Surah As-Sajdah Ayat 18-22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah As-Sajdah Ayat 18-22

Pecihitam.org – Kandungan Surah As-Sajdah Ayat 18-22 ini, Allah menerangkan bahwa sebenarnya orang-orang kafir itu sewaktu masih hidup di dunia telah diazab oleh Allah dengan berbagai macam azab, baik yang tampak maupun yang hanya dapat dirasakan oleh mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Siksaan bagi mereka di dunia disebut dengan al-‘adzab al-adna (azab yang dekat), sedangkan siksaan di akhirat disebut al-‘adzab al-akbar (azab yang lebih besar). Banyak cobaan-cobaan yang diberikan Allah kepada manusia selama hidup di dunia, sejak dari cobaan yang kecil sampai kepada cobaan yang paling besar.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah As-Sajdah Ayat 18-22

Surah Surah As-Sajdah Ayat 18
أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا لَّا يَسْتَوُۥنَ

Terjemahan: “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama.

Tafsir Jalalain: أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا لَّا يَسْتَوُۥنَ (Maka apakah orang-orang yang beriman sama seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama) maksudnya orang-orang mukmin dan orang-orang fasik atau kafir itu tidak sama.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah mengabarkan tentang keadilan dan kemurahan-Nya, dimana di dalam hukum-Nya pada hari kiamat, tidak akan sama antara orang yang beriman kepada ayat-ayat-Nya serta mengikuti Rasul-Rasul-Nya dengan orang yang fasik, yaitu orang yang keluar dari mentaati Rabb-nya serta mendustakan para Rasul yang diutus-Nya.

sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “21. Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (al-Jaatsiyah: 21)

Lalu firman Allah: أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا لَّا يَسْتَوُۥنَ (“Maka apakah orang yang beriman [sama] seperti orang yang fasik [kafir]? Mereka tidak sama.”) yaitu di sisi Allah pada hari kiamat.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah menerangkan sifat-sifat orang kafir dan sifat-sifat orang-orang mukmin, Allah menyuruh membandingkan kedua sifat itu, apakah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, tidak percaya kepada janji dan ancaman-Nya, mengingkari perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya itu sama dengan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Allah, mengakui kebenaran janji dan ancaman-Nya mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya?

Allah menegaskan bahwa kedua golongan itu sama sekali tidak sama, amat besar perbedaannya di sisi-Nya. Orang yang tidak berpengetahuan dan tidak mempunyai pandangan yang tajam saja dapat membedakan kedua macam golongan itu.

Firman Allah yang lain yang sama isinya dengan ayat ini, ialah: Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu. (al-Jasiyah/45: 21)

Firman Allah: Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat? (sad/38: 28).

Tafsir Quraish Shihab: Apakah balasan manusia itu sama, sedangkan perbuatan mereka berbeda-beda, sehingga orang yang beriman seperti orang yang kafir dan durhaka kepada-Nya? Mereka tidak akan sama!

Surah As-Sajdah Ayat 19
أَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْمَأْوَىٰ نُزُلًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Terjemahan: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.

Tafsir Jalalain: أَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْمَأْوَىٰ (Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga tempat kediaman) arti kata nuzulan asalnya adalah tempat yang disediakan untuk para tamu نُزُلًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ (sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.).

Tafsir Ibnu Katsir: ‘Atha’ bin Yasar, as-Suddi dan lain-lain berkata bahwa ayat ini turun pada ‘Ali bin Abi Thalib dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Dan untuk itu, Dia merinci hukum mereka dengan firman-Nya: أَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ (“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih.”) hati mereka membenarkan ayat-ayat Allah serta mengamalkan berbagai kandungannya yang berupa keshalihan [perbuatan baik].

Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 23-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

فَلَهُمْ جَنَّٰتُ ٱلْمَأْوَىٰ (“Maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman.”) yaitu yang di dalamnya terdapat rumah-rumah, ruangan-ruangan dan kamar-kamar yang megah, nuzulan; sebagai jamuan dan kehormatan, bimaa kaanuu ya’maluuna

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan perbedaan kedua golongan itu dan perbedaan keadaan mereka di akhirat nanti. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan amal saleh akan diberi ganjaran pahala yang berlipat ganda di akhirat nanti. Mereka akan tinggal di rumah-rumah yang megah dengan taman-taman yang indah, sebagai balasan keimanan dan amal saleh yang mereka perbuat selama hidup di dunia.

Firman Allah: Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. (ash-saff/61: 12).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan memperoleh surga-surga yang di dalamnya terdapat tempat tinggal mereka, sebagai penghormatan bagi mereka atas apa yang mereka lakukan.

Surah As-Sajdah Ayat 20
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُوا۟ فَمَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ كُلَّمَآ أَرَادُوٓا۟ أَن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَآ أُعِيدُوا۟ فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ

Terjemahan: “Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya”.

