Surah An Nisa Ayat 82-83; Seri Tadabbur Al Qur’an

An Nisa Ayat 82-83

Pecihitam.org – Surah An Nisa Ayat 82-83 menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk merenungi Al-Qur’an, serta melarang mereka berpaling darinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kandungan Surah An Nisa Ayat 82-83 ini juga Allah mengabarkan bahwa di dalam Al-Qur’an itu tidak ada sesuatu yang saling bertentangan, tidak terdapat kerancuan dan kontradiksi, karena ia diturunkan langsung dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Terjemahan dan Tafsir
Surah An Nisa Ayat 82-83

Surah An Nisa Ayat 82
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Terjemahan: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Jika sekiranya Al Qur’an itu bukanlah dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.

Penjelasan: وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ (“Jika sekiranya itu bukan dari sisi Allah.”) Yakni, seandainya Al Qur’an itu hasil buatan (Muhammad), sebagaimana yang dikatakan oleh kaum jahil musyrikin dan kaum munafik di dalam hatinya, niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya banyak kerancuan dan kontradiksi, padahal terbukti bahwa Al Qur’an terbebas dari hal itu, maka berarti ia berasal dari Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Surah Ali Imran ayat 7 yang mengabarkan orang-orang yang kokoh dalam ilmunya ketika mereka berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya dari sisi Rabb kami.” Yaitu muhkam dan mutasyabihnya adalah haq. Maka itu mereka mengembalikan ayat-ayat yang mutasyabih kepada yang muhkam, sehingga mereka memperoleh hidayah.

Sedangkan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyimpangan, mereka mengembalikan yang muhkam kepada yang mutasyabih, sehingga mereka sesat. Oleh karena itu Allah SWT memuji orang-orang yang kokoh dalamnya dan mencela orang-orang yang menyimpang.

Baca Juga:  Surah As-Saffat Ayat 99-113; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, ia berkata: “Suatu kali, saya mendatangi Nabi SAW, lalu kami duduk-duduk. Tiba-tiba ada orang yang sedang berdebat tentang sebuah ayat, sehingga suaranya sangat keras, beliau bersabda: “Sesungguhnya binasanya umat-umat sebelum kalian disebabkan perselisihan mereka di dalam al-Kitab.” (Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim dan An Nasai).

Surah An Nisa Ayat 83
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Terjemahan: Dan jika datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan jika mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syetan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

Penjelasan: وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ (“Dan jika datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.”) Adalah pengingkaran atas orang yang bersegera dalam berbagai urusan sebelum ia memastikan kebenaran, lalu ia segera mengabarkannya, menyiarkannya dan menyebarluaskannya, padahal terkadang perkara tersebut tidak benar.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 201-202; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Imam Muslim berkata dalam muqaddimah kitab Sahihnya, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah seseorang itu berdusta, jika ia selalu menceritakan setiap hal yang didengarnya.” (Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud)

Di dalam kitab Shahihain, dari al-Mughirah bin Syu’bah, bahwasanya Nabi SAW melarang untuk berkata; “Katanya, katanya.” Yaitu, orang yang banyak bicara mengenai perkataan orang lain, tanpa meneliti dahulu kebenarannya, tanpa memperhatikannya (terlebih dahulu) dan tanpa mencari kejelasan (tentang kebenarannya).

Sementara di dalam Sunan Abu Dawud, bahwa Nabi SAW bersabda: “Seburuk-buruk tunggangan seseorang adalah (menyatakan) bahwa mereka menduga (begini, begini).”

Dalam shahih Bukhari sendiri disebutkan: “Barangsiapa yang menceritakan suatu cerita atau berita dan ia tahu bahwa itu bohong, maka ia termasuk salah seorang pendusta.”

Umar bin Khaththab yang disepakati keshahihannya saat sampai berita kepadanya, mengenai Nabi SAW telah menceraikan istri-istrinya, lalu ia mendatangi rumah Rasulullah, hingga masuk ke dalam mesjid. Di sana banyak orang yang juga mengatakan hal demikian. Ia tidak sabar hingga meminta izin kepada Rasulullah, lalu bertanya kepada beliau: “Apakah, engkau menceraikan istri-istrimu?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidak”. Saya pun berkata: “Allahu Akbar”. Dan dia menyebutkan kelanjutan hadits tersebut.

Di dalam Shahih Muslim, saya bertanya: “Apakah engkau ceraikan mereka?” Nabi menjawab: “Tidak”. Lalu saya berdiri di pintu mesjid dan berteriak sekeras-kerasnya: “Rasulullah tidak menceraikan istri-istrinya.” Dan turunlah ayat ini:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ

Baca Juga:  Khazanah Tafsir Al-Qur’an IV : Tafsir Al-Qur’an Abad ke-20 ( Peradaban Baru )

(“Dan jika datang kepada mereka sebuah berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka kemudian menyiarkannya. Dan jika mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya [akan dapat] mengetahuinya dari mereka [Rasul dan Ulil Amri]).” Maka akulah yang mengistinbatkan (ingin mengetahui kebenaran) perkara itu.

Makna mereka mengistinbatkannya, yaitu mereka mengeluarkannya dari sumber-sumbernya. Dalam bahasa Arab dikatakan: istanbathar rajulul ‘aina (“seorang mengistinbatkan mata air”) apabila ia menggali dan mengeluarkannya dari dasarnya.

لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (“Tentulah kalian mengikuti syetan, kecuali sebagian kecil saja [di antaramu].”) Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu Abbas, yaitu kaum mukminin.

Abdurrazzaq mengatakan dari Ma’mar dari Qatadah: لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (“Tentulah kamu mengikuti syetan, kecuali sebagian kecil saja [di antaramu].”) yaitu kalian seluruhnya.

Alhamdulillah telah kita belajar dan mentadabburi bersama Surah An Nisa Ayat 82-83 beserta Terjemahan dan Tafsirnya yang merujuk pada Kitab Tafsir Ibnu Katsir. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang senantiasa menjaga Al Qur’an. Amin

M Resky S