Surah Asy-Syu’ara Ayat 200-209; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 200-209

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 200-209 ini, menerangkan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu kota atau negeri, kecuali setelah diutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan berita gembira, peringatan atau janji, dan ancaman. Para rasul itu juga menyampaikan pelajaran kepada mereka dan menunjukkan jalan yang lurus menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 200-209

Surah Asy-Syu’ara Ayat 200
كَذَلِكَ سَلَكْنَاهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ

Terjemahan: Demikianlah Kami masukkan Al Quran ke dalam hati orang-orang yang durhaka.

Tafsir Jalalain: كَذَلِكَ (Demikianlah), sebagaimana Kami masukkan dusta ke dalam hati mereka jika Alquran diturunkan dengan bahasa Ajam سَلَكْنَاهُ (Kami masukkan Alquran) maksudnya, Kami masukkan dusta pula terhadap Alquran فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ (ke dalam hati orang-orang yang durhaka) maksudnya orang-orang kafir Mekah tidak mempercayainya bila Nabi saw. membacakannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Demikianlah Kami masukkan Al-Quran ke dalam hati orang-orang yang durhaka. Mereka tidak beriman kepada-Nya, hingga mereka melihat azab yang pedih. Maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya, lalu mereka berkata, “Apakah kami dapat diberi tangguh? Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami? Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memasukkan ke dalam hati orang-orang musyrik Mekah yang ingkar itu kemampuan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan merasakan keindahan gaya bahasanya. Dengan demikian, mereka yakin bahwa Al-Qur’an itu datang dari Tuhan, bukan buatan manusia. Akan tetapi, mereka mengingkari Al-Qur’an itu, dan mendustakan nabi yang membawanya.

Keingkaran mereka itu semakin kuat, tidak tergoyahkan oleh apa pun. Nafsu mengingkari Nabi dan menantangnya itu menyebabkan mereka melakukan perbuatan dosa, dan mereka hanya akan berhenti apabila azab itu telah menimpa mereka. Pada ayat yang lain Allah berfirman:

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (an-Naml/27: 14).

Tafsir Quraish Shihab: Pendustaan telah Kami masukkan dan tetapkan ke dalam hati mereka, juga kepada orang-orang yang mempunyai sifat yang sama seperti mereka.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 201
لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمََ

Terjemahan: Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,

Tafsir Jalalain: لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih).

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan.

Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim. Allah Swt. berfirman, bahwa demikian pula Kami sisipkan perasaan dusta, kekafiran, keingkaran dan pembangkangan (terhadap perkara hak). Yakni Kami masukkan hal tersebut ke dalam hati orang-orang yang berdosa (durhaka). Mereka tidak beriman kepadanya. (Asy-Syu’ara’: 201) Maksudnya, tidak beriman kepada perkara yang hak. hingga mereka melihat azab yang pedih.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memasukkan ke dalam hati orang-orang musyrik Mekah yang ingkar itu kemampuan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan merasakan keindahan gaya bahasanya. Dengan demikian, mereka yakin bahwa Al-Qur’an itu datang dari Tuhan, bukan buatan manusia. Akan tetapi, mereka mengingkari Al-Qur’an itu, dan mendustakan nabi yang membawanya.

Keingkaran mereka itu semakin kuat, tidak tergoyahkan oleh apa pun. Nafsu mengingkari Nabi dan menantangnya itu menyebabkan mereka melakukan perbuatan dosa, dan mereka hanya akan berhenti apabila azab itu telah menimpa mereka. Pada ayat yang lain Allah berfirman:

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (an-Naml/27: 14).

Tafsir Quraish Shihab: Maka, secara tiba-tiba dan tanpa diduga, azab itu Kami turunkan kepada mereka. Dan mereka benar- benar tidak menyadari kedatangannya.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 202
فَيَأْتِيَهُم بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Terjemahan: maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya,

Tafsir Jalalain: فَيَأْتِيَهُم بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (Maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya).

