Surah Ar-Rum Ayat 8-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ar-Rum Ayat 8-10

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ar-Rum Ayat 8-10 ini, ditujukan kepada orang musyrik Mekah, orang-orang kafir, dan orang-orang yang mendustakan Ayat-Ayat Allah. Jika dilihat dari sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, kelihatan seakan-akan mereka tidak mau menggunakan akal pikiran untuk memikirkan segala sesuatu yang mereka lihat, sehingga mereka percaya kepada apa yang disampaikan rasul.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan Ayat-Ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dari negeri-negeri yang lain yang berada di sekitar Jazirah Arab.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 8-10

Surah Ar-Rum Ayat 8
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِم مَّا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

Terjemahan: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

Tafsir Jalalain: أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِم (Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka sendiri?) supaya mereka sadar dari kelalaiannya. مَّا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى (Allah tidak menjadikan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan) artinya akan lenyap setelah waktunya habis, sesudah itu tibalah saatnya hari berbangkit.

وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ (Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia) yaitu orang-orang kafir Mekah بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya) yakni mereka tidak percaya kepada adanya hari berbangkit sesudah mati.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya memperingatkan untuk senantiasa memikirkan makhluk-Nya yang menunjukkan keberadaan-Nya dan keesaan-Nya dalam menciptakannya, dan bahwasannya tidak ada Ilah (yang haq) selain Dia, dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia.

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِم (“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang [kejadian] diri mereka?”) yang dimaksud dengannya adalah pengamatan, perenungan, dan memperhatikan ciptaan Allah, baik yang ada di alam atas maupun di alam bawah serta berbagai macam makhluk yang mempunyai jenis yang berbeda-beda yang terdapat di antara keduanya [atas dan bawah], sehingga mereka mengetahui bahwa semuanya itu tidak diciptakan tanpa guna dan sia-sia, tetapi semuanya itu diciptakan dengan tujuan tertentu, dan telah diberikan batasan waktu tertentu, yaitu hari Kiamat.

Oleh karena itu Allah berfirman: وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (“dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini ditujukan kepada orang musyrik Mekah, orang-orang kafir, dan orang-orang yang mendustakan Ayat-Ayat Allah. Jika dilihat dari sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, kelihatan seakan-akan mereka tidak mau menggunakan akal pikiran untuk memikirkan segala sesuatu yang mereka lihat, sehingga mereka percaya kepada apa yang disampaikan rasul.

Ayat ini menyuruh agar mereka memperhatikan diri mereka sendiri. Bagaimana mereka dijadikan dari tanah, kemudian menjadi setetes mani, kemudian menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan. Mereka lalu melangsungkan perkawinan dan berkembang biak, seakan-akan Allah mengatakan kepada mereka, “Cobalah perhatikan dirimu yang paling dekat dengan kamu, sebelum melayangkan pandanganmu kepada yang lain.” Allah berfirman pada Ayat yang lain:

Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (51 (adz-dzariyat/51: 21)

Jika manusia memperhatikan dirinya sendiri dengan baik dan sadar betapa rumitnya struktur tubuh, seperti susunan urat syaraf, pembuluh darah, paru-paru, hati, jiwa, dan sebagainya, kemudian dengan susunan yang rapi itu manusia dapat berjalan, berbicara, berpikir, dan sebagainya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa yang menciptakan manusia itu adalah Allah yang berhak disembah, Yang Mahakuasa, dan Mahatinggi Pengeta-huan-Nya.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 1; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dengan penuh kebijaksanaan, serta mengandung maksud dan tujuan. Semuanya itu diciptakan atas dasar kebenaran, dengan hukum-hukum yang rapi dan tertentu, tidak bertentangan antara hukum yang satu dengan hukum yang lain. Alam semesta ini tidak dijadikan dengan sia-sia dan cuma-cuma, tanpa maksud dan tujuannya, namun hanya Allah Yang Mengetahuinya.

Alam semesta ini juga diciptakan sampai batas waktu yang ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan itu akan ada alam akhirat, di sana akan disempurnakan keadilan Tuhan kepada makhluk-makhluk-Nya.

Apa pun yang ada di alam ini, ada masa permulaan kejadiannya dan ada pula masa berakhirnya. Tiap-tiap sesuatu pasti ada awal waktunya dan pasti pula ada akhir waktunya. Permulaan dan akhir segala sesuatu ditentukan Allah, tidak seorang pun yang sanggup mengubahnya, walaupun sesaat, kecuali jika Allah menghendaki.