Tafsir Jalalain: وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُوا۟ (Adapun orang-orang yang fasik) disebabkan kekafiran mereka dan kedustaan yang mereka lakukan فَمَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ كُلَّمَآ أَرَادُوٓا۟ أَن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَآ أُعِيدُوا۟ فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ (maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kalian mendustakannya.”).

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُوا۟ (“Terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik [kafir].”) yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan, tempat kembali mereka adalah api neraka. setiap kali mereka hendak keluar darinya, setiap itu pula mereka akan dikembalikan ke dalamnya.

Seperti firman Allah: “Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya,” dan ayat seterusnya (al-Hajj: 22) Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Demi Allah, sesungguhnya tangan-tangan itu dipercaya, kaki-kaki dibelenggu, api yang bergejolak semakin meninggi dan para malaikat memukul mereka.”

وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ (“Dan dikatakan kepada mereka: ‘Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.’”) yaitu kata-kata itu diucapkan kepada mereka sebagai cercaan dan hinaan.

Tafsir Kemenag: Adapun orang-orang yang kafir, mengingkari Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan perbuatan-perbuatan jahat akan dibalas dengan azab neraka di akhirat nanti. Setiap mereka mendekati pintu neraka untuk keluar, mereka dikembalikan ke dalamnya lagi. Jika neraka itu diibaratkan dengan kawah atau kepundan gunung berapi, maka orang-orang kafir berada di dalamnya. Nyala api dari kawah itu sedemikian berbahaya dan setiap saat menyemburkan bunga api.

Dalam gambaran itu terbawa pula orang-orang kafir yang sedang diazab, mereka terlempar ke mulut kawah itu, kemudian mereka dibenamkan lagi ke dasarnya, sehingga tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk keluar dari neraka itu. Di saat mereka dibenamkan kembali ke dalam neraka, kepada mereka dikatakan, “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu tidak mempercayainya sedikit pun sewaktu hidup di dunia.”.

Tafsir Quraish Shihab: Sedangkan orang-orang yang tidak taat kepada Allah dengan bersikap kufur kepada-Nya, maka tempat yang disediakan bagi mereka adalah neraka. Setiap kali mereka berusaha untuk keluar, mereka selalu dikembalikan. Kepada mereka dikatakan, “Rasakan azab neraka yang selalu kalian dustakan di dunia ini!”

Surah As-Sajdah Ayat 21
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Terjemaan: “Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).

Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 4-6; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Jalalain: وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ (Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat) yakni azab di dunia, seperti dibunuh, ditawan, ditimpa kekeringan dan paceklik serta dilanda wabah penyakit دُونَ (selain) yakni sebelum لْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ (azab yang lebih besar) yaitu azab di akhirat لَعَلَّهُمْ (mudah-mudahan mereka) yaitu sebagian dari mereka yang masih ada يَرْجِعُونَ (kembali) ke jalan yang benar, yaitu beriman.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ (“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat [di dunia] sebelum adzab yang lebih besar [di akhirat].”)

Ibnu ‘Abbas berkata: “Yang dimaksud dengan adzab yang dekat adalah musibah-musibah dunia, rasa sakit dan bencana serta segala sesuatu yang dengan ujian diberikan oleh Allah swt. itu, bertujuan agar mereka bertaubat kepada-Nya.” pendapat yang serupa juga diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, Abul ‘Aliyah, al-Hasan, Ibrahim dan an-Nakha’i, adh-Dhahhak, ‘Alqamah, ‘Athiyyah, Mujahid, Qatadah, ‘Abdul Karim al-Jazari dan Khushaif.

Ibnu ‘Abbas dalam satu riwayatnya mengatakan: “Yang dimaksud dengan adzab yang dekat adalah dilaksanakannya hukuman hadd terhadap mereka.” Al-Barra’ bin ‘Azib, Mujahid dan Abu ‘Ubaidah berkata: “Yaitu adzab kubur.”

An-Nasa-i berkata dari ‘Abdullah: وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ (“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat [di dunia] sebelum adzab yang lebih besar [di akhirat].”) yaitu masa paceklik yang menimpa mereka.

‘Abdullah bin Imam Ahmad berkata dari Ubay bin Ka’ab tentang firman tersebut yakni bulan dan asap, keduanya telah berlalu, kedahsyatan dan kekangan [perang]. (HR Muslim dari hadits Syu’bah secara mauquf). Serta terdapat pula di dalam riwayat al-Bukhari dan Ibnu Mas’ud.

‘Abdullah bin Mas’ud dalam suatu riwayatnya mengatakan: “Adzab yang dekat adalah pembunuhan dan penawanan pada perang Badar.” Demikian pula yang dikatakan oleh Malik dan Zaid bin Aslam. As-Suddi dan lain-lain berkata:

“Tidak ada satu rumah pun di Kota Makkah kecuali pasti dimasuki kedukaan atas terbunuh dan tertawannya mereka, sehingga di antara mereka yang terkena musibah atau mereka menjadi tebusan, serta ada pula di antara mereka yang terkenda dua-duanya.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa sebenarnya orang-orang kafir itu sewaktu masih hidup di dunia telah diazab oleh Allah dengan berbagai macam azab, baik yang tampak maupun yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Siksaan bagi mereka di dunia disebut dengan al-‘adzab al-adna (azab yang dekat), sedangkan siksaan di akhirat disebut al-‘adzab al-akbar (azab yang lebih besar).