Tafsir Ibnu Katsir: hingga mereka melihat azab yang pedih. (Asy-Syu’ara’: 201) Yaitu di hari yang tiada bermanfaat bagi orang-orang yang zalim alasan mereka, dan bagi mereka laknat dan tempat tinggal yang paling buruk (neraka). maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak. (Asy-Syu’ara’: 202)

Tafsir Kemenag: Dalam keadaan demikian, tanpa mereka sadari, datanglah azab kepada mereka secara tiba-tiba dan tidak diketahui dari mana datangnya. Ketika itu, barulah mereka sadar akan perbuatan mereka selama ini.

Mereka mengeluh dan mengharap agar ditangguhkan kedatangan azab itu, sehingga mereka dapat mengerjakan amal saleh, beriman, dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Meskipun telah mengetahui bahwa permintaan itu tidak akan dikabulkan Allah, namun mereka mencoba-coba untuk meminta, sekadar mengurangi kepedihan azab yang sedang mereka alami.

Tafsir Quraish Shihab: Maka, secara tiba-tiba dan tanpa diduga, azab itu Kami turunkan kepada mereka. Dan mereka benar- benar tidak menyadari kedatangannya.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 203
فَيَقُولُوا هَلْ نَحْنُ مُنظَرُونَ

Terjemahan: lalu mereka berkata: “Apakah kami dapat diberi tangguh?”

Tafsir Jalalain: فَيَقُولُوا هَلْ نَحْنُ مُنظَرُونَ (Lalu mereka berkata, “Apakah kami dapat diberi tangguh?”) supaya kami mempunyai kesempatan untuk beriman. Maka dikatakan kepada mereka, “Tidak”. Mereka berkata: “Kapankah datangnya azab itu?” Maka Allah swt. berfirman,.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 1-2; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: sedang mereka tidak menyadarinya, lalu mereka berkata, “Apakah kami dapat diberi tangguh?” (Asy-Syu’ara’: 202-203) Yakni ketika mereka menyaksikan datangnya azab, mereka berharap seandainya saja mereka diberi masa tangguh barang sedikit waktu agar dapat mengerjakan ketaatan kepada Allah menurut dugaan mereka.

Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat yang lain: Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka. (Ibrahim: 44) sampai dengan firman-Nya: bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa. (Ibrahim: 44) Semua orang zalim, orang durhaka, dan orang kafir bila menyaksikan hukuman yang menimpanya merasakan penyesalan yang berat.

Seperti yang disebutkan dalam kisah Fir’aun ketika Nabi Musa a.s. berdoa untuk kebinasaannya, yang disitir oleh firman-Nya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. (Yunus: 88) sampai dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. (Yunus: 89) Doa tersebut berpengaruh terhadap diri Fir’aun.

Akhirnya ia tidak beriman hingga melihat azab yang pedih, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah, dia, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) sampai dengan firman-Nya: dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91) Dan firman Allah Swt.: Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami beriman hanya kepada Allah saja. (Al-Mu-min: 84), hingga akhir surat.

Tafsir Kemenag: Dalam keadaan demikian, tanpa mereka sadari, datanglah azab kepada mereka secara tiba-tiba dan tidak diketahui dari mana datangnya. Ketika itu, barulah mereka sadar akan perbuatan mereka selama ini. Mereka mengeluh dan mengharap agar ditangguhkan kedatangan azab itu, sehingga mereka dapat mengerjakan amal saleh, beriman, dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Meskipun telah mengetahui bahwa permintaan itu tidak akan dikabulkan Allah, namun mereka mencoba-coba untuk meminta, sekadar mengurangi kepedihan azab yang sedang mereka alami.

Tafsir Quraish Shihab: Di saat azab itu turun, mereka–dengan perasaan menyesal dan meminta diberi kesempatan lagi–berkata, “Adakah kesempatan lagi untuk kami?” Tetapi permintaan mereka ini akan ditolak.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 204
أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ

Terjemahan: Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami?

Tafsir Jalalain: أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ (“Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami?).