Demikianlah sunatullah pada diri manusia dan alam semesta ini. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mau merenungkannya, sehingga mereka tidak percaya kepada adanya hari akhirat itu.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah mata dan kalbu mereka telah dilemahkan sehingga mereka tidak dapat berpikir tentang diri mereka untuk mengetahui kesudahan mereka? Allah tidak akan menciptakan langit dan bumi dan planet- planet serta yang lainnya kecuali dengan sungguh-sungguh dan untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Sesungguhnya kebanyakan manusia membangkang dalam hal pertemuannya dengan Allah dan datangnya hari kiamat.

Surah Ar-Rum Ayat 9
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Terjemahan: Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.

Tafsir Jalalain: أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ (Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka?) maksudnya umat-umat sebelum mereka, mereka dibinasakan karena mendustakan rasul-rasulnya.

كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً (Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka sendiri) seperti kaum Ad dan kaum Tsamud وَأَثَارُوا الْأَرْضَ (dan telah mengolah bumi) mereka telah mencangkul dan membajaknya untuk lahan pertanian dan perkebunan وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا (serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan) artinya lebih banyak dari apa yang telah dimakmurkan oleh orang-orang kafir Mekah,

وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ (dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas. فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ (Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri) karena mereka mendustakan rasul-rasul mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah mengingatkan mereka mengenai kebenaran apa yang telah dibawa oleh para Rasul-Nya yang telah didukung oleh berbagai mukjizat dan dalil-dalil yang jelas berupa pembinasaan orang-orang yang mendustakan mereka serta penyelamatan orang-orang yang membenarkan mereka.

Firman-Nya: أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ (“dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi.”) yakni dengan pemahaman, akal pikiran, dan pandangan mereka, serta pendengaran terhadap berita-berita tentang firman yang terjadi di masa lalu. Oleh karena itu Dia berfirman:

فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً (“Dan memperhatikan bagaimana akibat [yang diderita] oleh orang-orang sebelum mereka. Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka [sendiri].”) maksudnya, umat-umat yang telah lalu pada kurun waktu yang terdahulu, wahai umat yang diutus Muhammad saw kepada kalian, mereka adalah umat yang lebih kuat dari kalian, dan mempunyai harta dan anak-anak yang lebih banyak; sedangkan kalian diberikan sepersepuluh dari apa yang diberikan kepada mereka. Dan mereka tinggal di dunia dengan penuh kekuatan yang kalian tidak mencapainya.

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 48-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Mereka memakmurkan daerahnya dengan bangunan-bangunan yang tinggi/ kokoh yang lebih banyak dari kalian. Dan pengembangan daerah mereka lebih banyak/ pesat daripada pengembangan negeri kalian.

Dalam keadaan seperti ini, ketika datang para Rasul dengan membawa keterangan dan penjelasan, mereka bangga dengan apa yang mereka miliki; sebab itulah Allah membinasakan mereka karena dosa mereka. Mereka tidak mempunyai suatu pelindungpun dari adzab Allah Ta’ala, serta tidak ada penghalang antara harta kekayaan dan anak-anak mereka dari siksa Allah. Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungi mereka meski hanya seberat biji sawi.

Dan Allah tidak akan berbuat dhalim atas adzab dan siksaan yang telah Dia timpakan kepada mereka. وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (“Akan tetapi merekalah yang berlaku dhalim kepada diri mereka sendiri.”) yakni kedhaliman itu berasal dari diri mereka sendiri, dimana mereka mendustakan Ayat-Ayat Allah serta menghinakannya. Dan hal itu disebabkan oleh dosa-dosa mereka di masa lalu mereka serta pendustaan mereka yang mereka lakukan.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan Ayat-Ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dari negeri-negeri yang lain yang berada di sekitar Jazirah Arab.

Dalam perjalanan tersebut, mereka melalui negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah, karena penduduknya mendustakan rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka, seperti negeri kaum ‘Ad, Samud, Madyan, dan sebagainya.

Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat peradabannya, lebih perkasa dan kuat dari kaum musyrik Quraisy. Umat-umat dahulu itu telah sanggup mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang mereka lakukan. Akan tetapi, umat-umat itu mengingkari dan mendustakan para rasul yang diutus Allah kepada mereka, sehingga mereka dihancurkan Allah dengan bermacam-macam malapetaka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin kencang, dan sebagainya.