Banyak cobaan-cobaan yang diberikan Allah kepada manusia selama hidup di dunia, sejak dari cobaan yang kecil sampai kepada cobaan yang paling besar. Bisa juga dalam bentuk kemewahan lahiriah sampai kepada kemiskinan dan kesengsaraan.

Seorang yang kaya tetapi tidak dilandasi dengan iman kepada Allah, hatinya selalu was-was dan khawatir, mungkin ada orang yang akan merampas kekayaannya itu, atau ada ahli waris yang hendak membunuhnya agar memperoleh kekayaan itu.

Seorang penguasa yang tidak beriman selalu khawatir kekuasaannya akan pindah kepada orang lain. Kalau perlu, kekuasaan itu dipertahankan dengan tangan besi dan kekerasan. Kekhawatiran seperti ini pernah terjadi pada Fir’aun di kala tukang-tukang sihirnya dikalahkan oleh Nabi Musa.

Allah berfirman: Dia (Fir’aun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.” (thaha/20: 71)

Banyak penguasa-penguasa yang bersikap seperti Fir’aun ini. Mereka mengira bahwa merekalah yang memiliki semuanya dan merekalah yang paling berkuasa. Sebenarnya Allah memberikan cobaan-cobaan dari azab duniawi itu agar semuanya menjadi pelajaran bagi orang-orang kafir itu.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 96-99; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Hal ini bertujuan agar mereka mau beriman, beramal saleh, dan mudah-mudahan kembali ke jalan yang benar. Biarlah mereka menanggung siksa yang ringan di dunia ini asal di akhirat nanti mereka terhindar dari siksa yang amat berat.

Tafsir Quraish Shihab: Dan Kami bersumpah, “Sungguh Kami akan menimpakan azab kehinaan bagi mereka di dunia sebelum mereka sampai kepada azab yang lebih besar, yaitu kekekalan di dalam neraka. Mudah-mudahan orang-orang yang diazab dengan azab yang lebih ringan itu bertobat dari kekufuran.

Surah As-Sajdah Ayat 22
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِۦ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَآ إِنَّا مِنَ ٱلْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ

Terjemahan: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

Tafsir Jalalain: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِ (Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya) yakni Alquran ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَآ (kemudian ia berpaling daripadanya?) Yaitu tidak ada seorang pun yang lebih aniaya daripadanya.

إِنَّا مِنَ ٱلْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ (Sesungguhnya Kami terhadap orang-orang yang berdosa) orang-orang musyrik (akan mengadakan pembalasan.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: waman adhlamu mimman dzukkira bi aayaati rabbiHii tsumma a’radla ‘anHaa (“Dan siapah yang lebih dhalim daripada orang yang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya.”) yaitu tidak ada yang lebih dhalim daripada orang yang diceritakan dalam ayat-ayat Allah, dijelaskan dan ditegaskan, kemudian setelah itu dia tidak peduli, mengingkari, berpaling dan melupakannya, seakan-akan dia tidak mengetahuinya.

Qatadah berkata: “Janganlah kalian berpaling dari mengingat Allah. Karena orang yang berpaling dari mengingat-Nya, maka berarti dia telah tertipu dengan kesulitan yang amat besar, rugi sebesar-besarnya dan merupakan dosa besar.”

Untuk itu Allah berfirman mengancam orang yang melakukan demikian. Innaa minal mujrimiina muntaqimuuna (“Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.”) niscaya Aku akan menghukum orang yang melakukan hal itu dengan hukuman yang amat berat.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa orang yang paling zalim di sisi-Nya ialah orang yang telah sampai kepadanya peringatan Allah, ayat-ayat Al-Qur’an, dan petunjuk rasul, tetapi mereka berpaling dari ajaran dan petunjuk itu karena angkuh dan penyakit dengki yang ada di dalam hatinya.

Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan menyiksa dengan azab yang pedih setiap orang yang berbuat dosa dan maksiat. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-thabari dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda: Tiga perkara, barang siapa yang mengerjakannya, maka sesungguhnya ia telah mengerjakan perbuatan dosa:

barang siapa yang telah bertekad ikut berperang di jalan yang tidak benar atau mendurhakai kedua orang ibu bapaknya atau orang yang berjalan beserta orang-orang yang zalim lalu ia menolong orang yang zalim itu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari dari Mu’adz bin Jabal).

Tafsir Quraish Shihab: Tidak ada yang lebih berbuat sewenang-wenang terhadap diri sendiri dan terhadap kebenaran daripada manusia yang diingatkan tentang ayat dan bukti-bukti kebenaran Allah yang terang kemudian enggan mempercayai kebenarannya. Sungguh Kami akan menuntut balas pada orang-orang yang berbuat kejahatan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah As-Sajdah Ayat 18-22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S