Tafsir Ibnu Katsir: Adapun firman Allah Swt.: Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami? (Asy-Syu’ara’: 204) Kalimat ayat ini mengandung pengertian ingkar dan kecaman terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka mengatakan kepada utusan Allah dengan nada mendustakan dan tidak percaya,

“Datangkanlah kepada kami azab Allah,” seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan? (As-Saffat: 176) Kemudian Allah Swt. berfirman: Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang musyrik Mekah pernah mengejek Nabi Muhammad dengan menanyakan kapan azab yang dijanjikan itu akan menimpa mereka. Pertanyaan mereka itu dijawab Allah melalui ayat ini dengan mengatakan, “Apakah mereka minta dipercepat datangnya azab yang Kami janjikan itu?” Sebenarnya mereka tidak perlu menanyakan kapan azab yang diancamkan Allah itu datang.

Mereka cukup memperhatikan malapetaka yang telah menimpa umat-umat dahulu yang telah mendustakan para rasul yang diutus Allah kepada mereka. Padahal umat-umat dahulu itu adalah umat yang gagah perkasa dan mempunyai kemampuan untuk memakmurkan negara mereka, tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang sanggup mengelakkan diri dari azab Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Allah menjelaskan kedunguan mereka yang ingin mempercepat turunnya azab setelah berkali-kali mendapat peringatan dan ancaman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Orang-orang kafir Mekah telah tertipu dengan penundaan yang Aku berikan, mengapa mereka ingin cepat-cepat diturunkan azab?”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 205
أَفَرَأَيْتَ إِن مَّتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ

Terjemahan: Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,

Tafsir Jalalain: أَفَرَأَيْتَ (Maka bagaimana pendapatmu) bagaimana menurutmu إِن مَّتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ (jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun).

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.

Tafsir Kemenag: Ibnu Abi hatim menukil riwayat tentang asbab nuzul ayat ini dari Abu Yahdham bahwa Rasulullah terlihat dalam keadaan bingung, kemudian para sahabat bertanya kepadanya apa sebab beliau bingung. Rasulullah menjawab bahwa beliau melihat musuh-musuhnya sesudah beliau wafat dari umatnya sendiri, maka turunlah ayat 205 Surah asy-Syu’ara’, dan kebingungan Rasul akhirnya sirna.

Melalui ayat-ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang musyrik Mekah tentang azab-Nya dengan berfirman, “Hai orang-orang musyrik, apakah kamu ingin mengalami nasib seperti yang dialami oleh umat-umat terdahulu? Mereka telah diberi kesenangan hidup, kekuatan tubuh, dan kesanggupan memakmurkan negeri mereka.

Mereka mengira bahwa kebahagiaan, kemakmuran, dan kekuasaan yang diperoleh itu dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Kenyataannya tidak demikian. Mereka tetap merasakan azab yang sangat pedih. Demikian pedihnya azab itu seakan-akan mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan di dunia.” Allah berfirman:

Baca Juga:  Surah Al-Mumtahanah Ayat 1-3; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya yang hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi’at/79: 46).

Tafsir Quraish Shihab: Pikirkanlah, niscaya kamu akan mengetahui mengapa Kami memberikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun dengan kehidupan yang laik?

Surah Asy-Syu’ara Ayat 206
ثُمَّ جَاءَهُم مَّا كَانُوا يُوعَدُونَ

Tejemahan: Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka,

Tafsir Jalalain: ثُمَّ جَاءَهُم مَّا كَانُوا يُوعَدُونَ (Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka).

Tafsir Ibnu Katsir: (Asy-Syu’ara’: 205-207) Yakni seandainya Kami tangguhkan mereka dan Kami berikan kelonggaran waktu kepada mereka berapa pun lamanya, kemudian datang kepada mereka perintah (azab) Allah, maka tiada sesuatu pun yang selalu mereka nikmati akan bermanfaat bagi mereka.

Tafsir Kemenag: Ibnu Abi hatim menukil riwayat tentang asbab nuzul ayat ini dari Abu Yahdham bahwa Rasulullah terlihat dalam keadaan bingung, kemudian para sahabat bertanya kepadanya apa sebab beliau bingung. Rasulullah menjawab bahwa beliau melihat musuh-musuhnya sesudah beliau wafat dari umatnya sendiri, maka turunlah ayat 205 Surah asy-Syu’ara’, dan kebingungan Rasul akhirnya sirna.

