyah dan as-Suddi.

يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ (“Mereka berkata: ‘Ini dari sisimu ya Muhammad.'”) Yaitu dari sisimu dan karena kami mengikutimu dan agamamu. Sebagaimana firman Allah SWT tentang kaum Firaun yang artinya:

“Jika datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: ‘Ini adalah karena (usaha) kami.’ Dan Jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.’ (QS. Al-A’raaf: 131)

Demikianlah perkataan orang-orang munafik yang masuk ke dalam Islam secara zahir, padahal mereka benci padanya (Islam). Untuk itu jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka menisbatkan (menyandarkan) hal itu dengan sebab mereka mengikuti Nabi SAW. Maka Allah menurunkan: قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ (“Katakanlah: ‘Semua datang dari sisi Allah.'”)

قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ yaitu seluruhnya dengan qadha (putusan) dan qadar (ketentuan) Allah. Allah-lah yang menentukan seseorang itu baik atau jahat, mukmin atau kafir.

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Katakanlah, semuanya itu adalah datang dari sisi Allah. Yaitu kebaikan dan keburukan. Demikian pula perkataan al-Hasan al-Bashri.

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 136; Seri Tadabbur Al Qur'an

Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang yang mengucapkan kata-kata yang muncul dari rasa ragu dan bimbang, kurang faham dan kurang ilmu, serta bertumpuknya kejahilan dan kezhaliman: فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا (“Maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.”)

Surah An Nisa Ayat 79
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Terjemahan: Apa saja nikmat yang engkau peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Penjelasan: مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ (“Apa saja nikmat yang engkau peroleh adalah dari Allah.”) Yaitu dari karunia, kenikmatan, kelembutan dan kasih sayang-Nya. وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ (“Dan apa-apa bencana yang menimpamu, maka dari dirimu sendiri.”) Yaitu dari sisimu dan akibat dari perbuatanmu.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Surah Asy-Syuraa: 30, yang artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.”)

As-Suddi, Hasan Bashri, Ibnu Juraij dan Ibnu Zaid berkata: fa min nafsika (“Dari dirimu sendiri”.) Yaitu dengan sebab dosamu. Qatadah berkata tentang ayat ini: fa min nafsika (“Dari dirimu sendiri”.) sebagai sangsi bagimu wahai anak Adam, dikarenakan dosa-dosamu.

Diriwayatkan secara bersambung di dalam ash-Shahih: “Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah mengenai seorang mukmin, baik kesedihan, duka cita, ataupun kelelahan, hingga terkena duri, melainkan Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab tersebut.”

Abu Shalih berkata: وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ (“Dan apa-apa bencana yang menimpamu, maka dari dirimu sendiri.”) Yaitu dengan sebab dosamu dan Aku yang menakdirkannya atasmu. (HR. Ibnu Jarir).

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mutharrif bin Abdillah, ia berkata: “Apa yang kalian maksudkan dengan qadar. Apakah tidak cukup bagi kalian ayat yang terdapat dalam surat an-Nisa: “Dan kalau mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: ‘Ini adalah dari sisi Allah.’ Dan jika mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan: ‘Ini (datangnya) dari sisimu (Muhammad).'” (QS. An-Nisa: 78). Yaitu dari dirimu sendiri. Demi Allah, mereka tidak diserahkan sepenuhnya kepada takdir. Mereka telah diperintah dan sesuai takdirlah akhirnya urusan mereka.”

Ini merupakan kalimat kokoh dan kuat yang menolak pendapat Qadariyyah dan Jabariyyah. Untuk memperluasnya akan dibahas pada tempat yang lain.

وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا (“Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.”) Yaitu engkau sampaikan kepada mereka syariat-syariat Allah, apa yang dicintai dan diridhai-Nya, serta apa yang dibenci dan tidak disenangi-Nya.

وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا (“Dan cukuplah Allah sebagal saksi.”) Yaitu, bahwa Allah SWT telah mengutusmu, dan Allah pula yang menjadi saksi antara kamu dan mereka. Allah Maha Mengetahui tentang apa yang telah engkau sampaikan kepada mereka, serta tentang penolakan mereka terhadap kebenaran yang berasal darimu, karena kufur dan pembangkangan.

Demikian telah kita belajar bersama mentadabburi Al Qur’an Surah An Nisa Ayat 75-79 dengan merujuk pada Kitab Tafsir Ibnu Katsir. Semoga menambah khazanah Ilmu Al Qur’an kita.

M Resky S