Demikianlah sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang yang mengingkari agama-Nya dan sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang yang mendustakan para rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah telah menetapkan yang demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya.

Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana pun dan kapan pun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghAyati hakikat hidup dan kehidupan, dan mengetahui tujuan Allah menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah dengan tujuan yang sama, sejak dahulu kala, saat ini, dan juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadah kepada-Nya.

Barang siapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Oleh karena itu, bagi mereka berlaku pula sunah Allah di atas.

Akhir Ayat ini menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir dengan menimpakan azab kepada mereka. Akan tetapi, mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan rasul dan mendurhakai Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah mereka menetap di negeri mereka dan tidak berjalan di muka bumi untuk menyaksikan bagaimana kesudahan orang-orang yang kafir sebelum mereka? Orang-orang kafir yang ada sebelum mereka itu lebih kuat dari mereka.

Mereka telah mengolah bumi untuk mengeluarkan air, barang tambang dan hasil pertanian yang ada di dalamnya, juga telah membangun bumi lebih daripada yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang ada sekarang. Dan rasul-rasul Allah telah datang dengan membawa berbagai mukjizat yang jelas kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 58-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Maka Allah menimpakan siksa kepada mereka, karena Dia tidak akan memberikan balasan kepada mereka tanpa adanya dosa yang telah mereka lakukan, atau sebelum memberikan peringatan dan waktu kepada mereka. Sesungguhnya merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.

Surah Ar-Rum Ayat 10
ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى أَن كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ

Terjemahan: Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan Ayat-Ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى (Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk) lafal as-suu-a adalah bentuk muannats dari lafal al-aswa’ artinya yang paling buruk, berkedudukan sebagai khabar dari lafal kaana bila lafal ‘aqibah dibaca rafa’, tapi bila dibaca nashab berarti menjadi isim kaana.

Makna yang dimaksud berupa azab neraka Jahanam dan mereka dijelek-jelekkan di dalamnya أَن (disebabkan) كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ (mereka mendustakan Ayat-Ayat Allah) yakni Alquran وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (dan mereka selalu memperolok-oloknya).

Tafsir Ibnu katsir: Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى أَن كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (“Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah [adzab] yang lebih buruk, karena mereka mendustakan Ayat-Ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.”) sebagaimana Dia firmankan berikut ini:

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (“Dan [begitu pula] Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya [al-Qur’an] pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan yang sangat.”)(al-An’am: 110). Dan seperti yang difirmankan-Nya yang artinya: “Maka tatkala mereka berpaling [dari kebenaran], Allah memalingkan hati mereka.” (ash-shaaff: 5)

Berdasarkan hal tersebut kata “as-suu-aa” itu mashub [berharokat fathah] dalam kedudukannya sebagai maf’ul (obyek) bagi kata “asaa-uu”. Ada juga yang berpendapat, ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى (“Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah [adzab] yang lebih buruk,”) berarti [adzab yang lebih buruk] adalah akibat terakhir yang menimpa mereka, karena mereka mendustakan Ayat-Ayat Allah dan mereka mengolok-oloknya.

Dan berdasarkan hal tersebut, kata “as-suu-a” berposisi manshub dengan kedudukan khabar kaana. Demikian arahan Ibnu Jarir dan dinukil dari Ibnu ‘Abbas dan Qatadah. DiriwAyatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari keduanya [Ibnu ‘Abbas dan Qatadah], dari adh-Dhahhak bin Muzahim, dan ialah yang tampak jelas. wallaaHu a’lam. Hal tersebut berdasarkan pada firman-Nya: وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (“Dan mereka selalu memperolok-oloknya.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa azab itu adalah akibat perbuatan kufur dan jahat. Akibat itu akan dialami oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun ia berada. Di dunia mereka mendapat kebinasaan dan di akhirat nanti mereka akan dibenamkan ke dalam neraka Jahanam. Semua itu sebagai akibat karena mereka mengingkari seruan para rasul, mendustakan Ayat-Ayat Allah, dan memperolok-olokkannya.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian, kesudahan orang-orang yang melakukan bermacam-macam kejahatan adalah sikap kufur dan memperolok-olok terhadap Ayat-Ayat Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ar-Rum Ayat 8-10 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S