Melalui ayat-ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang musyrik Mekah tentang azab-Nya dengan berfirman, “Hai orang-orang musyrik, apakah kamu ingin mengalami nasib seperti yang dialami oleh umat-umat terdahulu? Mereka telah diberi kesenangan hidup, kekuatan tubuh, dan kesanggupan memakmurkan negeri mereka.

Mereka mengira bahwa kebahagiaan, kemakmuran, dan kekuasaan yang diperoleh itu dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Kenyataannya tidak demikian. Mereka tetap merasakan azab yang sangat pedih. Demikian pedihnya azab itu seakan-akan mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan di dunia.” Allah berfirman:

Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya yang hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi’at/79: 46).

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Kami menurunkan kepada mereka azab yang pedih yang telah diperingatkan.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 207
مَا أَغْنَى عَنْهُم مَّا كَانُوا يُمَتَّعُونَ

Terjemahan: niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.

Tafsir Jalalain: مَا (Apakah) huruf Maa di sini bermakna Istifham yakni kata tanya, maksudnya, apakah أَغْنَى عَنْهُم مَّا كَانُوا يُمَتَّعُونَ (dapat menjamin mereka apa yang mereka selalu menikmatinya?”) untuk menolak azab dari diri mereka atau meringankannya; maksudnya tidak berguna.

Tafsir Ibnu Katsir: Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi’at: 46) Dan firman Allah Swt.: Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. (Al-Baqarah: 96)

Dan firman Allah Swt.: Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Al-Lail: 11) Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini: niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu’ara’: 207) Di dalam hadis sahih disebutkan melalui sabda Rasulullah Saw.: ].

Didatangkan seorang kafir, lalu dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, “Apakah kamu menjumpai sesuatu kebaikan? Dan apakah kamu menjumpai suatu kenikmatan? Maka ia menjawab, “Tidak, demi Allah, ya Tuhanku. Lalu didatangkan seorang manusia yang sangat sengsara ketika di dunianya, lalu dimasukkan sebentar ke dalam surga, dan dikatakan kepadanya, “Apakah kamu menjumpai suatu kesengsaraan pun? Maka ia menjawab, “Tidak, demi Allah, Ya Tuhanku.

Yakni seakan-akan kesengsaraan yang pernah dialaminya itu tidak ada sama sekali. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab r.a. mengumpamakan pengertian ini dengan bait syair yang mengatakan: ….. Seakan-akan kamu tidak pernah mengalami suatu hari pun yang penuh dengan penderitaan, bila kamu dapat meraih apa yang kamu dambakan.

Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan keadilan-Nya pada makhlukNya, bahwa Dia tidak sekali-kali membinasakan suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan kepada mereka, memberikan peringatan kepada mereka, mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka, dan tegaknya hujah atas mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: .

Tafsir Kemenag: Ibnu Abi hatim menukil riwayat tentang asbab nuzul ayat ini dari Abu Yahdham bahwa Rasulullah terlihat dalam keadaan bingung, kemudian para sahabat bertanya kepadanya apa sebab beliau bingung. Rasulullah menjawab bahwa beliau melihat musuh-musuhnya sesudah beliau wafat dari umatnya sendiri, maka turunlah ayat 205 Surah asy-Syu’ara’, dan kebingungan Rasul akhirnya sirna.

Melalui ayat-ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang musyrik Mekah tentang azab-Nya dengan berfirman, “Hai orang-orang musyrik, apakah kamu ingin mengalami nasib seperti yang dialami oleh umat-umat terdahulu? Mereka telah diberi kesenangan hidup, kekuatan tubuh, dan kesanggupan memakmurkan negeri mereka.

Mereka mengira bahwa kebahagiaan, kemakmuran, dan kekuasaan yang diperoleh itu dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. Kenyataannya tidak demikian. Mereka tetap merasakan azab yang sangat pedih. Demikian pedihnya azab itu seakan-akan mereka tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kesenangan di dunia.” Allah berfirman:

Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya yang hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi’at/79: 46).

Tafsir Quraish Shihab: Umur panjang dan kesenangan hidup yang mereka dapatkan tidak dapat menepis azab yang Allah turunkan. Cepat atau lambat, azab-Nya pasti datang. Maka kenikmatan yang berakhir dengan azab bukanlah merupakan suatu kebaikan.

Baca Juga:  Surah Al-Maidah Ayat 41-44; Seri Tadabbur Al Qur'an

Surah Asy-Syu’ara Ayat 208
وَمَا أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنذِرُونَ

Terjemahan: Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan;

Tafsir Jalalain: وَمَا أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنذِرُونَ (Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan) yakni para Rasul yang memberi peringatan kepada para penduduknya.

Tafsir Ibnu Katsir: Yakni seakan-akan kesengsaraan yang pernah dialaminya itu tidak ada sama sekali. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab r.a. mengumpamakan pengertian ini dengan bait syair yang mengatakan: ….. Seakan-akan kamu tidak pernah mengalami suatu hari pun yang penuh dengan penderitaan, bila kamu dapat meraih apa yang kamu dambakan.

Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan keadilan-Nya pada makhlukNya, bahwa Dia tidak sekali-kali membinasakan suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan kepada mereka, memberikan peringatan kepada mereka, mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka, dan tegaknya hujah atas mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: .

Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu kota atau negeri, kecuali setelah diutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan berita gembira, peringatan atau janji, dan ancaman. Para rasul itu juga menyampaikan pelajaran kepada mereka dan menunjukkan jalan yang lurus menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan.

Dengan pengutusan para rasul itu, berarti Allah telah menunjukkan rasa kasih sayang kepada para hamba-Nya yang mau mengikuti jalan lurus yang telah dibentangkan. Orang-orang yang menolak ajaran para rasul itu berarti telah menganiaya diri sendiri dan bersedia menerima azab Allah.

Mereka di azab bukan karena Allah zalim terhadap mereka, tetapi karena mereka mengingkari nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dengan menyembah sesuatu selain-Nya. Allah berfirman: ?Tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra’/17: 15).

Dan firman Allah: Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman. (al-Qasas/28: 59).

Tafsir Quraish Shihab: Telah menjadi hukum Kami (sunnatullah), bahwa Kami tidak akan membinasakan suatu umat tanpa lebih dulu mengutus para rasul untuk memberikan peringatan. Dengan demikian, mereka tak memiliki alasan lagi.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 209
ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ

Terjemahan: untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.

Tafsir Jalalain: ذِكْرَى (Peringatan-Ku) sebagai pelajaran untuk mereka. وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ (Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim) di dalam membinasakan mereka melainkan setelah terlebih dahulu mereka mendapat peringatan. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan jawaban terhadap perkataan orang-orang musyrik, yaitu firman Allah berikut:.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Asy-Syu’ara”: 208-209) Sama seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Al-Isra’: 15)

Dan firman Allah Swt.: Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qasas: 59) sampai dengan firman-Nya: kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Al-Qasas: 59)”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu kota atau negeri, kecuali setelah diutus kepada mereka para rasul yang menyampaikan berita gembira, peringatan atau janji, dan ancaman. Para rasul itu juga menyampaikan pelajaran kepada mereka dan menunjukkan jalan yang lurus menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan.

Dengan pengutusan para rasul itu, berarti Allah telah menunjukkan rasa kasih sayang kepada para hamba-Nya yang mau mengikuti jalan lurus yang telah dibentangkan. Orang-orang yang menolak ajaran para rasul itu berarti telah menganiaya diri sendiri dan bersedia menerima azab Allah.

Mereka di azab bukan karena Allah zalim terhadap mereka, tetapi karena mereka mengingkari nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dengan menyembah sesuatu selain-Nya. Allah berfirman: ?Tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra’/17: 15).

Dan firman Allah: Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman. (al-Qasas/28: 59).

Tafsir Quraish Shihab: Agar hal ini dapat dijadikan sebagai suatu peringatan dan bahan renungan. Kami tidak akan berbuat zalim dengan mengazab suatu kaum yang belum diutus rasul.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 200-209 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S